Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Wisata Manado

Menikmati Akhir Pekan Berwisata di Benteng Moraya Tondano, Simbol Perjuangan Rakyat Minahasa

Benteng Moraya merupakan salah satu tempat wisata bersejarah di Sulawesi Utara. Di sana tertanam kenangan dan kisah Perang Tondano.

Penulis: Mejer Lumantow | Editor: Isvara Savitri
Tribunmanado.co.id/Mejer Lumantow
Benteng Moraya yang berada di tengah persawahan hijau di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara.  

Jika diperhatikan dengan saksama, 12 pilar terpancang mereplikasi cerita tentang Perang Tondano yang akhirnya melahirkan objek wisata itu.

Cerita dimulai dari Perang Tondano pertama (1661-1664) hingga Perang Tondano keempat (1807-1809).

Aslinya, benteng ini berbahan kayu dan dibuat oleh para waraney Minawanua.

Makanya di lokasi benteng tersebut masih terdapat kayu-kayu besar yang adalah sisa-sisa bangunan Benteng Moraya dan perkampungan sebelumnya.

"Tempatnya sejuk dan sangat asri, di sini juga semua marga Minahasa di Sulawesi Utara diukir di dinding beton amfiteater," ungkap Christy, salah satu pengunjung yang berasal dari Kota Manado ketika diwawancarai, Sabtu (18/2/2023).

Baca juga: Satlantas Polres Kepulauan Sangihe Jaring 71 Pelanggar di Operasi Keselamatan Samrat 2023

Baca juga: Gempa Bumi Terkini Sabtu 18 Februari 2023, Pusat Guncangan di Laut, Info BMKG Sore Ini

Anggi, pengunjung asal Kotamabagu, mengaku jauh-jauh datang berlibur bersama keluarga karena tertarik melihat keindahan Benteng Moraya

"Luar biasa, pemandangannya indah, lokasi berada di tengah sawah, banyak nilai-nilai sejarah Minahasa di tempat ini. Saya bisa mengerti perjuangan masyarakat Minahasa melawan penjajah lewat tulisan relief di dinding beton," sebutnya. 

Menurut sejumlah Budayawan Tondano, pembuatan Benteng Moraya diawali oleh seorang yang disebut Opo Item. 

Kata Moraya sendiri diartikan sebagai genangan darah.

Konon di seluruh kawasan Tondano (pada perang tanggal 5 Agustus 1809), telah digenangi darah dan bau anyir dari para korban perang.

Itu memperlihatkan lembaran peristiwa kelam rakyat Minahasa yang mengorbankan banyak nyawa bagi pejuang-pejuang Minahasa laki-laki maupun perempuan kala itu.

Di tempat ini dahulu para pejuang dari Minahasa bersatu mempertahankan tanah Toar Lumimuut.

Sepanjang peperangan di benteng ini, mereka selalu memperoleh kemenangan. 

Sekarang, di Benteng Moraya masih ada sekitar beberapa waruga yang tersisa, walaupun penutupnya sudah ada yang terbuka dan banyak hancur. 

Di sana masih terdapat batu yang diduga sebuah Panibe atau Sumanti.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved