Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus Corona

Indonesia Dekati Puncak Gelombang Covid-19, Ini Langkah Pencegahan dan Ciri-ciri Varian Omicron

Upaya pencegahan penyebaran Covid-19 terutama omicron, tidak cukup jika hanya dilakukan seperti mendapatkan vaksinasi yang lengkap.

Justin TALLIS / AFP
Gambar ilustrasi yang diambil di London pada 2 Desember 2021 menunjukkan empat jarum suntik dan layar bertuliskan 'Omicron', nama varian baru covid 19, dan ilustrasi virus. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Indonesia sudah mendekati puncak gelombang ketiga Covid-19 yang disebabkan virus corona varian omicron.

Hal ini terlihat dari Kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat akibat varian Omicron.

Pemerintah merilis data penambahan kasus baru Covid-19 di Indonesia sebanyak 64.718 pasien hari ini, Rabu (16/2/2022).

Baca juga: PECAH REKOR, Kasus Baru Covid-19 di Indonesia Rabu 16 Februari 2022 Sebanyak 64.718 Pasien Positif

Angka ini melampaui puncak kasus harian yang terjadi pada 14 Juli 2021 di angka 56.757 dan 15 Februari 2022 di angka 57.049.

Data dari Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 hingga Rabu (16/2/2022) pukul 12.00 WIB menunjukkan, ada penambahan 64.718 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Penambahan kasus harian Covid-19 ini merupakan tertinggi terhitung sejak kasus Covid-19 pertama kali diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.

Dikutip dari kemkes.go.id, upaya pencegahan penyebaran Covid-19 terutama omicron, tidak cukup jika hanya dilakukan seperti mendapatkan vaksinasi yang lengkap.

Namun, masyarakat juga harus menjaga protokol kesehatan.

Adanya proteksi ekstra yang sempurna merupakan langkah yang harus dilakukan oleh seluruh masyarakat.

Tujuannya agar mampu melindungi diri dan orang di sekitar dari paparan Covid-19, serta meminimalisir dari hospitalisasi dan kematian akibat Covid-19.

Dalam keterangan kepada pers terkait penanganan Covid-19 Kamis (21/12/2021) yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden. Prof. Wiku Adisasmito mengajak masyarakat untuk belajar dari tiga negara besar dengan capaian vaksinasi dosis lengkap yang tinggi seperti Amerika Serikat, Norwegia, Korea Selatan.

Ketiga negara tersebut melaporkan tingkat positif dan kematian mengalami kenaikan yang cukup signifikan meskipun tingkat capaian vaksinasi tinggi.

Alasan di balik tingginya tingkat penyebaran dan kematian tersebut dikarenakan penerapan protokol kesehatan yang sudah tidak dilakukan secara ketat dan sudah tidak menjadi kewajiban sejak lama.

Dengan demikian, pengetatan protokol kesehatan juga perlu dilakukan agar proteksi terhadap tubuh dan lingkungan dapat terbentuk secara sempurna.

Berikut ini merupakan beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran varian Omicron di Indonesia, di antaranya adalah :

1. Menggunakan masker dengan benar

2. Menjaga jarak minimal 1 meter dan menjauhi kerumunan

3. Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir

4. Buka jendela, untuk ventilasi yang lebih baik

5. Segera melakukan vaksinasi apabila dalam kondisi sehat dan telah mendapatkan jadwal

Gejala Omicron

Masyarakat diimbau untuk mengetahui ciri-ciri varian Omicron agar bisa melakukan pencegahan.

Bagi sebagian orang Omicron memicu gejala ringan mirip flu biasa, namun bisa sangat berbahaya bagi kelompok rentan.

Namun, jika dilihat dari gejala lebih ringan dan tingkat kesembuhan juga sangat tinggi.

Apabila mengalami gejala segera lakukan Tes PCR/Swab-Antigen dan tidak perlu panik.

Gejala Omicron Secara Umum:

1. Demam

2. Batuk

3. Flu

4. Sakit Tenggorokan

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/4641/2021 tentang Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina dan Isolasi dalam Rangka Percepatan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 terdapat 5 derajat gejala COVID-19, antara lain:

1. Tanpa gejala/asimtomatis yaitu tidak ditemukan gejala klinis.

2. Gejala Ringan

Pada gejala ringan ditandai dengan pasien tanpa gejala atau tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia, frekuensi napas 12-20 kali per menit dan saturasi oksigen >95%.

Gejala umum yang muncul seperti demam, batuk, kelelahan, kehilangan nafsu makan, napas pendek, mialgia dan nyeri tulang.

Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, hilang penciuman (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia).

3. Gejala Sedang

Gejala sedang ditandai dengan keadaan klinis pneumonia seperti demam, batuk, sesak, napas cepat tanpa tanda pneumonia berat, dengan saturasi oksigen 93% .

4. Gejala Berat dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk, sesak, napas cepat, dan ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau saturasi oksigen <93%.

5. Kritis

Dalam keadaan kritis, pasien memiliki gejala gagal nafas, komplikasi infeksi, atau kegagalan multiorgan Dalam penanganan varian Omicron.

Rumah sakit diprioritaskan untuk pasien dengan gejala sedang, berat, kritis, dan membutuhkan oksigen.

Kemenkes: Kita Mendekati Puncak Gelombang Covid-19 dari Varian Omicron

Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes (Kementerian Kesehatan), Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Indonesia sudah mendekati puncak gelombang ketiga Covid-19 yang disebabkan virus corona varian omicron.

Dia mengemukakan, hal tersebut terlihat dari penurunan kasus Covid-19 yang terjadi di DKI Jakarta dalam empat hari terakhir.

Pihaknya juga memperkirakan, dalam empat pekan ke depan lonjakan kasus Covid-19 akan terjadi di luar Jawa-Bali.

"Kami perkirakan karena 60-70 persen kasus konfirmasi itu dari DKI dan DKI ada tren penurunan seluruh wilayah DKI, maka kemungkinan kita sudah mendekati puncak kasus omicron ini," kata Nadia dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (16/2/2022).

Meski demikian, Nadia meminta masyarakat tetap mewaspadai perkembangan kasus Covid-19. Sebab, pergerakan kasus Covid-19 bergantung pada kecepatan deteksi dini dan kepatuhan menerapkan protokol kesehatan.

"Jadi ini yang jadi catatan kita," ujarnya.

Nadia melanjutkan, berdasarkan kajian ilmiah, daya penularan varian omicron lebih cepat dibandingkan delta dan memiliki mutasi yang lebih banyak.

Oleh karenanya, masyarakat harus berperan dalam melindungi kelompok-kelompok rentan seperti mereka yang punya penyakit penyerta (komorbid), lansia, dan warga yang belum divaksinasi lengkap.

"Seperti DKI sudah paling baik (cakupan vaksinasi), jadi terjadi proteksi bukan hanya kelompok rentan tapi penurunan yang cukup cepat dari sebelumnya," ucap dia.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved