Digital Activity
Jaga Kebhinekaan dengan Semangat: Aku Adalah Engkau dan Engkau Adalah Aku
Bagi Max Laoh Siso, negara Indonesia lahir di tengah-tengah kesantunan dan persaudaraan yang tinggi.
Penulis: Fistel Mukuan | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Bagi Max Laoh Siso, negara Indonesia lahir di tengah-tengah kesantunan dan persaudaraan yang tinggi.
Hal itu diungkapkannya saat hadir di podcast Tribun Baku Dapa yang dipandu jurnalis senior Tribun Manado, Aswin Lumintang, Senin (3/1/2022).
Topik yang diusung kali ini adalah Merawat Ketunggalikaan Dalam Realita Kebhinekaan.
Max mengatakan, masyarakat harus memberi diri untuk menghayati dan merenungkan kembali kenapa Indonesia menjadi suatu negera pada 28 Oktober dan diikrarkan pada 17 Agustus.
"Sebagai suatu negara harus punya semangat, aku adalah engkau dan engkau adalah aku," katanya.
Lanjutnya, Indonesia berhadapan dengan berbagai macam gerakan-gerakan pemikiran yang berbeda-beda.
Dikatakannya, di tengah-tengah realita kebinekaan ini, tidak bisa di otak-atik lagi karena itu lurus dan mulia.
"Negara ini lahir di tengah-tengah kesantunan persaudaraan yang tinggi.
Indonesia beribu-ribu suku, bahasa tetapi kita tidak sampai hancur berantakan," tegas Max.
Menurutnya, demokrasi bukan lagi perwujudan kedaulatan rakyat yang disertai dengan keluhuran yang mulia.
"Ketenangan masyarakat bangsa hanya bisa dikelola dengan kesantunan.
Kemerdekaan kalau sudah diganggu dengan ketidaksantunan pasti akan merontak," tegasnya lagi.
Ia juga sampaikan, persoalan kemarin Jendral Dudung menyebutkan KKB itu keluarga, kenapa sekarang menjadi perdebatan.
Padahal baginya, sebenarnya apa yang dikatakan jendral, tujuannya ke Internasional bahwa Indonesia tetap satu, tapi dibelokan dan digorengkan oleh kelompok-kelompok atas nama bangsa.
"Langkah-langkah kita merawat kebinekaan adalah membuktikan kita tetap punya masa depan bersama dan mengerjakannya dengan semangat.