Wajib Tahu
Terungkap Penyebab Mengapa Banyak Lulusan D3 dan S1 Jadi Pengangguran
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa per Februari 2022, tingkat pengangguran Indonesia sebesar 5,83 persen
TRIBUNMANADO.CO.ID - Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa per Februari 2022, tingkat pengangguran Indonesia sebesar 5,83 persen dari total penduduk usia kerja.
Sebagai informasi, total penduduk usia kerja adalah sebanyak 208,54 juta orang.
Yang membuat kaget, angka dari 5,85 persen itu, hampir 14 persennya merupakan lulusan D3 dan S1.
Baca juga: Prakiraan Cuaca Besok Selasa 21 Juni 2022, Info BMKG Yogyakarta Hujan Lebat, Bandung Hujan Sedang
Ini merupakan sebuah ironi. Penduduk yang kebanyakan mengenyam pendidikan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak justru banyak dari mereka yang menganggur.
Head of Human Capital dari PT Praweda Ciptakarsa Informatika, Alfeus Nehemia menerangkan ada beberapa alasan yang menyebabkan lulusan D3 dan S1 banyak yang menganggur.
Pertama, kata dia, sebagai seorang human capital dirinya kerap kali dihadapkan pada posisi merasa kesusahan mencari orang yang layak dipekerjakan sesuai dengan kualifikasi yang diharapkan.
Itu karena, banyak dari pendaftar menawarkan keterampilan yang tidak relevan atau tidak dibutuhkan oleh perusahaan saat ini.
"Kalau kalian bilang susah cari kerja, kami sebagai perusahaan juga bilang, susah ya cari karyawan. Akibat adanya mismatch antara keterampilan yang dibutuhkan dan yang tersedia," kata Alumnus Ilmu Hubungan Internasional FISIP Unair tahun 2009 itu, seperti melansir laman Unair, Senin (20/6/2022).
Kedua, ketika banyak mahasiswa lulus dari perguruan tinggi bergengsi, tak jarang memiliki ekspektasi tinggi mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi dengan mudah.
Hal ini membuat beberapa lulusan dari perguruan tinggi bergengsi tersebut terlalu percaya diri dengan melabeli dirinya fresh graduate yang tinggi.
Padahal belum tentu dirinya memiliki kompetensi yang layak.
"Perusahaan nggak hanya melihat almamater sekolah kamu saja, tapi juga melihat kompetensinya seperti apa, layak tidak kita dibayar tinggi," jelas dia.
Ketiga, terbatasnya lapangan kerja. Memang alasan yang ketiga ini bukan lagi hal baru yang menyebabkan terjadinya banyak pengangguran.
Bahkan diperburuk dengan adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran.
Hal tersebut menyebabkan jumlah pengangguran tak sebanding dengan lapangan kerja yang ada.