Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Internasional

Krisis Ekonomi Sri Lanka Diprediksi Berlangsung hingga Tahun 2023

Krisis ekonomi Sri Lanka diprediksi akan berlangsung hingga tahun 2023. Saat ini, pemerintah tengah mengajukan bailout ke Dana Moneter Internasional.

Editor: Isvara Savitri
AP PHOTO/ERANGA JAYAWARDENA
Unjuk rasa warga di dekat SPBU Colombo, Jumat (24/6/2022), setelah Sri Lanka bangkrut dan kehabisan bensin. Krisis Sri Lanka membuat warga kekurangan makanan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya selama berbulan-bulan. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Beberapa negara dunia saat ini tengah menghadapi krisis ekonomi.

Salah satunya adalah negara di Asia Selatan, Sri Lanka.

Krisis ekonomi yang dilanda Sri Lanka saat ini merupakan buah dari gagalnya penanganan inflasi.

Negara dengan penduduk kurang lebih 22 juta orang ini diprediksi menghadapi kebangkrutan akut hingga tahun 2023.

Hal ini diungkapkan sendiri oleh Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe.

"Inilah kebenarannya, Inilah kenyataannya. Kami juga harus menghadapi kesulitan pada 2023" jelas Wickremesinghe pada para anggota parlemennya, Selasa (5/7/2022).

Baca juga: Perdana Menteri Inggris Boris Johnson Harus Terima 6 Menterinya Mundur Bersamaan, Total 27 Menteri

Baca juga: Populer Puan Maharani Diteriaki Puan Presiden, Ganjar Pranowo Kena Somasi Warga Sendiri

Pengumuman ini disampaikan Wickremesinghe setelah Sri Lanka dalam beberapa bulan terakhir terus mengalami krisis ekonomi, imbas dari habisnya cadangan devisa serta membengkaknya utang luar negeri.

Hingga membuat laju inflasi di Sri Lanka meledak di angka 54,6 persen pada bulan Juni, kondisi inilah yang membuat pemerintah pusat kesulitan untuk mengimpor barang-barang vital seperti kebutuhan pangan, bahan bakar, serta obat-obatan.

Bahkan untuk menghemat persediaan BBM, Wickremesinghe mewajibkan para pegawai negeri dan anak sekoiah di negaranya untuk melakukan aktivitas dari rumah atau work from home dengan maksud untuk mengirit stok bahan bakar minyak di negaranya.

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa saat berbicara di upacara pembukaan konferensi iklim COP26 Glasgow, Skotlandia, 1 November 2021.
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa saat berbicara di upacara pembukaan konferensi iklim COP26 Glasgow, Skotlandia, 1 November 2021. ((AP PHOTO/ANDY BUCHANAN))

Sejumlah cara telah diupayakan Wickremesinghe untuk memerangi laju inflasi yang ada di negaranya, salah satunya dengan mengajukan pembicaraan bailout dengan Dana Moneter Internasional (IMF).

Meski hingga saat ini Sri Lanka belum mendapat kepastian dari IMF, namun rencananya dana tersebut akan digunakan untuk merestrukturisasi utangnya dengan para kreditur di bulan Agustus mendatang.

"Kami sekarang berpartisipasi dalam negosiasi sebagai negara yang bangkrut. Oleh karena itu, kita harus menghadapi situasi yang lebih sulit dan rumit dari negosiasi sebelumnya." ujar Wickremesinghe.

Baca juga: Festival Seni Pemuda GMIST 2022 di Sangihe Sulawesi Utara Dibuka

Baca juga: Ramalan Zodiak Kamis 7 Juli 2022, Aries Tertantang, Capricorn Banjir Perasaan Negatif

Sebagai informasi mengutip dari Channel News Asia, utang luar negeri Sri Lanka per akhir 2021 yaitu sebesar 50,72 miliar dolar AS.

Jumlah ini sudah termasuk produk domestik bruto (PDB), utang 12 miliar dolar AS yang harus dibayarkan pada Agustus mendatang, serta pembayaran 21 miliar dolar pada akhir 2025.

Imbas dari pembengkakan utang ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa sekitar 80 persen masyarakat Sri Lanka di tahun ini berpotensi mengalami kekurangan pangan.(*)

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sri Lanka Bangkrut, Diprediksi Berlanjut Hingga 2023.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved