Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Rencana Penghapusan Premium dan Pertalite, Anggota DPR RI: Daya Beli Masyarakat Lemah

Perubahan dari premium ke pertalite lalu ke pertamax dinilai akan mampu menurunkan kadar emisi CO2 sebesar 27 persen.

tribunmanado.co.id/Andreas Ruaw
Foto ilustrasi petugas mengisi bahan bakar di kendaraan angkutan kota di satu SPBU di Kota Manado. 

"Hingga saat ini belum ada keputusan resminya," kata Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting.

Meski ada rencana penghapusan premium dan pertalite, Pertamina mengaku sampai saat ini tetap menjalankan penugasan dari pemerintah dalam menyalurkan kedua jenis BBM tersebut.

"Pertamina tetap akan melaksanakan penugasan sesuai dengan keputusan yang ditetapkan oleh pemerintah," tutur Irto.

Anggota Komisi VII DPR Mulyanto meminta pemerintah mencari solusi alternatif bahan bakar minyak (BBM) murah bagi masyarakat, bila tetap ingin menghapus premium.

Hal tersebut perlu dijalankan pemerintah agar upaya menjaga lingkungan hidup tercapai, namun beban hidup masyarakat tidak bertambah.

"Pemerintah harus memiliki rencana buffering dan mitigasinya. Kalau premium dihapus, apa alternatif BBM murah untuk masyarakat?" kata Mulyanto.

Menurutnya, saat ini daya beli masyarakat sedang lemah karena terdampak pandemi Covid-19, dan tahun depan belum tentu terjadi pemulihan daya beli masyarakat tersebut.

Oleh sebab itu, Mulyanto pun mempertanyakan, apakah kompensasi atas penugasan Pertamina untuk premium ini dapat dialihkan ke BBM yang tersisa, sehingga harganya menjadi sama dengan harga premium.

“Kalau itu yang dilakukan, saya yakin tidak ada penentangan dari masyarakat. Jadi, betul-betul harus dikaji terkait kondisi ekonomi masyarakat di tengah pandemi ini. Apakah, sudah tepat waktunya menghapus premium tersebut," tuturnya.

Selain itu, Mulyanto pun meminta pemerintah dan PT Pertamina (Persero) berhenti bernarasi akan menghapus BBM jenis premium karena penggunaannya terus turun.

Sebab, kata Mulyanto, narasi itu menyesatkan dan berpotensi masuk kategori kebohongan publik, mengingat faktanya hingga kini masih banyak masyarakat menggunakan bensin premium.

"Kalaupun penggunaan premium berkurang, hal itu disebabkan karena pihak Pertamina yang mengurangi jumlah pasokan BBM premium di beberapa wilayah. Bukan karena peminatnya yang berkurang," paparnya.

"Kalau mau jujur silakan buka data jumlah distribusi BBM premium ke berbagai wilayah. Kita lihat sama-sama apakah benar penurunan konsumsi BBM premium itu karena turunnya minat masyarakat," sambung Mulyanto. (*)

Baca juga: Sejarah Sinterklas Berawal dari Seorang Tokoh Bernama Saint Nicholas

Baca juga: Hasil Penelitian, Ada Sel di Otak yang Aktivitasnya Meningkat Justru saat Manusia Mati

Baca juga: Kepala Otorita Akan Memimpin Ibu Kota Negara Baru, Dipilih Langsung oleh Presiden

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved