Advertorial
Gubernur Olly Jenguk dan Doakan Kesembuhan Aktor Nasional Berdarah Minahasa Remy Sylado
Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey menjenguk sosok aktor, penulis, dosen sekaligus sastrawan berdarah Kawanua, Remy Sylado
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey menjenguk sosok aktor, penulis, dosen sekaligus sastrawan berdarah Kawanua, Remy Sylado yang terbaring sakit di RSUD Tarakan, Jakarta, Senin (24/1/2022).
Sosok yang bernama asli Japi Tambajong ini belum lama ini menjalani operasi hernia di RSUD Tarakan, kini tengah menjalani pemulihan pascaoperasi.
Gubernur Olly Dondokambey pun menyiapkan waktu khusus untuk menjenguk sosok yang juga pernah berprofesi sebagai wartawan ini.
Remy Sylado ditemani keluarga pun menyambut hangat kedatangan Gubernur Olly Dondokambey.

Bahkan, Gubernur Olly Dondokambey turut mendoakan kesembuhan Remy Sylado
Gubernur juga turut mendoakan Remy Sylado yang saat itu didampingi keluarga, agar cepat pulih dan kembali berkarya.
Olly Dondokambey memegang tangan Remy Sylado yang terbaring di tempat tidur, sambil menutup mata, Orang nomor satu di Sulut ini memanjatkan doa.

Inti doa Gubernur Olly Dondokambey meminta Tuhan memberika kekuatan, kesembuhan dan kesehatan bagi Remy Sylado agar bisa terus berkarya untuk Sulut dan Indonesia.
Dikutip dari Wikipedia, soso yang satu ini bernama lengkap Yapi Panda Abdiel Tambayong, lahir 12 Juli 1945 lebih dikenal dengan nama pena Remy Sylado, seorang aktor, dosen, novelis, penulis, sastrawan dan mantan wartawan Indonesia keturunan Minahasa, Sulawesi Utara.
Karirnya membentang lebih dari lima dekade, ia muncul di belasan film layar lebar dan merupakan salah satu aktor paling disegani di generasinya. Ia juga seorang penulis aktif yang beberapa karyanya telah diadaptasi untuk layar lebar.
Salah satu film terkenal berdasarkan tulisannya adalah Ca-Bau-Kan (2002) dari novel berjudul sama Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa (1999).

Ia memulai karier sebagai wartawan majalah Tempo (Semarang, 1965), redaktur majalah Aktuil Bandung (sejak 1970), dosen Akademi Sinematografi Bandung (sejak 1971), ketua Teater Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung. Dia menulis kritik, puisi, cerpen, novel (sejak usia 18), drama, kolom, esai, sajak, roman populer, juga buku-buku musikologi, dramaturgi, bahasa, dan teologi.
Remy terkenal karena sikap beraninya menghadapi pandangan umum melalui pertunjukan-pertunjukan drama yang dipimpinnya. Ia juga salah satu pelopor penulisan Puisi mBeling bersama Jeihan dan Abdul Hadi WM.
Selain menulis banyak novel, ia juga dikenal piawai melukis, berdrama, dan tahu banyak akan film. Saat ini ia bermukim di Bandung. Remy pernah dianugerahi hadiah Kusala Sastra Khatulistiwa 2002 untuk novelnya Kerudung Merah Kirmizi.
Remy juga dikenal sebagai seorang Munsyi, ahli di bidang bahasa. Dalam karya fiksinya, sastrawan ini suka mengenalkan kata-kata Indonesia lama yang sudah jarang dipakai. Hal ini membuat karya sastranya unik dan istimewa, selain kualitas tulisannya yang tidak diragukan lagi.