Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Digital Activity

Sejarawan Bode Talumewo Beber Perkembangan Minahasa Doeloe dan Sekarang

Sudah menekuni sejarah Minahasa sejak 1991, sampai sekarang ini, Bode masih melakukan penelusuran  data tentang Budaya dan Sejarah Minahasa.

Penulis: Ryo_Noor | Editor: Rizali Posumah
tribunmanado.co.id/Ryo Noor
Bode Grey Talumewo 

Ketika orang Eropa masuk mudah menyerap hampir total terhadap budaya orang Eropa.

Di waruga misalnya, menggunakan bentuk baju di zaman kerajaan eropa abad pertengahan. Tidak kolot, mangkage, mudah beradaptasi.

Portugis pernah datang ke Minahasa, apa yang mereka bawa kemudian melekat hingga saat ini?

Bahasa, saya menemukan sampai 50 kata yang masih ada sampai sekarang.

Portugis dan Spanyol bahasa hampir miripm misalnya kukis bobengka, kawayo (kuda) masuk ke kotakasa Minahasa.

Satu peninggalan yang masih tersisa hingga sekarang Benteng Portugis di Amurang. 

Portugis itu sekitar 1512-1523 Spanyol kedatangan agak kurang terekam dalam naskah, tapi Spanyol itu mengikuti Portugis.

Portugis datang dari Hindia, Spanyol itu datang dari Filipina dan Amerika Selatan, Samudera Pasifik.

Mereka bertemu di Tarnate. Tujuan mencari rempah-rempah yanglangka di Eropa. 

Bagaimana kemudian Belanda datang ke Tanah Minahasa?

Kalau Belanda jalan ke Tarnate, karena sudah ada pertikaian antara orang Katolik dan Protestan.

Belanda cenderung Protestan, cenderung mencari jalur sendiri mengikuti jalur Portugis berdagang ke sana - sini hingga ke Pulau Banda. Kemudian,1608 mereka sudah ada  di Manado.

Secara resmi itu Belanda ada tahun 1660-an, ketika 1644  Orang Minahasa minta bantuan ke Belanda melawan Spanyol. Orang Minahasa, mengetahui dua kekuatan dunia, Belanda dan Spanyol ini saling bermusuhan.

Belanda datang membangun Benteng Amsterdam, lokasinya saat ini antar Taman Kesatuan Bangsa dan Swalayan Jumbo

Sudah tidak ada sisanya, hancur setelah perang dunia ke II. Ketika itu orang republik dari Jawa, mengusir Belanda termasuk menghancurkan benteng itu. Sayang juga, padahal di Ternate dan Makassar masih ada.  

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved