Berita Manado
Dengan Penghasilan Tak Menentu, Tukang Servis Jam di Manado Ini Sekolahkan Anak dan Beli Motor
Kepada tribunmanado.co.id, Rabu (12/1/2022) ia bercerita, awalnya ia merantau dari Gorontalo ke Kota Manado pada tahun 2004.
Penulis: Fistel Mukuan | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Ini kisah tentang Risman Ismail. Seorang tukang servis jam tangan di Jalan Walanda Maramis, Kelurahan Pinaesaan, Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Lokasi Risman Ismail bekerja berdekatan dengan Taman Kesatuan Bangsa (TKB).
Bagaimana awal mulainya hingga Risman Ismail tertarik menjadi tukang servis jam?
Kepada tribunmanado.co.id, Rabu (12/1/2022) ia bercerita, awalnya ia merantau dari Gorontalo ke Kota Manado pada tahun 2004.
"Saya asli Gorontalo dan datang di Kota Manado pada tahun 2004, sebagai buruh bagasi di Pelabuhan Manado," katanya.
Setelah lama menjadi buruh bagasi, ia pun ganti haluan menekuni profesi sebagai tukan servis jam tangan pada tahun 2015.
Ia sendirian, tak punya teman, juga tak punya sanak saudara.
"Saya awalnya hanya melihat tukang servis, tapi karena niat dan kemauan saya besar dan memberanikan diri pada akhirnya sekarang bisa," ucapnya.
Kata dia, pekerjaan tersulit dari tukang servis jam tangan itu saat disuruh memperbaiki jam tangan mewah.
Soalnya, kata dia, sering jam tangan mewah itu tidak ada alatnya. Terpaksa tidak bisa diperbaiki di tempatnya.
"Kalau ada sparepartnya cepat saya buat jamnya, bahkan ada jam mahal saya jenis Rolex yang saya jual penggal-penggal untuk masyarakat yang datang," tambahnya.
Semua sparepart yang dijual seperti tali dan batrei di pesan secara online dan diantar ke tempatnya.
"Tapi kalau alat bekerja semua gampang dicari di toko-toko," ujar dia.
Penghasilan Risman setiap harinya tidak menentu, paling tinggi Rp 200 ribu per hari, dan yang paling rendah ia bahkan hanya mendapatkan Rp 20 ribu per hari.
Bahkan pernah, ia tidak mendapatkan sepeserpun dalam sehari.