Tragedi di Stadion Kanjuruhan
Sergio Silva Ceritakan Momen Ngeri Tragedi Kanjuruhan, 5 Jam Terkurung di Ruang Ganti
Salah satu pemain Arema FC, Sergio Silva menceritakan momen mengerikan yang ia saksikan saat tragedi di Stadion Kanjuruhan terjadi.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Tragedi di Stadion Kanjuruhan menyisahkan duka mendalam bagi persepakbolaan di Indonesia bahkan dunia.
Ratusan orang meninggal usai laga Arema FC vs Persebaya.
Momen-momen mengerikan itu pun terekam dalam benak para korban yang berhasil lolos dan selamat dari tragedi Kanjuruhan.
Baca juga: Cerita Para Korban Selamat dari Maut di Stadion Kanjuruhan, Lihat Banyak Jazad dengan Wajah Membiru

Gas air mata yang ditembakkan dituding sebagai penyebab jatuhnya ratusan korban jiwa.
Kini Tim Gabungan Independen Pencari Fakta ( TGIPF ) yang diketuai oleh Mahfud MD telah bergerak mengusut kasus yang menyita sorotan dunia ini.
Sementara itu, bek atau pemain belakang Arema FC, Sergio Silva, lantas mengungkapkan momen ngeri kala ia dan pemain lainnya berada di dalam ruang ganti Stadion Kanjuruhan saat kericuhan terjadi.
Pemain asal Portugal tersebut mengungkapkan kejadian yang dialaminya seusai laga Arema FC vs Persebaya.
Menurut Sergio Silva, para pemain Arema FC memilih masuk ke ruang ganti seusai para suporter mulai banyak masuk ke lapangan.
Padahal para pemain Arema FC sebenarnya berencana untuk berjalan di sekitar stadion untuk memberikan penghormatan kepada para suporter mereka.
"Meski kalah, kami (berencana) akan berjalan-jalan di sekitar stadion untuk menghormati para suporter. Langkah itu terhenti di tengah lapangan," beber Sergio Silva.
"Kami melihat indikasi beberapa suporter (masuk) ke lapangan. Saya pikir banyak yang datang untuk memberi dukungan dan bukan untuk menyerang. Tetapi lebih baik pergi ke ruang ganti."
Setelah masuk ke ruang ganti, para pemain Arema FC tidak tahu banyak tentang kondisi yang terjadi di luar.
Mereka juga tidak merasa benar-benar aman di dalam ruang ganti tersebut.
"Kami menghabiskan empat atau lima jam di ruang ganti, dijaga dengan meja dan kursi yang menahan pintu," terangnya.
Lebih lanjut, Sergio Silva mengungkapkan kerabat dari salah satu ofisial Arema FC turut meninggal dunia dalam tragedi tersebut.
Baca juga: Pasang Lilin di Stadion Klabat Manado, Sulut United Gelar Doa untuk Korban Tragedi Kanjuruhan

Ia membeberkan momen mengerikan yang terjadi di stadion tersebut.
"Semua orang yang tewas dan terluka dievakuasi. Beberapa orang meninggal di dekat pemandian. Kami juga tahu kerabat salah satu asisten kami meninggal," katanya.
"Saya hanya bisa menyebutkan skenario mengerikan, kehancuran, perang, mobil polisi terbakar, semuanya rusak, koridor penuh dengan darah, sepatu orang-orang. Tidak ada hubungannya dengan sepak bola," pungkasnya.
9 komandan Brimob dinonaktifkan
Irjen Dedi Prasetyo pun mengungkapkan ada tiga jabatan komandan Brimob dengan total sembilan anggota yang dinonaktifkan terkait kasus yang menewaskan ratusan orang itu.
"Kapolda Jatim menonaktifkan Danyon (Komandan Batalyon), Danki (Komandan Kompi), Danton (Komandan Pleton) Brimob sebanyak sembilan orang," kata Dedi.
Saat ini, kesembilan Komandan Brimob itu sedang diperiksa tim investigasi yang tengah mengusut kasus tersebut.
"Semuanya dalam proses terperiksa oleh tim malam ini," jelasnya.
Baca juga: Abel Camara Ungkap Momen & Kronologi Mencekam Tragedi Kanjuruan, Lihat 8 Orang Tewas di Ruang Ganti

Adapun kesembilan Komandan Brimob yang dinonaktifkan dalam kasus ini di antaranya Komandan Batalyon AKBP Agus Waluyo, Komandan Kompi AKP Hssdadarmawan, Komandan Peleton Aiptu Solikin, Komandan Peleton Aiptu M Samsul, Komandan Peleton Aiptu Ari Dwinanto, Komandan Kompi AKP Untung Sudjadi, Komandan Kompi AKP Danang Sasongko P, Komandan Peleton AKP Nanang Pitrianto, Komandan Peleton Aiptu Budi Purnanto.
Tak hanya menonaktifkan 9 komandan Brimob saja, Polri pun mencopot Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat.
Pencopotan AKBP Ferli teregister dalam surat telegram dengan nomor ST/2098X/KEP/2022.
"Kapolri mengambil keputusan menonaktifkan sekaligus mengganti Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat," kata Dedi.
Adapun jabatan yang ditinggalkan AKBP Ferli akan diisi AKBP Putu Kholis yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok.
"AKBP Ferli Hidayat dimutasikan sebagai perwira menengah (pamen) As SDM Polri," ucapnya.
Mahfud MD minta tersangka segera diumumkan
Menkopolhukam Mahfud MD diketahui memimpin rapat bersama kementerian dan lembaga menyikapi tragedi Kajuruhan.
Sejumlah langkah jangka pendek pun diputuskan dalam rapat tersebut.
"Diminta kepada Polri agar dalam beberapa hari ke depan ini segera mengungkap pelaku yang terlibat tindak pidana. Karena tentunya sudah mulai dilakukan, supaya segera diumumkan siapa pelaku pidana dari ini yang sudah memenuhi syarat untuk segera ditindak," kata Mahfud saat konferensi pers, Senin (4/10/2022).
Selain itu, kata dia, Polri juga diminta melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan keamanan di daerah setempat.
"Dan diminta agar Polri melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan keamanan di daerah setempat," kata Mahfud.
Pemerintah bentuk TGIPF
Selain itu, pemerintah pun membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Stadion Kanjuruhan pada Senin (3/10/2022).
Adapun tim tersebut diketuai Menko Polhukam Mahfud MD dengan wakil ketua Menpora Zainuddin Amali, serta sekretarisnya Mantan Jampidum/Mantan Dep III Kemenko Polhukam Nur Rochmad.
Baca juga: Soroti Tragedi di Kanjuruhan, Mahfud MD Minta Pelakunya Segera Diumumkan, Kasusnya Masuk Penyidikan

Tim tersebut memiliki 10 orang anggota di antaranya:
1. Rhenald Kasali (Akademisi/UI)
2. Sumaryanto (Rektor UNY)
3. Akmal Marhali (Pengamat Olahraga/Koordinator Save Our Soccer)
4. Anton Sanjoyo (Jurnalis Olahraga-Harian Kompas)
5. Nugroho Setiawan (Mantan pengurus PSSI dengan Lisensi FIFA)
6. Letjen TNI (Purn) Doni Monardo (mantan kepala BNPB)
7. Mayjen TNI (Purn) Suwarno (Wakil Ketum 1 KONI)
8. Irjen Pol (Purn) Sri Handayani (Mantan Wakapolda Kalimantan Barat)
9. Laode M Syarif (Kemitraan/Mantan Wakil Ketua KPK)
10. Kurniawan Dwi Yulianto (mantan pemain tim nasional sepak bola)
Mahfud MD mengatakan tim tersebut akan bekerja paling lama satu bulan.
Mahfud juga menegaskan tim tersebut juga tidak hanya akan melakukan investigasi terkait aspek hukum, melainkan lebih menyeluruh.
"Bukan sekadar (aspek) tindakan hukum, karena tindakan hukumnya sudah diperintahkan dalam dua atau tiga hari ke depan supaya segera dilakukan penegasan. Tapi ini akan lebih menyeluruh, latar belakang, proses, siapa yang terlibat, dan macam-macam, kaitan-kaitan dengan pihak luar, siapa tahu nanti ketemu," kata Mahfud.
Artikel ini telah tayang di TribunNewsmaker.com Tribunnews.com
Baca Berita Tribun Manado disini: