Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

RHK Selasa 8 Maret 2022

RENUNGAN HARIAN KELUARGA Yesaya 58:4-5 - Melakukan Puasa dengan Benar

Kata “puasa” di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dimaknai sebagai tindakan yang menghindari makan, minum, dan sebagainya dengan sengaja.

Editor: Aswin_Lumintang
Ist
Kisah Nabi Yesaya, Penasehat Raja Hizkia yang Miliki Pengaruh Keagamaan hingga Panggilan Kenabian 

Yesaya 58:4-5
"Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.
Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?"
----------------------------------------------

Shrine of the Books, replika Naskah Gulungan Nabi Yesaya The Dead Sea Scrolls, yang ditemukan tahun 1947 merupakan ikon utama De Museum Café. Dari hasil uji karbon (C-14) dan  paleografi, gulungan parkamen  731 cm x 31 cm ini berasal dari tahun 150 SM atau berusia 2150 tahun.
Shrine of the Books, replika Naskah Gulungan Nabi Yesaya The Dead Sea Scrolls, yang ditemukan tahun 1947 merupakan ikon utama De Museum Café. Dari hasil uji karbon (C-14) dan paleografi, gulungan parkamen 731 cm x 31 cm ini berasal dari tahun 150 SM atau berusia 2150 tahun. (Basuki)

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kata “puasa” di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dimaknai sebagai tindakan yang menghindari makan, minum, dan sebagainya dengan sengaja. Tindakan ini juga dapat kita jumpai di dalam Alkitab, misalnya, puasa yang dilakukan oleh Ester (Est. 4:16), Musa (Kel. 24:16) dan bangsa Niniwe (Yun. 3:7), juga umat Israel (Za. 8:19).

Semuanya hanya untuk satu tujuan yaitu untuk merendahkan diri di hadapan Allah. Melalui kedua ayat ini, kita bisa melihat betapa umat Israel telah bersusah payah untuk berpuasa. Namun, ujung-ujungnya tidak diindahkan Allah.

Rupanya, mereka keliru dalam berpuasa. Puasa mereka tidak dibarengi dengan tindakan mereka. Mereka berpuasa, tetapi mereka berkelahi. Mereka mengasihi Allah, tetapi mengabaikan kasih terhadap sesama. Bahkan, mereka tidak tanggung-tanggung mengepalkan tangan untuk kemudian menindas sesama mereka yang lebih lemah.

Sebagai keluarga Kristen yang berkualitas, kita dituntut untuk mentransformasikan nilai-nilai kehidupan ke arah yang lebih baik dengan hidup rukun satu dengan yang lain, saling tolong-menolong, saling menghibur dan menguatkan, bahkan hidup di dalam kasih.

Hari ini juga kita memperingati Hari Perempuan yang mengingatkan untuk peduli pada mereka. Tidak sedikit dari kita yang seketika langsung menutup mata dan telinga terhadap tangis, dera, dan nyanyian kepiluan sesama kita. Lebih daripada itu, ada yang melakukan puasa demi ‘menyogok Tuhan’ agar meluluskan keinginannya. Hal ini sungguh merupakan sebuah ironi, tetapi juga kenyataan pahit.

DOA: Ya Tuhan, ajarlah kami untuk turut serta dalam penderitaan Kristus melalui tindakan yang menyatakan kepedulian dan kasih kami kepada sesama terlebih melakukan apa yang Engkau inginkan sebagai wujud puasa yang sejati. Amin.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved