ODHA di Sulut
Suka Duka Pendamping Orang dengan HIV/AIDS di Sulawesi Utara
Menjadi pendamping Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah pekerjaan mulia.Mereka diberi tugas melakukan pendampingan psikososial kepada ODHA.
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID - Menjadi pendamping Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah pekerjaan mulia.
Mereka diberi tugas melakukan pendampingan psikososial kepada ODHA.
"Kami senang menjalani tugas ini karena bisa berbagi cerita. Kami punya pergumulan, datang dari latar belakang sama," katanya.
Kendati begitu, apa yang mereka lakukan melebihi tugas pokok.
"Sebagai sesama ODHA, kami melakoni ini bukan sekadar kerja saja. Lebih dari itu," kata Hermin M, pendamping ODHA dari Batamang Plus kepada Tribunmanado.co.id, Sabtu (27/05/2023).
Tugas utama pendamping ODHA memberi dukungan psikososial kepada penderita HIV/AIDS.
"Tugas kami mengingatkan mereka agar patuh, rutin minum obat. Jangan lewat atau tidak sama sekali," kata Hermin.
ODHA, kata Hermin menjelaskan, harus minum obat ARV setiap hari.
Dosisnya ada yang sehari sekali ada yang dua kali sehari. Tergantung regimen obat.
"Obat diminum di jam yang sama, setiap hari," jelasnya.
Tak sebatas itu, pendamping ODHA kerap menalangi biaya pengobatan klien mereka.
"Kerap, kalau ada teman yang masuk rumah sakit, tidak punya BPJS, kita bayar dulu administrasinya sambil membantu pengurusan jaminan kesehatannya," kata Hermin lagi.
Hermin mengungkapkan, ia dan rekan-rekannya gundah ketika ada ODHA yang hilang kontak.
Begitu juga penderita baru yang keberadaannya tak diketahui lagi.
"Kami biasanya cemas. Berupaya mencari kontak," jelasnya.
Mereka terbeban karena ODHA yang tidak didampingi berpotensi besar menulari orang lain.
"Kalau sudah tidak didampingi, biasanya tidak lagi minum obat rutin, potensi menularinya tinggi," katanya lagi.
Karena itu, ia sangat berharap ke depan ada penambahan pendamping ODHA di Sulawesi Utara.
Saat ini, ada 23 pendamping ODH yang tersebar di Manado, Bitung dan Tomohon. Sebarannya, Manado, 15 orang; Bitung enam orang dan dua di Tomohon.
Dari 23 orang pendamping, hanya dua orang non-ODHA. Tapi dua orang ini punya saudara dan keluarga pengidap HIV.
Mereka digaji lewat pembiayaan donor Global Fund lewat Batamang Plus, LSM yang konsen pada pendampingan ODHA.
Hermin tak bisa menyembunyikan rasa galaunya ketika ditanya apakah jumlah pendamping ODHA mamadai.
Ia mengakui sangat tidak ideal. 23 orang harus mendampingi 2.272 ODHA di Sulut.
Sulut bagi mereka menjangkau ODHA di Kepulauan Nusa Utara dan Bolmong.
Di sisi lain, kini Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tak lagi menganggarkan untuk program Komisi Penanggulangan AIDS (AIDS) daerah.
Dulu, komisi ini gencar kampanye edukasi tentang HIV/AIDS. Sekarang lembaga ini mati suri karena tak didukung anggaran pemerintah daerah.
"Sedikit banyak, dampaknya, risikonya ya pada peningkatan kasus baru," kata Hermin.(ndo)
Baca juga: Pengamat Ungkap Alasan Jokowi Main Dua Kaki di Pilpres 2024, Sulit Kendalikan Ganjar Pranowo
Baca juga: Wakil Bupati Rohil Sulaiman Diciduk bersama Kabid Dispenda di Kamar Hotel, Diamankan Polda Riau
Baca Berita Lainnya di Google News
Baca Berita Terbaru Tribun Manado KLIK INI
Hariyanti Sutrajo Minta Jangan Diskriminasi Penderita HIV/AIDS, Sudah Ada Komunitas di Kotamobagu |
![]() |
---|
Jumlah Penderita HIV/AIDS Bertambah Setiap Tahun di Kotamobagu Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Ketambahan 1 Kasus, Dinkes Boltim Tangani 6 Kasus HIV di Tahun 2023 |
![]() |
---|
Petugas Pendamping ODHA Sulawesi Utara Kurang, Berisiko Penambahan Kasus HIV AIDS Baru |
![]() |
---|
Karyawan Swasta di Sulut Rentan Terkena HIV AIDS, Ini Sebabnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.