Internasional
''Saya Terpaksa Menjual Dua Putri Saya karena Tidak Punya Pilihan Lain''
Seorang wanita tak punya pilihan lain, selain menjaul dua anaknya demi bertahan hidup. Begini pengakuan lengkapnya.
Mirisnya, menjual masa depan putrinya bukan satu-satunya keputusan menyakitkan yang harus diambil Rahmati.
“Karena hutang dan kelaparan, saya terpaksa menjual ginjal saya,” katanya kepada Rukhshana Media.
Menurut PBB, Afghanistan berada di ambang "krisis kemanusiaan dan keruntuhan ekonomi".
Kekeringan, Covid-19 dan sanksi ekonomi yang dijatuhkan setelah Taliban merebut kekuasaan pada Agustus 2021 memiliki konsekuensi bencana pada perekonomian.
Kenaikan inflasi yang dramatis telah mengakibatkan melonjaknya harga pangan.
Perdagangan ginjal telah berkembang di Afghanistan selama beberapa waktu.
Tetapi sejak Taliban mengambil alih kekuasaan, harga dan kondisi di mana perdagangan organ ilegal terjadi telah berubah.
Harga ginjal, yang dulu berkisar dari $3.500 sampai $4,000 (sekitar Rp50 juta hingga Rp57,3 juta), telah turun menjadi kurang dari $1,500 (sekitar Rp21 juta ).
Namun jumlah orang yang menjual ginjal mereka terus meningkat.
(Foto: Ilustrasi human trafficking. Seorang iu di Afghanistan jual dua anaknya demi bertahan hidup. (Foto via turkiyegazetesi.com.tr)
Rahmati menjual ginjal kanannya seharga 150.000 afghani (Rp19,3 juta). Tetapi pemulihannya dari operasi tidak berjalan dengan baik dan sekarang, seperti suaminya,
dia juga sakit, tanpa uang yang tersisa untuk mengunjungi dokter.
Lebih dari setengah dari perkiraan 40 juta penduduk negara itu menghadapi “tingkat kelaparan yang ekstrim, dan hampir 9 juta dari mereka berisiko kelaparan”, menurut badan pengungsi PBB, UNHCR .
Bagi semakin banyak orang Afghanistan, menjual ginjal adalah satu-satunya cara mereka mendapatkan uang untuk makan.