Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Digital Activity

Gelaran Upacara Adat Tulude di Bitung Bakal Libatkan Warga Nusa Utara di Jerman dan Amerika

emerintah Kota Bitung bersama Ormas Masyarakat Nusa Utara lewat panitia pelaksana yang dibentuk bakal menggelar Upacara Adat Tulude.

Dokumentasi Tribun Manado
Tribun Baku Dapa, edisi Jumat (28/1/2022) mengangkat topik Persiapan Upacara Adat Tulude di Kota Bitung. 

*Ada, kami hadirkan hal baru yaitu tarian turunan. Tarian yang dilaksanakan oleh umat Muslim, bermakna penyembahan menaikan lewat pujian dan tarian, pakai tagonggong dinyanyikan terus menerus tidak berhenti. Dengan makna menaikan syukur telah melewati tahun kemarin, meninggalkan hal yang tidak baik di tahun kemarin, dan dengan harapan di tahun yang baru Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati lewat pekerjaan dan usaha masyarakat.

- Tulude ini adat dan budaya warga sangihe, di Bitung banyak masyarakat Nusa Utara. Sejak kapan upacara Adat Tulude sudah di gelar di Bitung, serta perkembangannya,

** Kami ada di kota Bitung sejak tahun 1968, dan memang posisi Bitung masih kecamatan. Kegiatna Tulude baru sifatnya nampak di tingkat rukun-rukun. Setelah Bitung menjadi Kota Administratif mulailah pageralan adat nampak ke permukaan, masyarakat Nusa Utara di Kota Bitung mempersatukan momen ini untuk bisa diadakan. Pertama pertemuan seperti masamper, ada kegiatan tarian lainnya.

Sepengetahuan kami, sejak tahun 1986 sudah diambil alih oleh pemerintah kota untuk melaksanaan pagelaran adat. Sebagai pemicu dan pemacu seluruh kegiatan budaya nusa utara yang ada di Kota Bitung.

Saat pak Wali kota Milton Kansil, ini (Tulude) sangat mengkristal dan di poles sedemikian rupa sehingga acaranya terasa, gaungnua kuat adopsi pagelaran adat Sangihe dengan nuansa adatnya. Menghimpun tiga etnis Sangihe, Sitaro dan Talaud.

- Di acara Tulude, ada pemotongan kue Tamo. Apa maknya.

*Acara Tulude tidak lengkap tanpa ada Kue Tamo yang menjadi ciri khas. Dalam pageralan adat pemotongan kue Tamo pakai bahasa sastra Sangihe. Bahasa Sastra Sangihe bahasa paling lama di kepulauan saat itu, yang masih menyatu kepulauan Sangihe dan Talaud. Semua warga Nusa Utara dalam pelaksanaan Tulude perbedaannya di tariannya atau pengisi acara.

Pemotongan kue Tamo maknanya sebagai ungkapan syukur, ada yang memimpin dan pahami betul dan mampu berbicara sastra Sangihe. Kue Tamo simbol kemakmuran, ada hiasan disusun sebagai bentuk syukur atas berkat Tuhan Yang Maha Kuasa Kepada Masyarakat.

Penggunaan pakaian adat juga, sebagai tradisi Lakutepu atau pakaian terusan yang dipakai oleh pemotong Kue Tamo.

Inilah pusat perhatian dalam pemotongan kue tamo, dengan menghayati tanpa penonton mengrti akan merinding menyaksikannya.

- Apakah pagelaran adat Tulude di Kota Bitung, apakah hanya berlangsung disatu tempat atau ada dilaksanakan oleh komunitas atau yang lainnya.

*Pagelaran adat bisa dibuat siapa saja. Tapi Budaya di tanggal 31 diselenggarakan pemerintah, yang lainnya bisa dilaksanakan setelah tanggal 31 dan tidak dibatasi.

Dulunya Tulude ini diselenggarakan pada tanggal 31 Desember atau akhir tahun, tapi karena pertimbangan dan lainnya di tahun 1994 para budayawan nusa utara sepakat karena tanggal 31 momen tahun baru, sehingga dilaksanakan di tanggal 31 Januari.

Dan bukan kebetulan moment tulude di tanggal 31 Januari, pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe ber HUT di tanggal 31 Januari. BUdaya TUlude bisa laksanakan dimana saja.

- Dalam gelaran upacara Adat Tulude, apakah akan di ikuti oleh masyarakat di pemukiman atau bagaimana,

Sumber: Tribun Manado
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved