Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

KKB Papua

Sosok Benny Giay, Pendeta Papua yang Tawarkan Diri Bantu Bebaskan Pilot Susi Air: OPM Juga Manusia

Pendeta Benny Giay merupakan salah satu sosok yang menawarkan diri untuk menjadi mediator dengan kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Kolase Tribun Manado/Foto Istimewa
Pendeta Benny Giay merupakan salah satu sosok yang menawarkan diri untuk menjadi mediator dengan kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). 

Kapolda Papua kala itu Made Mangku Pastika, katanya, bisa diajak komunikasi dengan gereja dan mengikuti arahan mereka untuk menarik pasukannya dari Puncak Jaya.

Tujuan penarikan pasukan, ujar dia, demi mengurangi ketegangan dan tensi kekerasan sehingga membuka ruang dialog.

Hingga akhirnya, TPNPB-OPM bersedia membebaskan dua sandera asal Belgia yang ditawan di Ilaga, Kabupaten Puncak Jaya pada 1 Agustus 2001.

Untuk upaya pembebasan pilot asal Selandia Baru itu, Pendeta Benny Giay menawarkan cara yang sama, yakni menarik pasukan dan menghentikan operasi militer dari Kabupaten Nduga.

"Kalau pasukan terlalu banyak akan mengganggu masyakat sipil, OPM juga akan semakin keras. Gereja juga dianggap mendukung TNI-Polri. Itu pengalaman kami. Kami sampaikan kepada Kapolda, ini pekerjaan yang tidak gampang," imbuhnya.

"OPM juga manusia, bisa diajak bicara"

Pendeta Benny Giay belum bisa memastikan kapan proses negosiasi akan dilangsungkan. Sebab, para perwakilan gereja dan uskup harus rapat terlebih dahulu untuk menyusun langkah di lapangan.

Di sisi lain, dia menunggu keputusan TNI-Polri apakah bersedia untuk mengikuti syarat yang ditawarkan pihak gereja.

"Daerah itu harus bersih dulu kalau mau dapat komunikasi dengan Egianus Kogoya. Tak ada tentara baru bisa negosiasi di situ," ucapnya.

"Kalau pasukan masih kuasai daerah, saya belum yakin bisa nego," jelas Benny Giay.

Kelompok TPNPB-OPM pimpinan Egianus Kogoya disebut sebagai pihak yang menculik dan menyandera pilot Susi Air, Philip Max Mehrtens.

Meskipun tak menjamin Egianus mau menerima perwakilan gereja sebagai mediator, tapi Pendeta Benny menilai hal itu bukan mustahil terjadi.

"Egianus bergerak dengan caranya sendiri dan bertentangan dengan prinsip gereja, namun OPM juga manusia. Masak dia harga mati mau bunuh orang? Tidak mungkin," katanya.

"Mereka (OPM) tetap manusia yang bisa diajak bicara. Saya kira Egianus akan lebih santai bicara kalau tidak ada aparat keamanan di situ," ungkap Benny Giay.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved