Minggu Sengsara
MTPJ 12 -18 Maret 2023: Minggu Sengsara III - Lukas 22:24-38 Iman Jangan Gugur Ketika Ditampi
Iman kepada Tuhan Allah tidak statis melainkan harus berakar, bertumbuh dalam Tuhan dan berbuah bagi kemuliaan-Nya.
Penulis: Aswin_Lumintang | Editor: Aswin_Lumintang
Melalui Injii Lukas kehidupan iman jemaat Tuhan diperteguh lewat penuturan kembali kisah kehadiran Yesus Kristus yang melayani semua orang. Bahkan menderita dalam ketaatan sampai mati di kayu salib sebagai bukti dan teladan bagaimana hidup beriman yang sesungguhnya.
Peristiwa dalam Lukas 22:24-38 merupakan interpretasi dari kontradiksi antara keinginan manusia dan kehendak Tuhan. Dalam percakapan waktu perjamuan malam menjelang kematian Yesus Kristus, para murid kembali bertengkar soal kedudukan dan peran mereka sebagai pengikut Yesus Kristus. Pertengkaran ini sudah pernah terjadi sebelumnya yang diceritakan dalam Lukas pasal 9:46-48 dan Yesus Kristus mengambil seorang anak kecil untuk menerangkannya dengan ungkapan “karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar” (Luk. 9:48b).
Namun ajaran itu belum dipahami sepenuhnya oleh murid-murid-Nya. Apalagi ketika melihat posisi duduk mereka dengan Yesus Kristus saat perjamuan malam dapat menjadi pemicu munculnya kembali pertengkaran yang serupa. Sebab mereka memahami konsep Mesias dalam diri Yesus Kristus dari sudut pandang politis sehingga menimbulkan rasa kebanggan dan persaingan untuk menempatkan posisi masing-masing dengan mempertanyakan siapakah yang dianggap terbesar di antara mereka (ayat 24).
Kata “terbesar” dalam bahasa Yunaninya berasal dari kata mei.zwn meizon (lebih besar, yang terbesar, lebih berharga, lebih kuat, lebih tinggi, yang lebih penting, paling besar, lebih utama) Dengan demikian dapat dipahami bahwa maksud para murid untuk menjadi yang terbesar ialah berkaitan dengan popularitas, prestise dan gengsi.
Mengetahui perselisihan yang terjadi dengan topik yang sama itu, Yesus Kristus tidak memarahi mereka. Namun dengan sabar meluruskan pemahaman mereka dan menggiring pada konsep yang benar meskipun sangat kontras dengan konsep dunia.
Kali ini Yesus Kristus mengkonfrontasikan keberadaan raja bangsa-bangsa yang disebut pelindung dengan keberadaan murid-murid-Nya yang seyogyanya menjadi pelayan yang melayani sebagaimana Yesus Kristus ada di tengah-tengah mereka sebagai pelayan (Ayat 25-27).
Yesus Kristus ingin murid-murid-Nya memahami bahwa menjadi yang terbesar itu ialah yang menjalankan fungsinya bukan posisinya.
Disebut sebagai pelayan (Yun: Diakoneo) artinya berfungsi untuk membantu, mengurus dan melayani bagi orang lain.
Kepemimpinan di dalam Yesus Kristus adalah kepemimpinan yang melayani bukan menguasai dan dilayani. Inilah konsep kepemimpinan yang paradoks (bertentangan/berlawanan) di mana pemimpin harus rela menjadi pelayan, menjadi yang terkecil dan berkorban untuk turun ke tempat yang paling bawah.
Kemudian Yesus Kristus mengarahkan pandangan mereka pada wujud kerajaan yang dikehendaki-Nya yaitu Kerajaan Sorga. Bagi para murid yang setia sampai pada kesudahannya akan diberi hak istimewa untuk makan dan minum satu meja dengan-Nya dalam kerajaan-Nya.
Bahkan diberi kedudukan di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel (Ayat 28-30). Dengan demikian, Yesus Kristus menuntun para murid untuk mengharapkan kemuliaan sorgawi yang akan datang bukan pada kemuliaan duniawi.
Selanjutnya Yesus Kristus memperingatkan Simon Petrus beserta para murid lainnya bahwa akan ada pertarungan iman yang sangat besar. Perkataan-Nya ayat 31 “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum”.
Menampi (Yun.siniazw siniazo) Artinya mengayak, proses memisahkan biji gandum dari sekam dengan cara menghamburkan gandum ke udara dengan menggunakan garpu penampi, sehingga gandum akan jatuh dan sekam akan tertiup oleh angin).
Bukan hanya tertuju kepada Simon Petrus tetapi juga kepada semua murid, karena kata “kamu” yang digunakan adalah bentuk jamak (Yun: humas).
Simon Petrus disebutkan secara spesifik sebagai peringatan kepada murid-murid yang lain supaya sadar dan berjaga-jaga karena sesungguhnya Iblis sementara mengintai mereka. Di tampi seperti gandum menggambarkan sebuah goncangan yang hebat dan ujian iman yang sangat berat dengan melalui proses pembersihan dan pemisahan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.