Berita Bitung
Pembangunan Patung Soekarno di Trikora Lembeh Bitung, Puan Maharani Kutip Pidato Presiden Pertama RI
Kali ini Dr (HC) Puan Maharani, kembali diperhadapkan dengan keberadaan patung Soekarno Presiden pertama Republik Indonesia.
Penulis: Christian_Wayongkere | Editor: Rizali Posumah
“Jadi kebayang, kalau dengar pidato bung Karno pada saat itu. Memang beliau adalah orator ulung, dan sampai hari ini belum satu orang pun menurut saya sebagai cucunya bisa pidato sebagai Bung Karno.
Belum pernah ada saya dengar pidato seseorang yang bisa membuat hati kita berdeguk kencang mendengarkan pidato bung Karno, kita terbawa seperti dengan apa yang menjadi visi, misi dan cita-cita bung Karno waktu itu.
Disaat Presiden Soekarno menggelorakan Trikora yang intinya menegaskan Irian Barat, adalah bagian dari Indonesia dan kedaulatan bangsa Indonesia harus terjaga,” bebernya.
Atas dasar inilah, Mbak Puan bilang jangan sekali-sekali lupa akan sejarah atau Jasmerah, meninggal sejarah.
Sebagai generasi penerus, harus selalu ingat bagaimana Presiden pertama Indonesia, Soekarno sejak awal gigih mempertahankan persatuan dan keutuhan kedaulatan wilayah Indonesia, bukan hanya Wilayah Indonesia Barat tapi Indonesia bagian Timur.
Ini menjadi semangat kebangsaan untuk kita gelorakan, bahwa Indonesia satu, berdaulat tidak bisa didikte negara lain melainkan berdiri sejajar dengan negara lain. Itulah Indonesia yang berdaulat.
Tentang kota Bitung sebagai Gate a Way, atau pintunya dari batas wilayah Indonesia Timur menuju ke wilaya lain.
Sehingga kota Bitung menjadi satu wilayah yang sangat potensial, bukan karena pelabuhan, perikanan tapi satu tempat yang berpotensi jadi incaran negara lain.
Bagaimana bisa kawal Indonesia secara satu, atau berdaulat secara utuh dan kemudian jaga batas wilayah negara harus hadir.
Monumen Trikora meninggalkan sejarah mendalam, dan dalam pembenahan bisa jalan lancar yang pembuatannya direncanakan sembilan bulan dari penyampaian Olly Dondokambey Gubernur Sulut.
“Nantinya maksimal awal tahun depan sudah selesai dong, iya kata pak Gubernur.
Dan pihak PUPR tolong bisa melaksanakannya sebaiknya, apa yang di bangun ini bukan hanya suatu monumen atau tuguh yang sifatnya hanya seremonial, kembali lagi Jasmerah jangan sekali-kali melupakan sejarah.
Orang keluar masuk Bitung, harus ingat bahwa ini batas wilayah yang harus kita jaga kedaulatannya, pernah terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan Indonesia itu tetap satu dan berkibarnya bendera merah putih, dan ada kehilangan warga bangsa yang harus pertahankan Indonesia.
Bukan hanya monumen tapi adalah sejarah yang harus diingat dan ditinggalkan,” katanya.
Insyaallah, saat kami kembali ke Sulut tidak perlu tunggu sembilan bulan monumen tuguh Soekarno ini sudah jadi dan selesai, lebih indah untuk di nikmati, jadi tempat pariwisata dan orang yang datang kesini tau bahwa bukan sekedar monumen tapi ada sejarah yang harus selalu diingat oleh anak bangsa.