Kecelakaan Maut
Identitas 9 Penumpang yang Tewas dalam Kecelakaan Odong-odong di Serang, Dua Korban Masih Balita
Sembilan orang meninggal Kecelakaan maut antara odong-odong dengan kereta api, sementara 11 penumpang odong-odong lainnya mengalami luka.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kecelakaan maut antara odong-odong dengan kereta api terjadi di Kampung Silebu, Desa Silebu, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten, Selasa (26/7/2022)
Akibat kecelakaan tersebut, sembilan penumpang odong-odong tewas dan belasan orang lainnya luka-luka.
Salah satu saksi mata, Hari (40) menceritakan detik-detik kecelakaan yang terjadi pada pukul 11.00 WIB itu.
Baca juga: Kecelakaan Maut Tadi 10.52 WIB, 2 Orang Tewas, Sopir Avanza Diduga Ngantuk Tabrak Belakang Truk

Saat itu, ada dua odong-odong yang melintasi rela dengan penuh penumpang.
Odong-odong pertama berhasil melewati rel. Sementara kendaraan kedua tidak sempat melintas karena sempat berhenti di tengah pelintasan hingga kereta yang melintas menghantam bagian belakang kendaraan tersebut.
Alhasil sebanyak sembilan orang tewas dalam kecelakaan maut odong-odong yang ditabrak kereta api di Desa Selibu, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten, Selasa (26/7/2022).
Kecelakaan terjadi karena sopir odong-odong tidak melihat saat kereta api akan melintasi rel kereta tanpa palang pintu.
Sembilan orang meninggal sementara 11 penumpang odong-odong lainnya mengalami luka.
Berikut daftar korban meninggal:
1. Saptiyah 51 tahun
2. Sawiyah 71 tahun
3. Saptanis 42 tahun
4. Kadilah 38 tahun
5. Sunenah 55 tahun
6. Yanti 22 tahun
7. Azzizatul Atiah 2 tahun
8. Ismawati 8 tahun
9. Amanda 2 tahun.
Seluruh korban meninggal merupakan warga Kampung Cibetik, Serang.
Ketua RT Kampung Cibetik, Mansur mengatakan, kerluarga berharap agar seluruh jenazah dapat dipulangkan malam ini untuk dimakamkan.
"Kami berharap hari ini semua jenazah bisa dibawa pulang ke rumah untuk dimakamkan," kata Mansur, saat ditemui di depan RSUD dr Dradjat Prawiranegara, Serang, Selasa, dikutip dari Antara.
Seorang Ibu Penumpang Odong-odong Maut di Serang Tewas Sambil Peluk Erat Anaknya

Salah satu saksi mata, Hari (40) menceritakan detik-detik kecelakaan yang terjadi pada pukul 11.00 WIB itu.
Saat itu, ada dua odong-odong yang melintasi rela dengan penuh penumpang.
Odong-odong pertama berhasil melewati rel.
Sementara kendaraan kedua tidak sempat melintas karena sempat berhenti di tengah pelintasan hingga kereta yang melintas menghantam bagian belakang kendaraan tersebut.
"Mobil odong-odong kedua itu udah ragu, tapi maksain. Padahal itu klakson kereta sudah bunyi dari jauh," kata Hari kepada Kompas.com di lokasi.
Saat mengetahui odong-odong memaksa melintas, Hari langsung lari sambil berteriak dari lapak jualannya untuk memberitahukan kepada sopir odong-odong.
"Saya udah teriak, 'Ada kereta, Awas!', sambil lari ke arah rel. Tapi keburu kereta lewat," ucap Hari.
Saat odong-odong akan ditabrak kereta api lokal dari arah Merak menuju Rangkasbitung itu, terdengar suara teriakan dari penumpang yang didominasi ibu-ibu dan anak-anak.
Teriakan itu saat penumpang melihat ada kereta yang akan menghantam odong-odong yang mereka naiki.
Teriakan itu terhenti setelah kereta menghantam bagian belakang odong-odong hingga kendaraan terpental.
"Kereta itu memang kencang sampai mobil kepental. Penumpangnya berterbangan keluar mobil," ujar Hari.

Kondisi sejumlah penumpang mengalami luka-luka berat dan Hari pun sempat membantu mengangkat korban bersama dengan warga lainnya.
Warga mengevakuasi korban meninggal yang tergeletak di tengah rel hingga di pinggir rel.
Hari juga sempat mengevakuasi seorang ibu yang sedang memeluk anaknya dalam kondisi meninggal dunia.
"Saya teriak tolong-tolong sambil bantu korban ada yang di rel kereta. Ada yang di pinggir, ada yang hamil, ada yang meluk anaknya. Saya hitung ada sembilan meninggal, yang selamat juga ada," kata Hari.
Saksi mata lainnya, Jumenah (70) mengatakan, ada tiga ambulans yang tiba di lokasi untuk mengevakuasi seluru korban ke rumah sakit.
"Ada tiga mobil ambulans, dibawa langsung, ada ibu-ibu anak-anak, bayi juga ada," kata Jumenah.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com