Sejarah
Sejarah Ukraina, dari Bangsa Rus di Kiev, Merdeka dari Uni Soviet hingga Konflik dengan Rusia
Ukraina sendiri adalah sebuah negara di wilayah Eropa Timur, yang berbatasan dengan Rusia, Belarus, Polandia, Slowakia, Hongaria, Rumania, dan Moldova
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Invasi Rusia terhadap Ukraina yang dimulai pada Kamis (24/2/2022) masih terus berlanjut.
Kabar terbaru, dua ledakan besar terjadi di barat daya Keiv Minggu (27/2/2022) pagi dengan satu ledakan yang tampaknya berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat kota.
Pasukan bersenjata Ukraina berusaha mempertahankan ibu kota.
Vladimir Putin menyebut invasi dilakukan karena pihaknya tidak memiliki pilihan selain mempertahankan diri dari ancaman Ukraina modern.
Kenapa Ukraina disebut ancaman bagi Rusia, bagaimana sejarah konflik mereka? Berikut ulasannya:
Ukraina sendiri adalah sebuah negara di wilayah Eropa Timur, yang berbatasan dengan Rusia, Belarus, Polandia, Slowakia, Hongaria, Rumania, dan Moldova.
Ukraina memiliki wilayah seluas sekitar 603.628 kilometer persegi, menjadikannya negara terluas kedua di Eropa setelah Rusia.
Ukraina secara menjadi negara merdeka pada 1991, setelah melepaskan diri dari Uni Soviet.
Apabila ditelusuri latar belakangnya, Ukraina mengalami sejarah yang amat panjang.
Negara yang telah dihuni sejak sekitar 32.000 SM ini pernah menjadi pusat kebudayaan Bangsa Slavia Timur dengan Rus Kiev pada Abad Pertengahan.
Namun, setelah itu, Ukraina sempat menjadi wilayah yang dikuasai oleh beberapa negara, seperti Lithuania, Polandia, Turki Ottoman, Austria-Hungaria, dan Rusia.
Berikut sejarah hingga konflik dengan Rusia:
Sejarah awal Ukraina

Wilayah Ukraina sudah diduduki oleh manusia purba Neanderthal pada sekitar 43.000-45.000 SM.
Sedangkan manusia modern mulai menduduki wilayah ini pada sekitar 32.000 SM, yang dibuktikan dengan adanya Peradaban Gravetium di Pegunungan Krimea.
Kemudian, sekitar 4.500 SM, Ukraina diduduki oleh Peradaban Kukuteni dan Tripila, yang berkembang hingga wilayah Sungai Dnieper.
Setelah itu, Ukraina diduduki oleh bangsa Kimmeri, Skithia, dan Sarmatia, hingga menjadi bagian dari Kerajaan Skithia pada sekitar 700-200 SM.
Bangsa Yunani Kuno, Romawi Kuno, dan Bizantium juga pernah menguasai Ukraina hingga sekitar abad ke-6.
Selanjutnya, pada abad ke-7, Ukraina menjadi pusat peradaban Bulgaria Raya, hingga kemudian dikuasai oleh bangsa Khazar.
Era Rus Kiev
Sejak awal Masehi, Ukraina selalu dikuasi oleh bangsa-bangsa asing.
Bangsa Rus, yang berasal dari Skandinavia, diketahui mendiami wilayah ini pada abad ke-9.
Mereka kemudian mendirikan federasi politik Rus Kiev yang berpusat di Lembah Sungai Dnieper pada sekitar tahun 880.
Kiev menjadi kota terpenting Bangsa Rus yang menjadi peletak dasar kebangsaan Ukraina dan Rusia.
Rus Kiev pun menjadi salah satu negara yang kuat di Eropa pada abad ke-10 dan abad ke-11.
Adapun Rus Kiev mengalami masa keemasan saat Vladimir I naik takhta dan memerintah dari tahun 980 hingga 1015.
Kepemimpinan Vladimir I ini mengubah wajah Bangsa Rus menjadi pemeluk agama Kristen Byzantium.
Sedangkan pada masa pemerintahan Yaroslav (1015-1054), putra Vladimir I, Rus Kiev mengalami perkembangan di bidang budaya dan militer.
Namun, Rus Kiev terpecah akibat dari perebutan kekuasaan pada masa kekuasaan Mstislav I (1125-1132).
Rus Kiev pun hancur setelah diserang oleh Bangsa Mongol pada abad ke-13.
Setelah itu, Ukraina berada di bawah kekuasaan Danylo dari Kerajaan Galisia–Volhynia.
Ukraina era modern awal
Setelah berada di bawah Kerajaan Galisia-Volhynia, Ukraina dikuasai Kerajaan Polandia pada 1569.
Di bawah Kerajaan Polandaia, Ukraina tumbuh menjadi koloni-koloni yang ditandai dengan berdirinya kota dan desa baru.
Selain itu, warga lokal yang dikenal sebagai orang Kazaki mendaftarkan diri sebagai tentara perbatasan guna menjaga wilayahnya dari serangan Turki Ottoman dan Kekaisaran Rusia.
Orang Kazaki yang menjadi tentara terbukti sangat tangguh, lalu diperlakukan seperti budak.
Setelah itu, Orang Kazaki memberontak kepada pemerintahan Kerajaan Polandia pada 1648, yang dikenal dengan Pemberontakan Khmelnytsky.
Mereka berhasil memberontak lalu mendirikan Negara Kazaki atau Hetmanat Kazaki sebagai penguasa Ukraina.
Namun, Negara Kazaki berada di tengah rivalitas militer antara Turki Ottoman, Polandia-Lithuania, dan Kekaisaran Rusia.
Pada akhirnya, wilayah Ukraina menjadi tumbal, hingga berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Rusia dan Austria-Hungaria.
Mulai pertengahan abad ke-17, wilayah Ukraina secara perlahan masuk ke Kekaisaran Rusia.
Setelah 1795, Ukraina dipecah menjadi dua bagian, wilayah barat menjadi milik Austria-Hungaria, sedangkan sisanya menjadi wilayah Kekaisaran Rusia.
Ukraina bagian dari Uni Soviet

Kekaisaran Rusia runtuh pada 1917, setelah peristiwa Revolusi Bolshevik atau Revolusi Oktober.
Ukraina kemudian membentuk pemerintahan sementara dan memproklamirkan dirinya sebagai republik dalam struktur Federasi Rusia.
Ukraina mendeklarasikan kemerdekaannya pada 25 Januari 1918 dengan nama Republik Sosialis Soviet Ukraina.
Namun, pemerintahan Republik Sosialis Soviet Ukraina mengalami kesulitan serius.
Mereka harus menghadapi oposisi Bolshevik dan aktivitas kontra-revolusioner di dalam negeri.
Jerman dan Austria sempat memberikan batuan, tetapi kedua negara ini terpaksa enyah setelah kekalahan Blok Sentral.
Alhasil, setelah terjadinya perang saudara sejak 1918-1920, Republik Sosialis Soviet Ukraina akhirnya menjadi bagian dari Uni Soviet.
Ukraina menyatakan kemerdekaan
Usai Perang Dunia II (1939-1945), Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet muncul sebagai dua kekuatan besar yang berbeda ideologi.
AS menganut paham liberal, sementara Uni Soviet komunis. Perbedaan inilah yang kemudian memicu terjadinya konflik yang disebut Perang Dingin (1947-1989).
Perang Dingin berakhir dengan kemenangan di tangan AS. Hal ini berbuntut pada gejolak di Uni Soviet.
Setelah itu, Republik Sosialis Soviet Ukraina mendeklarasikan kemerdekaannya dari Uni Soviet pada 24 Agustus 1991.
Republik Sosialis Soviet Ukraina kemudian mengganti namanya menjadi Ukraina.
Sejarah Konflik dengan Rusia
Sebelum pengunduran Gorbachev, tepatnya pada 1 Desember 1991, 90 persen warga Ukraina menyetujui referendum kemerdekaan dari Uni Soviet.
Presiden Ukraina, Belarusia, dan Rusia pun bertemu untuk secara resmi membubarkan Uni Soviet, sesuai aturan yang tertulis dalam Konstitusi Uni Soviet.
Dengan demikian, Ukraina merdeka secara de jure (berdasarkan hukum) dan diakui oleh komunitas internasional.
Setelah Ukraina merdeka, hubungannya dengan Rusia mulai memanas saat Viktor Yushchenko terpilih sebagai Presiden Ukraina pada 2005.
Selama periode kepemimpinan Yushchenko, Ukraina cenderung mendekat ke Uni Eropa ketimbang Rusia.
Hal inilah yang kian memanaskan hubungan keduanya.
Hubungan keduanya lumayan mereda saat pemilihan umum (pemilu) 2010, Viktor Yanukovych terpilih menjadi Presiden Ukraina.
Yanukovych adalah seseorang yang didukung oleh Rusia dan menginginkan Ukraina lebih dekat dengan Moskwa (ibu kota Rusia).
Ukraina dilanda krisis dengan merebaknya protes di ibu kota Kiev, pada November 2013.
Kala itu, massa menentang keputusan Yanukovych yang menolak kesepakatan integrasi ekonomi yang lebih besar dengan Uni Eropa.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kepemimpinan Yanukovych cenderung dekat dengan Rusia.
Inilah yang menjadikan ia menolak integrasi ekonomi Uni Eropa.
Setelah tindakan keras oleh pasukan keamanan, massa unjuk rasa justru bertambah dan konflik pun semakin meningkat.
Puncaknya adalah pada Februari 2014, saat parlemen Ukraina melengserkan Yanukovych dari jabatannya.
Pelengseran Yanukovych menyebabkan konflik dalam pemerintahan Ukraina.
Pemerintahan terbagi menjadi dua kubu, yakni pendukung Uni Eropa dan pendukung Rusia.
Pendukung Uni Eropa berasal dari masyarakat dan politisi Ukraina daratan, sedangkan pendukung Rusia berasal dari masyarakat dan politikus Krimea, sebuah semenanjung di kawasan Laut Hitam.
Krisis Krimea (2014)
Awal 2014, Krimea meminta bantuan Rusia untuk menyelesaikan konflik di dalam negerinya.
Pemerintah Rusia pun menerima permintaan tersebut dan mengirimkan pasukannya untuk menduduki Krimea.
Hal tersebut Rusia lakukan lantaran letak geopolitik Krimea yang strategis dan bisa dimanfaatkan Rusia untuk memperkuat pengaruh di kawasan Eropa Timur dan Timur Tengah.
Melihat campur tangan Rusia atas konflik dalam negeri Ukraina, Uni Eropa pun mengecam.
Situasi Ukraina kemudian meningkat pada Juli 2014 dan membuat Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa berselisih dengan Rusia.
Sementara itu, sejak akhir Februari 2014, demonstrasi oleh kelompok pro-Rusia dan anti-pemerintah berlangsung di kota-kota besar di seluruh timur dan selatan Ukraina.
Protes di wilayah Donetsk dan Luhansk meningkat dan berkembang menjadi pemberontakan separatis bersenjata.
Hal tersebut membuat pemerintah Ukraina meluncurkan serangan militer balasan terhadap pemberontak yang berdampak pada munculnya konflik bersenjata di Donbass.
Gagalnya Perjanjian Minsk (2015)
Sejak Februari 2015, Rusia dan Ukraina telah berusaha untuk menghentikan kekerasan melalui Perjanjian Minsk, dengan Perancis dan Jerman sebagai penengah.
Perjanjian tersebut mencakup ketentuan untuk gencatan senjata, penarikan persenjataan berat, serta kontrol penuh pemerintah Ukraina di seluruh zona konflik.
Namun, upaya damai ini gagal dan konflik bersenjata di Donbass masih terus berlangsung hingga sekarang.
Ingin gabung NATO

Konflik Rusia vs Ukraina yang terjadi saat ini juga disebabkan keinginan Ukraina untuk bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO).
Keinginan Ukraina tersebut semakin memicu ketegangan antar keduanya.
NATO sendiri adalah organisasi pertahanan dan keamanan di kawasan Atlantik Utara yang meliputi negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada.
Beberapa negara bekas Uni Soviet juga menjadi bagian dari NATO, seperti Lithuania, Estonia, dan Latvia.
Putin akui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk (2022)

Konflik kedua negara ini kian memanas saat Senin (21/2/2022) lalu, Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis pro-Rusia di Ukraina timur, yakni Donetsk dan Luhansk.
Diberitakan Kompas.com (22/2/2022), hal tersebut Putin sampaikan melalui pidato di televisi yang dikelola Pemerintah Rusia.
"Saya percaya perlu mengambil keputusan yang sudah lama tertunda, untuk segera mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk," kata Putin.
Putin melanjutkan dalam pidatonya, bahwa Barat telah meludahi masalah keamanan Rusia selama bertahun-tahun dengan memindahkan NATO ke timur serta menempatkan infrastruktur militer lebih dekat ke perbatasan Rusia.
Hingga puncaknya, Putin pun menyerukan invasi ke wilayah Ukraina pada Kamis (24/2/2022).
(Sumber: Kompas.com/Aditya Jaya Iswara, Danur Lambang Pristiandaru, Taufieq Renaldi Arfiansyah | Editor: Aditya Jaya Iswara, Danur Lambang Pristiandaru, Sari Hardiyanto)
https://www.kompas.com/tren/read/2022/02/25/060500265/sejarah-konflik-rusia-vs-ukraina?page=all
https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/23/153000579/sejarah-singkat-ukraina?page=all