Berita Sulut
Eksportir Ikan Sebut Tarif Tol Manado Bitung Mahal
Padahal, setiap sopir truk yang mendistribusikan barang, memiliki jatah uang jalan yang lebih baik dihemat.
Penulis: Isvara Savitri | Editor: Rizali Posumah
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Tol Manado Bitung ruas Danowudu-Bitung pada Jumat (25/2/2022).
Akhirnya, setelah bertahun-tahun pembangunan, Tol Manado Bitung bisa beroperasi secara penuh.
Tol Manado Bitung sebenarnya sudah bisa dilalui, namun hanya sampai Danowudu, Bitung.
Meski sudah beroperasi sejak 2020, Tol Manado Bitung masih sepi oleh kendaraan yang berlalulalang.
Tercatat, sepanjang tahun 2021, kendaraan yang melintas per hari hanya 4.690 dari target 14 ribu.
Hal ini diakui oleh seorang Eksportir Ikan bernama Budi Wahono.
"Secara umum masih sepi karena ada anggapan tarifnya termasuk mahal.
Dari ring road Manado sampai ke Manado untuk kendaraan golongan I saja sudah Rp 30 ribu, pulang pergi Rp 60 ribu," terang Budi, Minggu (27/2/2022).
Tentu semakin besar golongan kendaraan, maka akan semakin mahal tarifnya.
Padahal, setiap sopir truk yang mendistribusikan barang, memiliki jatah uang jalan yang lebih baik dihemat.
Sehingga, para sopir truk tersebut memilih lewat Jalan Manado-Bitung atau Jalan SBY.
"Kalau dipikir lagi kan lebih baik menghemat daripada lewat tol," sambung Budi.
Selain itu, kondisi lalu lintas baik di Jalan Manado-Bitung dan Jalan SBY masih lebih longgar alias tidak ada kemacetan seperti di kota besar lainnya.
Budi tak menampik bahwa ada beberapa titik kemacetan, namun sudah bisa diatasi.
"Memang ada beberapa titik kemacetan seperti di Pasar Airmadidi, tapi sudah bisa dipecah melalui Jalan SBY.
Lalu di Kauditan, karena sudah ada tol, jalannya dibuat menjadi dua jalur jadi lebih nggak macet lagi," ucap Budi.
Budi sendiri yang setiap minggu bisa mendistribusikan dagangannya 3-4 kali, jika jumlah barangnya besar menggunakan jasa truk sebagai pihak ketiga.
Ia hanya membayar biaya jasa dan tidak mewajibkan sopir truk melalui tol.
"Yang penting barangnya sampai ke bandara. Kecuali kalau waktunya mepet, memang saya mengharuskan lewat tol," lanjut Budi.
Jika mendistribusikan dalam waktu yang mepet, pengusaha pun tidak enggan mengeluarkan biaya lebih untuk melewati tol.
Di sisi lain, jika mendistribusikan barang dalam jumlah kecil dan menggunakan kendaraan pribadi atau perusahaan, Budi lebih memilih melalui tol karena lebih cepat.
"Kalau saya pribadi ke kantor memilih lewat tol karena lebih cepet, biasa memakan waktu 45 menit, lewat tol menjadi 25 menit," tutur Budi.
Budi juga menganggap bagi masyarakat yang memiliki kegiatan usaha, tarif tol tidak menjadi masalah.
Namun bagi masyarakat biasa, tentu mereka akan lebih berpikir jika hendak lewat tol.
"Kalau tarif tolnya diturunkan, pasti akan lebih ramai," pungkas Budi.
Adanya tol juga dianggap penting bagi Budi untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas yang bisa terjadi di kemudian hari.
"Wajib dibikin dari sekarang. Kalau dibikin nanti pas sudah macet, terlambat," tandas Budi. (*)
• PT Kimong Selangkah Lagi Beroperasi di Kabupaten Bolmong
• Tol Manado Bitung Sepi Meski Sudah Beroperasi Sejak 2020
• Nama-nama Korban Kecelakaan Bus vs Kereta Api, 5 Orang Meninggal Dunia, 13 Luka-Luka