Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

Sejarah Pantai Firdaus Kema Minut Sulawesi Utara, Tempat Persinggahan Orang Arab dan Spanyol

Posisi Kema yang dekat dengan Maluku yang jadi pusat perdagangan dunia membuat pelabuhan itu menjadi tempat transit para pedagang asing.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
tribunmanado.co.id/Arthur Rompis
Sejarah Pantai Firdaus Kema Minut Sulawesi Utara, Tempat Persinggahan Orang Arab dan Spanyol 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Sengatan sinar mentari di awal Maret, tak menyurutkan semangat seorang turis pria asal Eropa untuk menikmati pasir putih Pantai Firdaus.

Pantai ini berada di Desa Kema 2, Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Sulawesi Utara.

Sudah tiga jam dihabiskannya di pantai itu, sejam lamanya berbaring di pasir.

Beberapa abad yang lalu, para pedagang dari Yaman juga berada di atas pasir itu. Mereka mendirikan kemah di sana.

Semenjak dibuka dan booming beberapa tahun lalu, Pantai Firdaus Kema terus didatangi turis asing.

Mereka tertarik pada lautnya yang biru, pasir putih, pemandangan yang menakjubkan serta berbagai wahana permainan seperti banana boat, selancar jet, hingga perahu.

Serbuan turis di pantai itu sejatinya bukan baru beberapa tahun ini saja, namun sudah berlangsung selama berabad‑abad lamanya.

Kema dulunya adalah salah satu pelabuhan utama di wilayah Celebes.

Posisinya yang dekat dengan Maluku yang jadi pusat perdagangan dunia membuat pelabuhan itu menjadi tempat transit para pedagang asing dari Spanyol, Portugis, Arab serta Belanda.

Sembari berdagang di Kema, para pedagang asing ini menikmati pantai keindahan Firdaus.

Ismet Jailani, tokoh masyarakat setempat, mengatakan, para pedagang Yaman dulunya mendirikan kemah di tempat itu sambil menanti waktu berlayar ke Maluku.

"Mereka datang sesudah dagang di Maluku, maksudnya untuk rekreasi. Di mata mereka tempat itu (Pantai Firdaus) sangat indah," kata dia.

Disebutnya, beberapa pedagang tidak meneruskan perjalanan ke tempat asalnya. Mereka tinggal, kawin dengan warga sekitar dan membentuk pemukiman.

"Merekalah cikal bakal Kampung Arab di Manado," kata dia.

Cinta pada Firdaus, ungkap Ismed, menautkan para pedagang Yaman ini dengan warga sekitar.Mereka berinteraksi dan dari situ bahasa Yaman diadopsi warga sebagaimana halnya bahasa Spanyol, Belanda, Portugis, hingga Prancis.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved