Berita Minut
Cerita Sadikun, Penjual Es Cendol di Perempatan Desa Kawiley Minut, Sekolahkan Cucu Hingga Sarjana
Kakek berusia 79 tahun ini adalah penjual es cendol di Perempatan Desa Kawiley, Kecamatan Kauditan, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
Penulis: Fistel Mukuan | Editor: Handhika Dawangi
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Cerita seorang kakek bernama Sadikun.
Kakek berusia 79 tahun ini adalah penjual es cendol di Perempatan Desa Kawiley, Kecamatan Kauditan, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
Sadikun berusia 79 tahun.
Dirinya berjualan es cendol dengan 3 buah toples, diatas gerobak.
Sadikun mengaku adalah warga asli Solo, Jawa tengah yang sekarang tinggal di Kauditan.
Dirinya katakan memiliki empat orang anak dan semuanya sudah menikah.
Tetapi ada satu anaknya perempuan dengan kedua cucunya tinggal bersamanya di sebuat gubuk karena sudah bercerai dengan suaminya.
Istrinya dengan anaknya membantunya membuat cendol dan persiapan lainnya untuk dijualnya setiap hari dari pukul 10 pagi hingga habis.
Kadang meski belum habis tapi sudah lelah Sadikun akan pulang.
Sejak Tahun 1964
Sadikun mengaku dirinya datang di Kauditan, Sulawesi Utara sejak tahun 1964 saat dirinya belum menikah.
Beberapa tahun kemudian dia balik lagi ke kampung asalnya dan menikah. Setelah menikah dia lalu balik lagi ke Manado.
Awalnya Jualan Bubur Kacang Hijau
Sadikun bercerita saat datang di Manado awalnya dia berjualan bubur kacang hijau atau dikenal dengan bubur kacang ijo.
Kemudian sekitar tahun 1972 sampai sekarang sudah jualan es cendol.
Dikatakannya penghasilan setiap hari tidak menentu, kadang habis kadang tidak.
Paling banyak setiap hari penghasilannya belum dipotong bahan-bahannya Rp 150 ribu.
Namun, menariknya meskipun hanya penjual es cendol dan tinggal di sebuah gubuk tapi kedua cucu yang bersamanya boleh menempuh pendidikan di Universitas Samratulangi (Unsrat) Manado, salah satu universitas populer di Sulut.
"Cucu satu yang tinggal bersama saya perempuan hari ini baru wisuda, sedangkan yang satu laki-laki sudah dua tahun kuliah, keduanya di Unsrat," ujar dia Rabu (25/5/2022).
Untuk, biayai studi kedua cucunya tidak terlalu berat karena ada beasiswa sejak SMA karena pandai.
"Selain beasiswa itu, biaya lainnya saya yang tanggung," ungkapnya.
Harapan, kedepannya agar supaya cucu-cucunya yang saat ini baru selesai kuliah dan sementara kuliah bisa dapat pekerjaan.
"Biar saya hanya orang susah, tapi apa yang saya rasakan sekarang tidak dirasakan oleh anak cucu-cucuku kedepannya," ungkapnya.(fis)
