Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bitung Sulawesi Utara

Maurits Mantiri Angkat Produk UMKM Kota Bitung Go Internasional di Seminar Kajiterap

Maurits Mantiri membahas soal produk UMKM asal Bitung yang sudah go internasional. Ia ingin produk berbahan rumput laut juga begitu.

Tribunmanado.co.id/HO
Balai Pelatihan dan Penyuluh Perikanan (BPPP), di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) menggelar Seminar Kajiterap Melalukan Subtitusi Rumput Laut (Euchea Cottonii) dengan Produk Kelapa Pada Olahan Klappertaart. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG – Balai Pelatihan dan Penyuluh Perikanan (BPPP) Kota Bitung, Sulawesi Utara (Sulut), menggelar Seminar Kajiterap Melalukan Subtitusi Rumput Laut (Euchea Cottonii) dengan Produk Kelapa pada Olahan Klappertaart, Rabu (14/12/2022).

Dalam seminar itu Wali Kota Bitung, Maurits Mantiri, didaulat menjadi salah satu narasumber.

Menurut Maurits, ada hasil laut yang juga bisa dikembangkan yaitu ikan putih yang diolah menjadi makanan ringan di Italia.

“Nah, produk itu ternyata cocok di lidah orang Indonesia apalagi kami dari Kota Bitung. Membuat kami tertarik, menjadi makanan setiap hari saat memenuhi undangan di sana,” kata Maurits Mantiri, Rabu (14/12/2022).

Produk-produk seperti ini jika diolah dan dikemas dengan baik membawa produk Bitung hingga ke mancanegara.

Ia juga angkat bicara mengenai produk Bitung yaitu amplang dan kripik ikan tuna yang laris dan sudah mendapat tempat di luar negeri.

Selain itu, produk pangan khas Sulawesi Utara lainnya, klappertaart dari rumput laut, bisa dikembangkan sebagaimana penelitian dari BPPP.

Pemkot Bitung tak tanggung–tanggung untuk berintervensi agar produk UMKM Bitung bisa dikirim hingga ke luar negeri.

Sudah ada belasan produk UMKM khas Kota Bitung yang di ekspor ke luar negeri, diantaranya kripik caka-caka, gula aren, produk ikan oni-oni, ikan fufu oni-oni, kripik pisang ramanta, dan amplang tuna.

“Nah, dengan begitu bagaimana perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kota Bitung untuk menciptakan iklan ekspor produk UMKM dari Kota Bitung. Kami Pemkot Bitung komitmen untuk membantu guna meningkatkan hasil produk UMKM Bitung,” jelasnya.

Secara keseluruhah, Pemprov Sulut khususnya Kota Bitung benar-benar konsen dengan produk UMKM.

Apalagi dengan adanya produk pangan UMKM klappertaart dengan bahan rumput laut, pasti bisa mengikuti jejak produk UMKM lainnya yang sudah go internasional.

Dengan kualitas produk yang baik tentunya serta ketersediaan produk

Menurutnya, seminar ini tempat untuk saling tukar informasi terkait inovasi di bidang diversifikasi olahan berbahan baku rumput laut.

Ia menjelaskan, Indonesia merupakan wilayah yang sesuai untuk pertumbuhan berbagai jenis rumput laut

Tercatat 911 jenis rumput laut dapat tumbuh dengan baik di Indonesia.  

Hal ini didukung dengan 6,4 juta km2 luas lautan, 108 ribu km panjang garis pantai, serta memiliki iklim tropis.

Saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama rumput laut dunia, khususnya untuk jenis Eucheuma sp dan Glacillaria sp.  

Produksi Eucheuma sp Indonesia pada tahun 2019 mencapai 9,8 juta ton (basah) atau 99,8 persen dari total produksi Eucheuma sp dunia.  

Sementara untuk Glacillaria sp sebesar 123 ribu ton (basah) atau 3,4 persen dari total produksi dunia.

Baca juga: 10 Poster Selamat Hari Juang Kartika TNI AD 2022, Cocok Dibagikan Tanggal 15 Desember 2022

Baca juga: Wali Kota Manado Sulawesi Utara Andrei Angouw Minta Pengerjaan Proyek Bersumber Dana DAK Dipercepat

Secara total, produksi rumput laut Indonesia kedua terbesar di dunia setelah RRTb (berdasarkan data FAO).

Sebagai salah satu produsen utama rumput laut, merupakan suatu keuntungan bagi Indonesia.

Hal tersebut karena rumput laut menjadi salah satu produk yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia. 

Produk turunan rumput laut dapat dikelompokkan menjadi pangan, pakan, pupuk, produk kosmetik, dan produk farmasi.

Sejumlah penelitian juga menyebutkan bahwa rumput laut dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan bahan bakar atau biofuel, sehingga dapat menjadi salah satu alternatif solusi krisis energi yang banyak dikhawatirkan di masa datang.

Di Indonesia sendiri berbagai produk berbahan baku rumput laut telah dikembangkan. 

Produk-produk turunan yang telah dikembangkan antara lain produk pangan seperti manisan, agar-agar, dodol, mie, minuman, stik, dan lainnya.

Sedangkan produk non-pangan meliputi pupuk, cangkang kapsul, kemasan pengganti plastik, sedotan, sabun, lulur, hingga bedak.

Produk turunan rumput laut sebagai hydrocolloid (karaginan, agar, dan alginat) untuk bahan pembantu dalam pembuatan berbagai produk industri baik pangan (es krim, roti susu, sosis, edible film pada buah-buahan, minuman instan, dan lainnya) maupun non-pangan (cat, tekstil, farmasi, kosmetik, dan lainnya).

Kondisi rumput laut di Sulut memiliki potensi yang cukup besar dengan total areal budidaya 2.886,7 ha yang tersebar di kabupaten Minahasa Utara, Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Kepulauan Sangihe, dan Kepulauan Sitaro.

Balai Pelatihan dan Penyuluh Perikanan (BPPP), di Kota Bitung
Balai Pelatihan dan Penyuluh Perikanan (BPPP), di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) menggelar Seminar Kajiterap Melalukan Subtitusi Rumput Laut (Euchea Cottonii) dengan Produk Kelapa Pada Olahan Klappertaart.

Jenis budidaya rumput laut yang dikembangkan adalah Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum.

Target produksi 2020-2024 meningkat rata-rata 2,9 persen.

Produksi pada tahun 2020 tercatat 248.264,08 ton (sumber Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Sulut).

Pasar komoditi rumput laut adalah pasar lokal antar pulau (Makassar, Surabaya, Jakarta)  dan ekspor (Eropa).

Rumput laut Slawesi Utara dipasarkan baik antar pulau maupun eksor dalam bentuk mentah (kering) sehingga belum menghasilkan nilai tambah produk bagi daerah.

Struktur industri rumput laut yang terintegrasi dari hulu hingga hilir masih lemah karena kualitas bahan baku untuk industri mutu rendah dan formulasi branding produk olahan masih sangat kurang. 

Hal ini menjadi tantangan, sehingga ke depan perlu dilakukan perubahan orientasi produk rumput laut yang diproduksi dalam negeri dan diekspor yaitu produk rumput laut yang diolah.

Hal ini untuk meningkatkan penyerapan bahan baku rumput laut kering dan dilakukan diversifikasi pengembangan produk dan meningkatkan nilai tambah oleh unit pengolahan rumput laut.

“Kami mengapresiasi inovasi yang dilakukan oleh BPPP di Kota Bitung untuk melakukan inovasi bidang pengolahan rumput laut yakni kaji terap melakukan substitusi rumput laut (Eucheuma cottoni) dengan produk kelapa pada olahan klappertart,” sebut Maurits.

Kondisi fisik, tekstur, dan rasa rumput laut yang kenyal-kenyal hampir sama dengan kelapa muda serta komposisi protein mineral dan vitamin yang lebih tinggi menghasilkan gizi yang tinggi serta ketahanan terhadap kecepatan membusuk oleh mikroba akan memberikan nilai tambah produk klappertaart berbahan baku rumput laut. 

Baca juga: Kunci Jawaban dari Soal IPS Kelestarian Lingkungan Kurikulum Merdeka Halaman 140 untuk Kelas 8 SMP

Baca juga: Ganjar Pranowo Kerap Terlihat Mesra Dengan Puan Maharani, Pengamat Politik Sebut Kemesraan Sementara

Di samping itu, juga mendorong pengembangan diversifikasi produk olahan berbahan baku rumput laut di tingkat masyarakat. 

Seminar ini diikuti secara daring dan luring, dan dibuka oleh Kepala Puslathut KP, Lilly Pregiwati.

Ia berharap KPPP Bitung jadi cacuan untuk masyarakat.

Bukan terbatas hari ini, tapi bersama dengan Pemkt Bitung, akan menindaklanjuti kerja sama dengan Pemkot Bitung.(*)

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved