Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Nasional

Sederet Kontroversi Ade Armando sebelum Dikeroyok Massa Demo 11 April, Singgung Agama dan Anies-Ahok

Ade Armando dikenal sebagai sosok yang kontroversial. Berikut sederet kontroversinya.

Editor: Frandi Piring
KOMPAS.com
Sederet Kontroversi Ade Armando sebelum Dikeroyok Massa Demo 11 April 2022. Singgung Agama dan Anies-Ahok 

Ade Armando juga pernah mengomentari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia terkait kritik kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pasalnya, BEM UI menyebut Jokowi sebagai "King of Lip Service" dan mengunggah bentuk meme dan ilustrasi visual itu ke akun media sosial BEM UI.

Ade menyebut kritik itu tidak substantif dan bermutu, bahkan sampai membawa-bawa isu beberapa mahasiswa masuk UI lewat jalur sogokan.

"Ini karya BEM UI. Saya sih menghargai kebebasan berekspresi. Tapi kalau jadi lembaga yg mewakili mahasiswa UI, ya jangan kelihatan terlalu pandirlah. Dulu masuk UI, nyogok ya?" tulis Ade di akun pribadinya @adearmando1.

Cuitan Ade itu ditanggapi miring oleh warganet.

Selain mengisyaratkan masuk UI boleh menyogok, Ade dianggap tak menghargai kebebasan pendapat.

Profil Ade Armando

Ade Armando dikenal sebagai pakar komunikasi dari Universitas Indonesia (UI).

Ia lahir di Jakarta pada 24 September 1961. Orang tua Ade Armando bernama Jus Gani dan Juniar Gani.

Ade Armando menikah dengan Nina M Armando, seperti yang dikutip dari TribunnewsWiki.

Ade dan Nina sama-sama berprofesi sebagai dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI.

Pasangan ini sama-sama pernah menjadi anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Ade Armando merupakan lulusan S3 dari Universitas Indonesia.

Pendidikan S2 nya dia tempuh di Florida State University, Amerika Serikat.

Sedangkan gelar Sarjana, Ade Armando dapatkan dari Universitas Indonesia.

Ade Armando pernah menjadi anggota redaksi Jurnal Prisma pada 1988, sebelum ia menempuh program pascasarjana di Florida.

Ia memang memiliki ketertarikan dan kemampuan dalam bidang jurnalistik.

Sekembalinya dari Amerika Serikat, ia bergabung dengan harian Republika dan menempati posisi sebagai redaktur.

Ade Armando mengakui dirinya ingin memasukkan nilai-nilai Islam pada media massa.

Namun karena kekecewaannya, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari koran tersebut pada 1998, saat rezim Soeharto masih bertakhta.

Ade Armando merasa tertekan karena pengaruh politik.

Sedangkan ia merasa media harus menyajikan informasi yang objektif.

Selain sebagai redaktur koran, Ade Armando meniti karier dan meraih penghargaan di berbagai bidang lainnya.

Riwayat Pendidikan:

- SD Banjarsari 1 Bandung (1973)
- SMP Negeri 2 Bogor (1976)
- SMA Negeri 2 Bogor (1980)
- S1 dari Universitas Indonesia (1988)
- S2 dari Florida State University, Amerika Serikat (1991)
- S3 dari Universitas Indonesia (2006).

Riwayat Karier:

- Anggota Redaksi Jurnal Prisma (1988-1991)
- Redaktur Penerbitan Buku LP3ES (1991-1993)
- Redaktur Harian Republika (1993-1998)
- Manajer Riset Media di perusahaan riset pemasaran transnasional, Taylor Nelson Sofres (1998-1999)
- Direktur Media Watch & Consumer Center (2000-2001)
- Anggota Kelompok Kerja Tim Antardepartemen RUU Penyiaran, Kementrian Negara Komunikasi dan Informasi (2001)
- Ketua Program S-1 Ilmu Komunikasi FISIP UI (2001-2003)
- Direktur Pengembangan Program Pelatihan Jurnalistik Televisi-Internews (2001-2002)
- Anggota Komisi Penyiaran Indonesia (2004-2007)
- Anggota tim asistensi bagi Kementrian Pemberdayaan Perempuan dalam penyiapan naskah Rancangan Undang-undang P0rn0grafi (2007-2008)
- Pemimpin Redaksi Madina-online.net, sebuah versi dunia maya dari majalah Madina yang dipimpinnya (2008-2009)
- Direktur Komunikasi, Saiful Mujani Research and Consulting (2014-sekarang).

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved