Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Renungan Harian

Renungan Harian, Matius 13:24-30, 36-43, Pangkas Kejahatan Pupuk Kebaikan

Renungan harian hari ini mengenai Pangkas Kejahatan Pupuk Kebaikan yang terdapat dalam Matius 13:24-30, 36-43.

Editor: Tirza Ponto
Pexels.com
Renungan harian hari ini mengenai Pangkas Kejahatan Pupuk Kebaikan yang terdapat dalam Matius 13:24-30, 36-43. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Renungan Harian hari ini mengenai Pangkas Kejahatan Pupuk Kebaikan yang terdapat dalam Matius 13:24-30, 36-43,

Tribunners,

Tak bisa dipungkiri bahwa dalam hidup yang kita jalani di dunia ini selalu ada kebaikan dan kejahatan. Perumpamaan tentang lalang di antara gandum yang disampaikan Yesus dalam ayat pokok hari ini, merupakan gambaran yang jelas bagi kita tentang adanya “kejahatan yang dikerjakan iblis” di antara “kebaikan yang ditaburkan oleh orang percaya.”

Jadi, kita tidak perlu kaget atau takut, ketika kita sudah menabur kebaikan, ternyata masih muncul kejahatan atau keburukan yang menimpa kita. Ada sebuah pernyataan nasehat yang relevan terkait hal ini: Saat kita menanam padi, rumput pun ikut tumbuh; tetapi saat kita menanam rumput, tidak pernah tumbuh padi. Dalam kita melakukan “kebaikan”, kadang-kadang hal yang “buruk” turut menyertai.

Namun, saat melakukan “keburukan”, tidak ada “kebaikan” bersamanya. Jangan bosan untuk berbuat “baik” meskipun terkadang tidak sempurna.

Bentuk “kejahatan atau keburukan” yang menimpa kita bisa bermacam-macam, antara lain: komentar atau cibiran yang tidak pantas dari orang lain, bahkan sering terjadi dari sesama orang percaya; musibah/kecelakaan; kerugian tertentu dalam usaha; sakit-penyakit, dan sebagainya.

Sebagai umat yang percaya bahwa Tuhan berkuasa pegang kendali hidup kita, maka yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana cara terbaik dalam meresponi “kejahatan atau keburukan” yang terjadi di tengah-tengah “kebaikan” yang sedang kita bangun. Hal yang utama adalah kita harus tetap fokus kepada Tuhan, supaya kita dapat mengutamakan kehendak Tuhan saja yang terjadi. Kedua, kita harus menemukan dan memahami apa maksud/rencana Tuhan di balik semuanya itu.

Seringkali, Tuhan mengijinkan “kejahatan atau keburukan” demi meningkatkan kualitas iman kita, meningkatkan quality time kita bersama Tuhan, bahkan demi “perbaikan atau pelipatgandaan” hidup kita di masa mendatang, seperti yang dialami Ayub. Meskipun pada saat terjadi, kita belum dapat melihat dan menyadarinya. Ketiga, kita harus memangkas “kejahatan dan keburukan” itu dan terus memupuk “kebaikan”. Artinya, kita tidak perlu terpengaruh oleh “kejahatan dan keburukan” yang terjadi, apalagi membuat kita kecewa dan tawar hati kepada Tuhan, sehingga kita berhenti untuk terus menabur “kebaikan”.

Untuk itu Saudara yang terkasih, mari terus pandang kepada Yesus, Sang Pemelihara jiwa kita. Mari terus menabur dan memupuk kebaikan tanpa pernah menjadi lemah. Iblis mungkin bisa membuat kesulitan dan penderitaan untuk menghadang pertumbuhan kerohanian kita, tetapi percayalah bahwa pertolongan dan kemenangan kita pasti datang dari Tuhan.

Galatia 6:9 menasehati kita: Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.

Haleluya. Tuhan Yesus memberkati.

Baca Berita Tribun Manado Terbaru DI SINI

Baca Berita Lainnya di Google News

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved