Sejarah
Kisah Habib Syarif dari Arab Mekkah, Bangun Masjid Quba Bebesen hingga Dibakar PKI Jelang G30S
Kisah sejarah Islam di Indonesia. Masjid Quba Bebesen yang dirintis Habib Syarif dari Arab. Dibakar PKI menjelang pecahnya G30S 1965.
Orang-orang berdatangan ke Ketol, dari Bebesen, Tunyang, dan lain-lain.
Orang ingin tahu sosok Habib Syarif dan mendalami agama Islam,” sebutnya.
Di antara jamaah yang datang dari Bebesen, lanjut Lidansyah, ada yang mengajak Habib Syarif untuk ke Bebesen.
“Habib Syarif pun kemudian mengiyakan ajakan jamaah asal Bebesen tersebut dan pindah ke Bebesen."
Di Bebesen, Habib Syarif awalnya tinggal di Pejebe. Dari Pejebe, Habib Syarif pindah ke Kampung Bebesen.
Baru kemudian Habib Muhammad, Syech Mahmud, dan keluarga menyusul dari Ketol ke Bebesen.
Karena melihat aliran air yang bagus di sebelah utara masjid sekarang, Habib Syarif membuat sumur untuk kebutuhan masyarakat Bebesen dan sekitarnya,
dikenal dengan Telege Monyeng (Monyeng atau Munyang dalam Bahasa Gayo, merujuk ke Habib Syarif).
“Habib Syarif juga membawa tiga buah Alquran. Yang satu dibawa Habib Yusuf. Yang dua tinggal di Bebesen, satu dipegang oleh cucu Habib Syarif,
yaitu anak Habib Muhammad, Syarifah Nurullah (kuburannya di Bur Ucak, Bur ni Kercing).
Syarifah Nurullah mengajar ngaji khusus kaum perempuan di Bebesen. Dari situ lah asal mula joyah.
Dulu, masih kecil. Banyak yang datang belajar untuk mengaji, dari Tunyang, menginap, membawa perbekalan, belajar mengaji, sampai sebulan di Bebesen,” sebut Lidansyah.
Anak Habib Syarif, Habib Muhammad Jalung mempunyai delapan anak, tertua Syarifah Nurullah, Habib Murasyaf, Habib Harbi, Habib Krueng, Habib Ahmad (Habib Item,
makamnya di belakang Masjid Quba Bebesen), Habib Husin, Syarifah Obit, dan Syarifah Hadijah yang bersuamikan Habib Abdillah.
“Habib Abdillah ini yang menurut Syarifah Luluk (cucunya Habib Muhammad Habib Jalung) yang merintis pembangunan masjid tua Asir-Asir.