Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah Berdirinya Jakarta Islamic Center, Mulai Dibangun Tahun 2001, Jadi Pusat Peradaban Islam

Kubah Jakarta Islamic Centre atau Masjid Jami' Jakarta Center terbakar, Rabu (19/10/2022).

Editor: Ventrico Nonutu
Zintan Prihatini/KOMPAS.com
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta atau Jakarta Islamic Centre (JIC) di Jalan Kramat Jaya, Koja, Jakarta Utara, merupakan bangunan yang dahulu menjadi pusat prostitusi terbesar di Asia Tenggara. Area ini dibangun pada 2001 dan diresmikan mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso tahun 2003. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kubah Jakarta Islamic Centre atau Masjid Jami' Jakarta Center terbakar, Rabu (19/10/2022).

Kebakaran dilaporkan terjadi pada pukul 15.24 WIB.

Jakarta Islamic Centre atau Masjid Jami' Jakarta Center terletak di Jalan Kramat Jaya Raya Nomor 1, RT 06/RW 01, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara.

Baca juga: Ternyata Ini Tujuan Pihak Bharada E Minta Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Hadir di Persidangan

Baca juga: Keinginan Anies Baswedan Terkait Cawapres Mengarah ke AHY, Penentuan Belum Saat Ini

Petugas pemadam kebakaran DKI Jakarta menerjunkan 20 unit mobil pemadam kebakaran dan 88 personel.

Informasi ini diketahui dari unggahan Instagram Stories Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta @humasjakfire.

"Saat ini masih dalam proses pemadaman dengan pengerahan sebanyak 20 unit dengan 88 personil," tulis unggahan itu.

Sejarah Berdirinya Jakarta Islamic Centre atau Masjid Jami' Jakarta Center

Seperti diketahui, JIC merupakan sebuah masjid serta lembaga pengkajian dan pengembangan Islam di Jakarta.

Berlokasi di Jalan Kramat Jaya, Koja, Jakarta Utara, kompleks pengembangan Islam ini dibangun di bekas lahan prostitusi terbesar se-Asia Tenggara pada era 1970-1999.

Dahulu, wilayah yang disebut Kramat Tunggak itu menjadi saksi bisu bagaimana para pekerja seks komersial (PSK) mencari pundi-pundi rupiah.

Lokalisasi Kramat Tunggak merupakan lokasi rehabilitasi sosial Kramat Tunggak yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, Ali Sadikin.

Perkembangan lokalisasi Kramat Tunggak terbilang sangat pesat, hingga terkenal ke seluruh Asia Tenggara sebagai pusat prostitusi terbesar.

Pada 1970, awal dibukanya tempat ini berisikan 300 wanita tuna susila (WTS) di bawah 76 orang germo.

Jumlahnya kian bertambah seiring berjalannya waktu.

Kemudian, di tahun 1999 menjelang ditutupnya lokasi ini, jumlah WTS mencapai 1.615 yang dibawahi 258 orang germo.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved