Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kajian Islam

4 Hal yang Bisa Dilakukan di Bulan Rabiul Awal 1444 H, Daftar Amalan Sambut Maulid Nabi Muhammad SAW

Berdasarkan kalender Hijriah, awal bulan Rabiul Awal 1444 H jatuh pada Selasa 27 September 2022 saat matahari terbenam.

Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
ilustrasi Tribun kaltim
4 Hal yang Bisa Dilakukan di Bulan Rabiul Awal 1444 H, Deretan Amalan Sambut Maulid Nabi Muhammad SAW 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Tinggal menghitung jam lagi umat Islam akan memasuki bulan Rabiul Awal 1444 H.

Berdasarkan kalender Hijriah, awal bulan Rabiul Awal 1444 H jatuh pada Selasa 27 September 2022 saat matahari terbenam hari ini.

Bulan Rabiul Awal termasuk satu di antara bulan istimewa bagi umat Islam.

Karena pada Bulan Rabiul Awal ada banyak peristiwa penting di antaranya kelahiran dan wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal, hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekkah ke Madinah, dan dibangunnya masjid pertama di dunia pada 8 Rabiul Awal 1 Hijriah.

Berikut ini beberapa amalan yang dikerjakan di bulan rabiul awal dan menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW.

Di Indonesia, sebagian umat Islam merayakan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai Maulid Nabi atau maulud dan muludan.

Dalam rangka menyambut Maulid Nabi, sebagian umat muslim mengadakan pengajian.

Mulai dari pembacaan dibaan, barzanji dan menggemakan shalawat atas Nabi Muhammad SAW.

Bahkan ada juga digelarnya majelis ilmu seperti Tablig Akbar hingga menggelar acara perlombaan keislaman.

Berikut beberapa amalan yang dikerjakan di bulan Rabiul Awal, dilansir dari berbagai sumber:

1. Bershalawat

Sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, di bulan Rabiul Awal dianjurkan memperbanyak shalawat.

Shalawat merupakan amalan sunah, doa dan seruan kepada Allah SWT untuk memohon berkah.

Shalawat dapat diartikan sebagai ungkapan kecintaan, penghargaan dan kehoramatan kepada Nabi Muhammad SAW.

Perintah agar umat muslim bershalawat bahkan sudah jelas tercantum dalam Al Quran Surat Al Ahzab : 56.

ilustrasi sedekah
ilustrasi sedekah (Tribun Cirebon)

2. Bersedekah

Sejatinya amalan bersedekah merupakan amalan yang diamalkan kapan saja bahkan setiap hari.

Sedekah juga merupakan perintah langsung dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

Sedekah adalah pemberian secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu.

Sudah menjadi kewajiban seorang muslim menyisihkan sebagian hartanya untuk berbagai kepada sudaranya yang serba kekurangan.

Sedekah harus dilandasi oleh rasa ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan.

Allah SWT menjelaskan keistimewaan orang bersedekah dalam Alquran surah Al Baqarah ayat 261.

3. Puasa Sunah

Seperti bulan lainnya, amalan puasa sunah juga dianjurkan di bulan Rabiul Awal.

Seperti mengerjakan amalan puasa sunah, puasa senin dan kamis, puasa Ayyamul Bidh, dan lainnya.

Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa tiga hari di pertengahan bulan.

Dilansir dari muslim.or.id, lebih utama puasa Ayyamul Bidh dilaksanakan setiap hari ke-13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah (Qomariyah).

Disebut Ayyamul Bidh (hari putih) karena pada malam-malam tersebut bersinar bulan purnama dengan sinar yang putih.
 
Pada Bulan Rabiul Awal 1444 H puasa Ayyamul Bidh dapat dikerjakan pada 8, 9, dan 10 Oktober 2022.

4. Memperbanyak amalan kebaikan

Seperti pada bulan lainnya, di Rabiul Awal juga muslim dianjurkan memperbanyak amalan sunah dan amalan kebaikan.

Seperti memperbanyak zikir, mengamalkan salat sunnah, hingga tilawah Al Quran.

Amalan berzikir sebenarnya tak pernah lepas dikerjakan setiap saat.

Berzikir adalah akikatnya menjadi kewajiban umat muslim.

Sebagaimana termaktub dalam Ummul Quran dan bacaan doa lainnya.

“Ada dua kalimat yang dicintai oleh Allah, ringan di lisan dan berat di timbangan: (yaitu bacaan) subhaanallah wabihamdihi subhaanallahil adzim.” (HR Bukhari).

Begitu juga dengan amalan membaca Al Quran yang sangat dianjurkan dikerjakan muslim hakikatnya setiap saat.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka dia mendapat satu pahala kebaikan. Dan setiap satu pahala itu dilipatkan menjadi 10 kali.” (HR. At Tirmidzi dan At Thabrani).

Ustadz Abdul Somad (UAS)
Ustadz Abdul Somad (UAS) (Kolase TribunNewsmaker/Instagram Ustadz Abdul Somad)

Penjelasan Ustadz Abdul Somad Hukum Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, Sering Dirayakan Umat Islam

Hukum Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW

Ustadz Abdul Somad dalam buku 37 Masalah Populer mengatakan, dalam Fatâwa al-Azhar dinyatakan oleh Syekh ‘Athiyyah Shaqar bahwa menurut Imam al-Suyuthi, al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dan Ibnu Hajar al-Haitsami memperingati maulid nabi itu baik, meskipun demikian mereka mengingkari perkara-perkara bid’ah yang menyertai peringatan maulid.

Pendapat mereka ini berdasarkan kepada firman Allah Swt dalam al Quran Surah Ibrahim ayat 5.

Imam an-Nasa’i, Abdullah bin Ahmad dalam Zawâ’id al-Musnad, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Îmân dari Ubai bin Ka’ab meriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa Rasulullah Saw menafsirkan kalimat Ayyâmillah sebagai nikmat-nikmat dan karunia Allah Swt.

Dengan demikian maka makna ayat ini: “Dan ingatkanlah mereka kepada nikmat-nikmat dan karunia Allah”.

Dan kelahiran nabi Muhammad Saw adalah nikmat dan karunia terbesar yang mesti diingat dan disyukuri.

Rasulullah Saw memperingati hari kelahirannya dengan melaksanakan puasa pada hari itu.

Ini terlihat dari jawaban beliau ketika beliau ditanya mengapa beliau melaksanakan puasa pada hari Senin.

"Rasulullah Saw ditanya tentang puasa hari senin. Beliau menjawab, “Pada hari itu aku dilahirkan dan hari aku dibangkitkan (atau hari itu diturunkan [al-Qur’an] kepadaku)”. (HR. Muslim).

Masih dalam bukunya, Ustadz Abdul Somad menulis, para ulama menyampaikan pandangan soal Maulid.

Pendapat Ibnu Taimiah:

“Mengagungkan hari kelahiran nabi Muhammad Saw dan menjadikannya sebagai perayaan terkadang dilakukan sebagian orang, maka ia mendapat balasan pahala yang besar karena kebaikan niatnya dan pengagungannya kepada Rasulullah Saw,”

Pendapat Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani.

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani pernah ditanya tentang peringatan maulid nabi, beliau menjawab:

Hukum asal melaksanakan maulid adalah bid’ah, tidak terdapat riwayat dari seorang pun dari kalangan Salafushshalih dari tiga abad (pertama). Akan tetapi maulid itu juga mengandung banyak kebaikan dan sebaliknya.

Siapa yang dalam melaksanakannya mencari kebaikan kebaikan dan menghindari hal-hal yang tidak baik, maka maulid itu adalah bid’ah hasanah. Dan siapa yang tidak menghindari hal-hal yang tidak baik, berarti bukan bid’ah hasanah.

Syekh ‘Athiyyah Shaqar mantan ketua Komisi Fatwa Al-Azhar Mesir:

Menurut pendapat saya, boleh memperingati maulid nabi pada saat ini ketika para pemuda nyaris melupakan agama dan keagungannya, pada saat ramainya perayaan-perayaan lain yang hampir mengalahkan hari-hari besar agama Islam.

Peringatan maulid tersebut diperingati dengan memperdalam sirah (sejarah nabi), membuat peninggalan-peninggalan yang dapat mengabadikan peringatan maulid seperti membangun masjid atau lembaga pendidikan atau amal baik lainnya yang dapat mengaitkan antara orang yang melihatnya dengan Rasulullah Saw dan sejarah hidupnya.

Doa-doa menyambut bulan Rabiul Awal dan shalawat saat Maulid Nabi Muhammad SAW, beserta keutamaannya
Doa-doa menyambut bulan Rabiul Awal dan shalawat saat Maulid Nabi Muhammad SAW, beserta keutamaannya (Grid.ID)

Pendapat Syekh Yusuf al-Qaradhawi.

Syekh Yusuf al-Qaradhawi ketua al-Ittihâd al-‘Âlami li ‘Ulamâ’ al-Muslimîn ditanya tentang hukum memperingati maulid nabi. Beliau memberikan jawaban:

“Bismillah, Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah ke hadirat Rasulullah Saw, amma ba’du:

Ada bentuk perayaan yang dapat kita anggap dan kita akui memberikan manfaat bagi kaum muslimin. Kita mengetahui bahwa para shahabat –semoga Allah Swt meridhai mereka- tidak pernah merayakan maulid nabi, peristiwa hijrah dan perang Badar, mengapa?

Karena semua peristiwa ini mereka alami secara langsung. Mereka hidup bersama Rasulullah Saw.

Nabi Muhammad SAW hidup di hati mereka, tidak pernah hilang dari fikiran mereka.

Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Kami bercerita kepada anak-anak kami tentang peperangan Rasulullah Saw sebagaimana kami menghafalkan satu surah al-Qur’an kepada mereka”.

Mereka menceritakan kepada anak-anak mereka tentang apa yang terjadi pada perang Badar, Uhud, Khandaq dan Khaibar.

Mereka menceritakan kepada anak-anak mereka tentang berbagai peristiwa dalam kehidupan Rasulullah Saw.

Oleh sebab itu mereka tidak perlu diingatkan tentang berbagai peristiwa tersebut.

Kemudian tiba suatu masa, kaum muslimin melupakan berbagai peristiwa tersebut, semua peristiwa itu tidak lagi ada di benak mereka.

Tidak ada dalam akal dan hati mereka. Oleh sebab itu kaum muslimin perlu menghidupkan kembali makna-makna yang telah mati, mengingatkan kembali berbagai peristiwa yang terlupakan.

Memang benar bahwa ada beberapa bentuk bid’ah terjadi, akan tetapi saya nyatakan bahwa kita merayakan maulid nabi untuk mengingatkan kaum muslimin tentang kebenaran hakikat sejarah Rasulullah Saw, kebenaran risalah Muhammad Saw.

Ketika saya merayakan maulid nabi, maka saya sedang merayakan lahirnya risalah Islam. Saya mengingatkan manusia tentang risalah dan sirah Rasulullah SAW.

Wadai Kararaban Hidangan Khas yang Hanya 'Muncul' Saat Maulid Nabi dan Bulan Ramadhan. (Rahmadani untuk Banjarmasinpost.co.id)

Pada kesempatan ini saya mengingatkan umat manusia tentang sebuah peristiwa agung dan banyak pelajaran yang bisa diambil, agar saya dapat mengeratkan kembali antara manusia dengan sejarah nabi.

Firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Qs. Al-Ahzab [33]: 21).

Agar kita bisa berkorban sebagaimana para shahabat berkorban. Sebagaimana Ali mengorbankan dirinya dengan menempatkan dirinya di tempat tidur Nabi.

Sebagaimana Asma’ berkorban dengan naik ke atas bukit Tsur setiap hari, sebuah bukit terjal. Agar kita dapat membuat strategi sebagaimana Rasulullah Saw membuat strategi hijrah.

Agar kita mampu bertawakkal kepada Allah Swt sebagaimana Rasulullah Saw bertawakkal ketika Abu Bakar berkata kepadanya, “Wahai Rasulullah, jika salah seorang dari mereka melihat ke bawah kedua kakinya, pastilah ia melihat kita”. Rasulullah Saw menjawab, “Wahai Abu Bakar, tidaklah menurut prasangkamu tentang dua orang, maka Allah adalah yang ketiga. Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”.

Kita membutuhkan pelajaran-pelajaran ini.

Peringatan maulid nabi merupakan sarana untuk mengingatkan kembali umat manusia akan makna-makna yang mulia ini.

Saya yakin bahwa hasil positif di balik peringatan maulid adalah mengikat kembali kaum muslimin dengan Islam dan mengeratkan mereka kembali dengan sejarah nabi Muhammad Saw agar mereka bisa menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri tauladan.

Adapun hal-hal yang keluar dari semua ini, maka semua itu bukanlah perayaan maulid nabi dan kami tidak membenarkan seorang pun untuk melakukannya 272.

Warga Desa Sungai Jati Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar bersama Habib Idrus bin Ali Al-Habsy rayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, Kamis (22/10/2020) (banjarmasinpost.co.id/Milna Sari)

Peringatan maulid nabi tidak lebih dari sekedar ekspresi kegembiraan seorang hamba atas nikmat dan karunia besar yaitu kelahiran Muhammad SAW.

Dari beberapa pendapat ulama diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dipermasalahkan itu bukanlah peringatannya, akan tetapi cara memperingatinya.

Artikel ini hasil kompilasi TRIBUNMANADO.CO.ID dari artikel yang sudah tayang di TribunJabar.id dan BanjarmasinPost.co.id 

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved