XL Axiata
XL Axiata Raih Laba Bersih Rp 1,3 Triliun di Tahun 2021
PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) berhasil meningkatkan performa perusahaan di sepanjang tahun 2021.
Penulis: Fernando_Lumowa | Editor: Chintya Rantung
Dengan demikian, peningkatan investasi yang telah XL Axiata implementasikan telah terbukti sangat mendukung peningkatan performa bisnis, terutama pada sisi efisiensi biaya serta peluang untuk meningkatkan penjualan produk.
XL Axiata berhasil melalui tahun 2021 yang penuh tantangan dengan baik. Meskipun kompetisi di industri tetap sangat ketat, dan daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih sebagai dampak dari pandemi Covid-19, perseroan mampu menjaga performa keuangan.
Selain pendapatan yang meningkat, perseroan juga berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 1,3 triliun.
Untuk periode kuartal keempat 2021, pendapatan perseroan meningkat 2 persen dibandingkan kuartal ke-3 2021 (QoQ) menjadi Rp 6,96 triliun, dengan Rp 6,5 triliun di antaranya merupakan pendapatan layanan.
EBITDA sepanjang 2021 tercatat meningkat sebesar 2 persen (YoY) menjadi Rp 13,28 triliun, dengan margin 50 persen
Di sepanjang tahun 2021, beban biaya operasional meningkat 4 persen (YoY) menjadi Rp 13,47 triliun dari Rp 12,95 triliun di tahun sebelumnya.
Meningkatnya biaya operasional ini dipengaruhi dari meningkatnya beban Biaya Regulasi serta Biaya Penjualan dan Pemasaran.
Selain berhasil mencatatkan laba bersih yang tertinggi sejak 2013, perseroan juga mampu meningkatkan kontribusi pendapatan data menjadi 94 persen, yang tertinggi di industri.
Pendapatan data per akhir 2021 tercatat sebesar Rp 23,42 triliun, naik 5,4 persen YoY.
Perseroan juga berhasil menjaga ARPU blended di angka Rp 36 ribu, dengan jumlah pelanggan XL Axiata hingga akhir tahun 2021 ada sebanyak 57,9 juta dan tingkat penetrasi smartphone meningkat sebesar 4 persen YoY menjadi 92 persen.
Hal ini menunjukkan kemampuan perseroan menjaga perkembangan pelanggan yang sehat.
Dari sisi neraca, XL Axiata tetap mampu menjaga posisi neraca dalam posisi sehat dan terkendali, meskipun jumlah utang meningkat sepanjang 2021.
Tercatat, utang kotor meningkat 9,9 persen YoY dan utang bersih meningkat 19,2 persen YoY.
Free Cash Flow (FCF) berada pada tingkat yang sehat, meskipun turun sebesar -51,3 persen, ke angka Rp 3,37 triliun karena adanya peningkatan belanja modal (capex) untuk mendukung pembangunan jaringan dan peningkatan pelayanan kepada pelanggan.
Untuk rasio utang bersih terhadap EBITDA juga masih baik mencapai 0,6 kali. Perusahaan tidak memiliki utang berdenominasi USD.