Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Internasional

Pilpres Filipina, Putra Diktator Diprediksi Menangkan Pemilihan, Ini Dampaknya bagi AS dan China

Para calon presiden Filipina bertarung memperebutkan dukungan warga, Putra diktator Ferdinand Marcos, Ferdinand Marcos Jr, menjadi calon terdepan.

REUTERS
Pilpres Filipina, Putra Diktator Diprediksi Menangkan Pemilihan, Ini Dampaknya bagi AS dan China 

Apakah, atau sampai sejauh mana, Marcos akan mencoba memperluas poros Duterte ke China masih belum jelas, kata para ahli.

Para ahli beranggapan tidak adanya kebijakan luar negeri Marcos yang terperinci, atau informasi tentang siapa yang akan memimpin urusan luar negerinya.

Tetapi ada tanda-tanda bahwa Marcos, tidak seperti Robredo, mungkin lebih dekat dengan Duterte dalam menangani masalah di Laut China Selatan.

Robredo telah menjelaskan sepanjang kampanyenya bahwa dia akan melibatkan China secara multilateral.

"Ia mengandalkan kekuatan dalam jumlah di samping negara-negara sahabat untuk membantu negara kecil seperti Filipina melakukan apa yang diperlukan untuk menggunakan penghargaan arbitrase 2016 (Laut China Selatan) menuju kepentingan nasionalnya," kata Charmaine Misalucha-Willoughby, seorang profesor studi internasional di Universitas De La Salle di Manila, Filipina.

Bagi Robredo untuk mengizinkan kesepakatan tertentu dengan China, seperti eksplorasi minyak bersama di Laut China Selatan, terhenti mengenai apakah China mengakui putusan pengadilan atas klaim Laut China Selatan Filipina, tambahnya.

Marcos, juga, dalam debat awal tahun ini, tampak keras terhadap China.

Ia mengatakan akan mengirim kapal perang ke Laut China Selatan untuk melindungi klaim teritorial Filipina.

Tetapi kelangkaan detail telah menimbulkan pertanyaan apakah itu klaim palsu.

Sebaliknya, para analis menunjuk pada seruannya yang sudah berlangsung lama untuk resolusi bilateral.

"Marcos bersikeras bahwa dia akan berurusan dengan China dengan cara yang lebih bilateral, yang entah bagaimana adalah apa yang diinginkan Beijing, dan menempatkan Filipina, sekali lagi, dalam posisi lemah," kata Aries Arugay, seorang rekan tamu di ISEAS- Institut Yusof Ishak di Singapura.

Tetapi Arugay juga menunjuk pada masalah keseimbangan, menambahkan bahwa bahkan jika Marcos mengejar hubungan yang lebih dalam dengan Beijing, itu mungkin tidak harus mengorbankan hubungan dengan AS.

"Sama seperti Presiden Filipina lainnya, jika dia menang, (Marcos) juga akan mencoba mendekati AS, karena apa pun yang terjadi, Presiden baru akan memiliki kesempatan untuk reboot," katanya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved