Bitung Sulawesi Utara
284 Kasus Stunting di Kota Bitung Sulawesi Utara, Ini yang Dilakukan Pemerintah
Sebanyak 284 kasus stunting ada di Kota Bitung. Kehadiran BAAS diharapkan mampu menuntaskan stunting di Bitung.
Penulis: Christian_Wayongkere | Editor: Isvara Savitri
TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG – Berdasarkan survei status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting di Kota Bitung 22,1 persen dibawah rata-rata Provinsi Sulawesi Utara di angka 26,1 persen.
Data itu disampaikan Kepala Perwakilan BKKBN Sulut, Diano Tandaju, ketika menghadiri Pengukuhan Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) di Kota Bitung, Selasa (18/10/2022).
Sementara itu, Indikator Program Bangga Kencana di Kota Bitung belum mencapai hasil menggembirakan sehingga harus ditingkatkan.
Seperti angka pravelensi kontrasepsi modern yang berada di angka 54,9 persen.
“Dengan hadirnya BAAS di Kota Bitung, kiranya akan berdampak luar biasa tak hanya seremonial biasa. Bergerak bersama tuntaskan stunting di Sulut khususnya Kota Bitung dan berharap Kota Bitung bisa lepas dari stunting,” kata Diano Tandaju.
Terkait dengan pengukuhan BAAS Diano mengatakan ke Dandim 1310/Bitung, hal ini adalah tanggung jawab yang harus dipikul bersama.
Baca juga: Dry Shampoo vs Keramas, Begini Cara Menggunakan Hingga Memilih Jenis-Jenisnya
Baca juga: Tindak Lanjut Instruksi Kemenkes, Dinkes Sitaro Sulawesi Utara Menyurat ke Semua Faskes
Pada saat itu juga berlangsung penandatanganan Nota Kesepakatan antara perwakilan BKKBN Sulut dengan Institut Kesehatan dan Teknologi Graha Medika.
Kepada Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Bitung, Haidy Malingkas, menjelaskan stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan.
Kurangnya asupan gizi pada anak dalam waktu lama mempengaruhi perkembangan anak, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadahi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan.

270-720 hari setelah kelahiran atau sampai usia anak dua tahun merupakan periode emas yang penting bagi perkembangan otak dan pertumbuhan fisik.
“Kasus stunting di Kota Bitung berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bitung, sebanyak 284 anak yang terdiri dari 159 anak baduta (0-2 tahun) dan 125 anak balita (>2 thun – 5 thn) tersebar di tujuh kecamatan minus Kecamatan Ranowulu,” jelas Haidy Malingkas.
Ia menambahkan, stunting merupakan ancaman pembangunan di masa yang akan datang karena berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia (SDM).
Baca juga: Sekjen PDIP: Setiap Kader Harus Siap, Sebut Puan Maharani, Risma, Djarot dan Pramono, Selain Ganjar
Baca juga: Siapa Sangka, Masjid JIC yang Terbakar pada Awal Dibuka Berisikan 300 Tuna Susila dan 76 Orang Germo
Dampak stunting yaitu gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus), hambatan perkembangan kognitif dan motorik, gangguan metabolisme saat dewasa, dan resiko penyakit tidak menular (diabetes, obesitas, stroke, penyakit jantung).
Siklus terjadi stunting yaitu ketika seorang remaja kurang gizi dan anemia, ketika seorang remaja menjadi ibu yang kurang gizi dan anemia, dan hidup di lingkungan dengan sanitasi kurang memadahi.
Sehingga waspada stunting sudah dimulai sejak remaja.
