Lokal Bercerita
Sejarah Etnik Borgo di Manado Sulawesi Utara, Berawal dari Kedatangan Bangsa Eropa
Saat Maluku berhasil dijejaki pada tahun 1512, beberapa tahun kemudian tepatnya di tahun 1523, Manado dijadikan tempat persinggahan.
Penulis: Rizali Posumah | Editor: Rizali Posumah
Etnis Borgo mewarnai sejarah Manado yang sudah berumur 399 tahun. Sumbangsih mereka tidak sedikit ke Manado.
Hal itu nampak pada Bahasa Melayu Manado yang dipengaruhi bahasa Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris. Paulus Heydemans, penggiat budaya yang menekuni etnis Borgo, menuturkan budaya Borgo sangat beragam, mulai dari tarian, musik, hingga pertunjukan. "Ada salah satu cakalele yang unik dari Borgo Bawontehu," katanya, Selasa (20/12/2022).
Peninggalan Borgo lainnya adalah tari katrili. Tarian katrili adalah tari yang sangat kental budaya Spanyol, dari pakaian hingga bahasa. "Katrili itu tergolong baru dibanding peninggalan Borgo lainnya," katanya.
Tifa Spanyol pun masih dilestarikan warga Borgo di Sindulang. Tifa tersebut digunakan pada acara tertentu. Dia menceritakan pengalamannya kala ikut kirab saat Manado Fiesta lalu. Kala itu, mereka membawa bendera Portugal dan Spanyol. "Mereka kira itu bendera bola padahal ini dari nenek moyang kami," katanya.
Menurut dia, sangat pas jika digelar Festival Kebudayaan Borgo. "Budaya Borgo sangat beragam hingga berpotensi mendatangkan turis," katanya.
Salah satu peninggalan Borgo yang sangat ngetop di Manado adalah figura. Pria berdandan ala wanita dengan memakai rok, wig, dan lipstick di bibir. Mereka jalan keliling desa sambil bernyanyi dan berjoget.
Ini bukan parade waria, tapi tradisi awal tahun di Sulawesi Utara yang disebut figura. Figura biasa dilombakan atau diadakan untuk mencari dana. Suasana figura santai dan penuh gelak tawa. Dulunya figura tidak begitu. Figura berakar dari tradisi warga setempat untuk menipu roh jahat.
Tradisi itu kemudian menyatu dengan kebudayaan Spanyol yang masuk ke Sulut melalui pesisir utara provinsi ini, termasuk di Minahasa Utara. Nama figura sendiri berasal dari Bahasa Latin yang artinya sosok atau figur.

Tokoh masyarakat Desa Kema di Kecamatan Kema, Minut, bernama Max Cornelez, menyatakan figura merupakan tradisi warga Kema keturunan Borgo Spanyol yang telah menyebar ke seluruh Sulut. Dahulu Kema terkenal dengan ilmunya hingga figura pun berbau mistis.
"Biasanya ada beberapa grup yang tampil antar kampung. Nah di situ adu ilmu terjadi," kata dia.
Max Cornelez menyebut, adu ilmu tersebut hanya untuk iseng. Pihak yang kalah hanya dipermalukan. "Yang kalah misalnya berak di celana," kata dia.
Kini figura sudah dibersihkan dari anasir mistis. Injil telah menaklukannya.
"Namun kini sudah tak pakai ilmu lagi, semua sudah ditaklukkan oleh Injil Kristus. Figura kini justru jadi semacam ajang cari dana untuk gereja," kata dia. . (tribunmanado.co.id/Rizali Posumah/Art)
Baca berita lainnya di Google news
Baca berita terbaru Tribun Manado KLIK DISINI
Disadur dari: https://manado.tribunnews.com/2019/04/29/masa-lalu-bowentehu-kedatangan-bangsa-eropa-dan-lahirnya-etnis-borgo-di-manado