Virus Hendra
Mengenal Virus Hendra, Waspada pada Kelelawar, Ini Gejala dan Cara Penularannya
Gejala dan cara penularan virus Hendra. Kelelawar kembali jadi objek rentan paparan.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Setelah kasus Covid-19 di Indonesia cukup mered, Virus Hendra saat ini menjadi salah satu virus yang diperbincangkan.
Meski kasusnya belum ditemukan di Indonesia, masyarakat bisa mencari tahu bagaimana penularan virus yang pertama kali ditemukan tahun 1994 pada wabah penyakit di kawasan Hendra, Brisbane, Australia.
Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani menjelaskan, virus yang bersumber dari kelelawar ini dapati menyerang sistem pernafasan dan neurologi pada hewan dan manusia.
"Setelah ditelusuri, virus ini ternyata bersifat zoonosis yakni bisa berpindah dari host ke host, dari hewan ke manusia," kata Laura seperti dikutip dari laman Unair, Selasa (31/5/2022).
Cara penularan virus Hendra
Laura Navika Yamani menambahkan, masuknya virus ini ke tubuh manusia biasanya diperantarai oleh hewan mamalia.
"Kalau dari kelelawar langsung ke manusia biasanya sulit, karena sifat host-nya berbeda.
Lebih mudah masuk dari perantara sesama mamalia, dalam kasus ini kuda," imbuh Laura.
Penularan virus Hendra dari kelelawar ke kuda menjadi wajar.
Terlebih mengetahui fakta bahwa keduanya memiliki habitat yang sama.
"Karena sifatnya menular melalui droplet, kelelawar pemakan buah yang memiliki habitat dengan kuda,
dapat melakukan buang kotoran atau urine yang akhirnya bercampur dengan rumput yang menjadi makanan kuda," papar Laura.
Dengan kondisi tersebut, rumput yang akan dimakan kuda, telah terkontaminasi dengan virus tersebut.
Gejala virus Hendra
Laura menyampaikan, virus Hendra bisa menular ke manusia melalui kontak erat, disertai tingkat higienitas rendah.
Penyakit akibat virus ini dapat menyebabkan gejala demam, batuk, sakit pada tenggorokan, ataupun ensefalitis atau radang otak.
Laura menambahkan, virus Hendra lebih mematikan dibanding virus Covid-19.
"Fatality rate atau tingkat kematiannya lebih tinggi. Jika Covid-19 pada tingkat 3-4 persen, virus Hendra berada pada tingkat 50 persen kematian," kata Laura.
Dia menerangkan, meski mematikan, virus bernama ilmiah Hendra henipavirus ini umumnya masih jarang ditemukan pada manusia.
Berdasarkan data dari tahun 1994 hingga 2013 dilaporkan tujuh kematian manusia akibat virus ini.
Belum ditemukan di Indonesia
Penyakit akibat virus ini dinyatakan sebagai kondisi endemis di Australia, yakni kondisi dengan jumlah terkendali namun dapat mengancam kesehatan masyarakat karena sewaktu-waktu bisa menyebabkan wabah.
Laura menyarankan, meski belum pernah ditemukan di Indonesia, informasi yang ada sebaiknya dijadikan peringatan tersendiri.
"Mengingat Indonesia juga memiliki hewan ternak yang tidak sedikit, pemerintah juga harus menyadari dan mengawasi bagaimana surveillance-nya.
Bagaimana cara agar hewan termasuk kuda tidak terjangkit virus Hendra," tandas Laura.
(*)
Sumber: Kompas.com