Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Cap Go Meh 2023

Tentang Cap Go Meh dan Perayaan di Manado Sulawesi Utara Minggu 5 Februari 2023

Info lengkap tentang Cap Go Meh. Hari ini Minggu 5 Februari 2023 digelar di Manado Sulawesi Utara.

Kolase/tribunmanado.co.id/Arthur Rompis/Nielton Durado
Ilustrasi. Cap Go Meh di Manado Sulawesi Utara. Hari ini Minggu 5 Februari 2023 digelar kembali. Apa itu Cap Go Meh. Simak info lengkap sejarah dan perayaannya. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Hari ini Minggu 5 Februari 2023, masyarakat keturunan Tionghoa menggelar perayaan Cap Go Meh di Manado Sulawesi Utara

Cap Go Meh atau Goan Siau digelar di jalan raya.

Sebelumnya sudah 2 tahun tidak ada perayaan Cap Go Meh di Manado, karena pandemi Covid 19.

Cap Go Meh adalah perayaan keagamaan yang sangat dinanti warga Manado.

Tak hanya warga Manado, warga luar, bahkan turis asing sangat meminati Cap Go Meh Manado.

Apa Itu Cap Go Meh ?

Salah satu yang perlu diketahui adalah Cap Go Meh hanya ada di Indonesia loh!

Cap Go Meh adalah perayaan yang dilakukan masyarakat keturunan Tionghoa.

Arti Kata Cap Go Meh

Dilansir dari Kompas.com, (26/2/2021), Dosen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta Dwi Susanto mengatakan, perayaan Cap Go Meh mulanya berasal dari bahasa Hokkien.

“Cap go itu 15, meh itu malam. Jadi malam kelima belas. Tradisi itu sudah ada sejak zaman dahulu,” kata Dwi.

Dwi melanjutkan, beberapa sumber ada yang menyebut bahwa perayaan Cap Go Meh bertujuan untuk menghormati dewa tertinggi di Dinasti Han.

“Tetapi kalau di dalam ajaran agama Konghucu, (Cap Go Meh) itu diperingati sebagai berdoa kepada orang tua. Mendoakan orang tua, memohon kepada Tuhan atau Tian,” ujarnya.

Sebutan Cap Go Meh, menurut Dwi, hanya dikenal di Indonesia saja. Hal tersebut dikarenakan pengaruh dari bahasa Hokkien.

Sementara di wilayah negara lain, penyebutan untuk perayaan hari kelima belas setelah Imlek berbeda-beda.

Cap Go Meh dalam konteks internasional disebut juga dengan Lantern Festival atau Festival Lentera (Lampion).

Sedangkan di wilayah Tiongkok, perayaan tersebut dikenal sebagai Yuánxiojié atau Shàngyuánjié.

Sejarah Cap Go Meh

Festival Lentera atau Cap Go Meh dapat ditelusuri hingga era Dinasti Han, sekitar tahun 206 SM hingga 220 M.

Saat itu, para biksu Buddha menyalakan lentera pada hari ke-15 Tahun Baru Imlek untuk menghormati Sang Buddha.

Ritual tersebut kemudian diadopsi oleh masyarakat umum dan menyebar hingga ke seluruh China serta beberapa wilayah Asia.

Ada pula sebuah legenda yang mengisahkan asal muasal festival lentera ini.

Dikisahkan, Kaisar Giok atau Jade Emperor (You Di) marah pada penduduk di sebuah kota karena membunuh angsa miliknya.

Dia berencana ingin menghancurkan kota tersebut dengan cara membakarnya.

Namun, rencana itu digagalkan oleh peri yang menyarankan penduduk untuk menyalakan lentera di seluruh kota pada hari ketika Kaisar Giok membakar kota tersebut.

Kaisar Giok yang melihat cahaya berkobar dari lentera, mengira bahwa kota itu telah dilalap api, sehingga membatalkan rencananya. Kota tersebut pun terhindar dari amarah Kaisar Giok.

Sebagai wujud rasa syukur, orang-orang terus memperingati momen ini dengan memasang lentera warna-warni di seluruh kota setiap hari ke-15 setelah Imlek.

Perayaan Cap Go Meh di Berbagai Negara

Berbagai negara turut merayakan Cap Go Meh sesuai dengan kepercayaan dan kebiasaan masyarakatnya.

Dilansir dari chinatravel.com, berikut perayaan hari ke-15 Tahun Baru Imlek di berbagai belahan dunia.

1. Singapura

Warga Singapura memiliki waktu libur selama dua hari untuk merayakan Cap Go Meh.

Selama festival, selain dari perayaan yang wajib ada seperti pertunjukkan barongsai, pawai tahun baru, dan lentera, Singapura memiliki tradisi unik sendiri.

Orang-orang biasa mengunjungi teman dengan membawa hadiah tahun baru dan juga dua buah jeruk yang dibungkus dengan paper bag.

Orang yang bertamu tersebut memberikan dua buah jeruk kepada tuan rumah pada saat memasuki rumah.

Hal itu untuk mengungkapkan berkah ganda, yakni “keberuntungan” dan “keberuntungan besar”, serta sebagai tanda “hal baik datang berpasangan”.

2. Malaysia

Malaysia membuka gereja dan mengizinkan tim Barongsai untuk tampil, sebagai lambang kemakmuran.

Kebiasaan lain saat perayaan Cap Go Meh di Malaysia, hampir mirip dengan perayaan di China.

Kebanyakan orang Tionghoa di Malaysia membeli nanas, karena nanas dipandang sebagai buah keberuntungan di Tahun Baru China.

3. Korea Selatan

Warga Korea Selatan memiliki budaya perayaan Cap Go Meh yang mirip dengan China.

Misalnya, orang Korea harus pulang untuk reuni keluarga begitu hari festival datang.

Namun, perayaan di China lebih cenderung penuh dengan keramaian.

Berbeda dengan Korea yang lebih tenang dan menutup sebagian besar toko, demi merayakan bersama keluarga.

Kedua negara tersebut juga sama-sama memiliki tradisi membagikan uang keberuntungan.

Namun, uang keberuntungan di China dibungkus dengan amplop merah, sedangkan di Korea dengan amplop putih.

4. Jepang

Di Jepang, Cap Go Meh dirayakan dengan menghias rumah dengan pinus dan cemara.

Selain itu, seluruh keluarga juga akan berkumpul di dekat kompor, begadang hingga tengah malam.

Saat tengah malam tiba, lonceng kuil di seluruh Jepang akan dipukul sebanyak 108 kali.

Kemudian, orang-orang akan bergegas menuju kuil untuk menyembah para dewa dan Buddha.

Ada juga barang yang identik dengan perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh di Jepang, yakni lucky-dip bag atau mystery bag yang berisi barang acak rahasia.

Membeli barang dalam mystery bag, dipercaya orang Jepang dapat membawa keberuntungan di Tahun Baru China.

5. Inggris

London memiliki perayaan Tahun Baru Imlek terbesar di wilayah luar Asia, termasuk pawai, pertunjukkan kostum Tiongkok, tarian naga, dan pertunjukkan barongsai.

Pawai utama biasanya dimulai pukul 10.00 pagi waktu setempat, dan digelar melewati Chinatown dan Kota London.

Setelah selesai pawai, dilanjut dengan pertunjukkan panggung di Trafalgar Square, bersama dengan semua jenis makanan dan kegiatan budaya khas Tiongkok. (Kompas.com, TribunJatim.com)

9 Tang Sin di Manado Sulawesi Utara

Cap Go Meh kali ini tidak diikuti Klenteng Ban Hin Kiong yang belum mendapat restu menggelar Cap Go Meh di jalan raya.

Wakil Ketua Klenteng Kwan Kong Manado Johan Rawung menuturkan, Cap Go Meh tahun ini diikuti tujuh tempat ibadah Tridharma di Manado.

"Jumlah Tang Sin ada sembilan," katanya.

Sebut dia, Umat Tridharma di Klenteng Kwan Kong menyiapkan hati dan pikiran untuk menyambut Cap Go Meh.

Para petugas sembahyang menggelar puasa Cia cai yakni tidak makan makanan bernyawa.

Jumat siang diadakan asah peralatan yang bakal digunakan Tang Sin dalam Cap Go Meh nanti.

Ketua Pelaksana Perwakilan PTITD kota Manado Ridwan Sanyoto menuturkan, Klenteng yang ikut serta adalah Kwan Seng Ta Tie, Hok Tek Ceng Sin, Istana Agung Tua, Altar Agung, Seng Kong Bio dan Lo Tjia Miao.

Untuk rute, kata dia, sama dengan tahun - tahun sebelumnya. "Rute seperti biasa," katanya.

Dia menuturkan, barisan Cap Go Meh terdiri dari barisan non ritual dan barisan ritual. Barisan non ritual diatur Pemkot Manado.

"Sedang barisan ritual ada kuda Lo Cia. Kereta hias dan kio dari masing masing tempat ibadah," katanya.

Ia menuturkan, pihaknya memutuskan menggelar Cap Go Meh di jalan raya setelah Presiden Jokowi mencabut PPKM.

Untuk pelaksanaan Cap Go Meh kali ini pihaknya mengantongi izin dari Kesbang Manado serta Departemen Agama.

"Dari kepolisian mendukung serta akan melakukan pengamanan persuasif," katanya. (art)

Baca Berita Lainnya di: Google News

Berita Terbaru Tribun Manado: Klik Link

Sumber: TribunJatim.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved