Nahdlatul Ulama
Juru Bicara Presiden Keempat Gus Dur Jadi Ketua Umum PBNU, Ini Sosok KH Yahya Cholil Staquf
Terpilih Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), inilah sosok KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), inilah sosok KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.
Dulunya KH Yahya Cholil Staquf adalah juru bicara presiden.
Gus Yahya diberi amanah sebagai Juru Bicara Presiden Keempat Gus Dur.
Baca juga: Sosok Gus Yahya, Terpilih Menjadi Ketua Umum PBNU Dini Hari Jumat 24 Desember 2021
Baca juga: Gus Yahya Bikin Heboh, Datang ke Muktamar NU Tumpangi Privat Jet: Masa Ditolak
Baca juga: Kecelakaan Maut Tragis, 5 Orang 1 Keluarga Tewas, Mobil Pikap Tabrak Pohon Asam Lalu Terbakar

Gus Yahya dalam sebuah acara. Gus Yahya menilai, keliru anggapan NU menjauh dari Habaib. ((Sumber: Dokumentasi PBNU))
KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), telah resmi terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pagi ini Jumat 24 Desember 2021.
Gus Yahya terpilih pada perhelatan Muktamar NU akhir 2021 di Lampung.
Dalam kontestasi pemilihan ketua PBNU, ia berkompetisi dengan sahabatnya Kiai Said Aqil Siradj.
Gus Yahya resmi menjadi Ketua Umum PBNU 2021-2026.
KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya menjadi Ketua Umum PBNU 2021-2026 setelah mengantongi 337 suara dalam pemungutan suara di GSG Unila, Jumat pagi (24/12/2021)
Sementara KH Said Aqil Siradj hanya mendapatkan 210 suara.
Hasil ini membuat Gus Yahya sah terpilih jadi ketua umum PBNU dan akan memimpin jutaaan Nahdliyin.
Gagasan Gus Yahya, Transformasi NU
Gus Yahya menjadikan gagasan transformasi NU dengan konsep rahmah sebagai jawaban krisis yang melanda global saat ini.
Bagi Gus Yahya, NU adalah solusi dan sanggup jadi juru damai dunia global di tengah krisis.
Itulah salah satu titik gagasan yang ditawarkannya di Muktamar NU ke-34 Lampung dan akhirnya membuat dia terpilih jadi ketua umum PBNU.
Selain itu, ia mengatakan, ingin menyatukan gagasan gerak bersama seluruh komponen NU karena kekuatannya begitu besar untuk umat, dan tentu saja bagi Indonesia.
Mantan Jubir Presiden Keempat Gus Dur itu lantas mendapat dukungan dari banyak ulama, kiai dan cabang NU dan sejarah membuktikan, ia jadi ketua PBNU.
Gus Yahya mengatakan, transformasi dalam tubuh organisasi NU bisa jadi dalam kurun waktu 1 periode masa jabatan.
Artinya, dalam 5 tahun ketika ia akan bekerja keras dan mendayagunakan seluruh potensi di NU untuk senantiasa gerak bersama dan inheren untuk umat.
"Insya Allah. Hitungan di atas kertas bisa melakukan transformasi organisasi selama 5 tahun komitmen kepemimpinan. Saya bandingkan dengan dulu cara saya menjalankan strategi transformasi untuk GP Ansor itu 3,5 tahun sudah panen," katanya dalam wawancara dengan KOMPAS TV.
Gagasan ini diterima oleh para pemilik suara di Muktamar dan memilihnya sebagai nahkoda baru organisasi yang berdiri sejak 1926 itu.
Gus Yahya Lahir dari Rahim Pesantren
Gus Yahya lahir pada tahun 16 Februari . 1966 dan merupakan tokoh Nahdlatul Ulama dari kota Rembang, Jawa Timur.
Beliau adalah santri tulen, ia mengasuh pondok pesantren Raudlatul Thalibin, Leteh, Rembang. Singkatnya, Gus Yahya adalah sosok yang lahir dari Pesantren.
Gus Yahya sedari kecil belajar di Pesantren, bermula dari Pendidikan formal di Pesantren Raudlatut Tholibin Rembang, Jawa Tengah. Lalu berlanjut ke Pondok Pesantren KH Ali Maksum di Krapyak, Yogyakarta. Saat itu ia juga kuliah di Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.
Panggilan ‘Gus’ setelah namanya sendiri adalah panggilan khas dari Pesantren, panggilan untuk memanggil nama anak seorang kiai atau pengasuh pesantren.
Berdasarkan silsilah keluarga, Gus Yahya tumbuh di lingkungan yang lengket dengan organisasi NU. Ayahnya adalah tokoh NU yang disegani bernama KH Cholil Bisri. Bersama Gus Dur, KH Cholil Bisri adalah pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Gus Yahya juga keponakan dari ulama Kharismatis dari NU, KH Mustofa Bisri, atau biasa disapa Gus Mus. Sedangkan adiknya, Yaqut C. Qoumas adalah Menteri Agama yang baru dilantik Jokowi menggantikan Fachrul Rozi.
Saat Gus Dur menjadi presiden keempat, Gus Yahya diberi amanah sebagai Juru Bicara Presiden (Jubir).
Sosok yang terkenal juga lewat tulisan dan cerita-cerita lucu bertajuk Terong Gosong ini pada 2018-2019 diberi amanah sebagai Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) menggantikan KH Hasyim Muzadi yang wafat.
Kini, ia bukan lagi sekadar santri, melainkan pemimpin organisasi islam terbesar di dunia.
Seoarang yang lahir dari rahim pesantren dan berjuang untuk membuat NU kian maju.
Proses Pemilihan
Proses pemilihan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berlangsung dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung, Jumat (24/12/2021) pagi.
Sebelumnya dalam penghitungan suara bakal calon Ketua Umum PBNU ada tiga nama yang muncul.
Ketiganya, yakni KH Said Aqil Siradj, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), dan KH Asad Ali.
Pantauan Tribunlampung.co.id, Jumat (24/12/2021) di ruang sidang pleno GSG Unila, suara Said Aqil dan Yahya Staquf bersaing ketat dalam perhitungan suara tersebut.
Keduanya saling mengejar, sesuai yang disebutkan oleh Ketua Sidang Pleno dan Ketua Umum PBNU, Prof Mukri.
Sementara, As'ad Ali sejuah ini baru mendapat lima suara.
Untuk diketahui, total ada 587 suara gabungan dari PWNU, PCNU, dan PCINU.
587 suara tersebut telah disalurkan menggunakan kertas tertulis yang dimasukan dalam kota suara.
Sementara para Muktamirin, menyaksikan dengan antusias perhitungan suara tersebut.
Sesekali mereka berteriak saat nama bakal calon yang didukung disebut oleh ketua sidang.
KH Miftachul Akhyar Jadi Rais Aam PBNU
Sekretaris Panitia Lokal Muktamar NU Maulana Mukhlis mengungkap situasi rapat khusus 9 kiai sepuh yang tergabung dalam tim Ahlul Walii Wal Aqdi (AHWA).
Diketahui dalam rapat tersebut memilih KH Miftachul Akhyar menjadi Rais Aam PBNU periode 2021-2026.
Namun, sebelum resmi diumumkan sebagai Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar diberi dua syarat.
“Jadi ada 9 kiai, 7 di ruang VIP GSG dan 2 melalui Zoom dari Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Rapat khusus bersembilan tanpa diganggu,” ungkap Maulana Mukhlis, Jumat (24/12/2021) dini hari.
Maulana Mukhlis menuturkan saat pemilihan sempat terjadi saling lempar dan belum ada suara kesepakatan Rais Aam terpilih.
“Tidak ada yang mau, awalnya Gus Mus tapi tidak bersedia lantaran masih ada yang sepuh (ditetuakan). Kemudian yang sepuh menolak karena masih ada yang muda energik. Rapat AHWA dipimpin Kiai Ma'ruf Amin. Tapi pada akhirnya menetapkan KH Miftachul Akhyar,” jelasnya.
Kendati KH Miftachul Akhyar terpilih, Maulana Mukhlis mengungkapkan ada dua kesepakatan antara Rais Aam terpilih dengan AHWA.
“Kesepakatan rapat ada dua. Pertama Rais Aam tidak menjabat organisasi manapun dan itu samikna wa atokna. Kedua Rais Aam bakal menyetujui siapapun bakal calon Ketum PBNU terpilih,” tegasnya.
Miftachul Akhyar mengatakan jika Rais Aam memiliki hak veto untuk menentukan bakal calon Ketum PBNU.
“Tapi sesuai dengan kesepakatan siapapun yang terpilih dia akan disetujui Rais Aam,” tandasnya.
Sosok Miftachul Akhyar
Diketahui KH Miftachul Akhyar saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2020-2025.
ia terpilih dalam Munas X MUI yang digelar Kamis (26/11/2020) malam.
KH Miftachul Akhyar menggantikan Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin yang sebelumnya maju di Pipres 2019 sebagai Wakil Presiden berpasangan dengan Joko Widodo.
Miftachul Akhyar lahir dari keluarga pesantren. Ayahnya, KH Abdul Ghoniadalah pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq, Rangkah, Surabaya.
KH Miftachul Akhyar pun diketahui dikenal sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2018-2020.
Kiai kelahiran Surabaya, 1 Januari 1953 ini juga dikenal sebagai pengasuh di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya.
Karier KH Miftachul Akhyar di lingkungan PBNU dijalaninya sejak lama.
Sebelumnya, KH Miftachul Akhyar pernah menjadi Rais Syuriah PCNU Surabaya 2000-2005.
Kemudian naik menjadi Rais Syuriah di Pengurus Wilayah Nahdlatul Ualama (PWNU) Jawa Timur 2007-2013, 2013-2018.
Berikutnya KH Miftachul Akhyar dipercaya menjadi Wakil Rais Aam PBNU 2015-2020 dan didaulat sebagai Pj Rais Aam PBNU 2018-2020.
Sejak muda, KH Miftachul Akhyar gemar menekuni Agama Islam.
Dia tercatat pernah mondok di Pondok Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur.
Miftachul Akhyar muda juga tercatat pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.
Dia juga pernah memperdalam ilmu agama di Pondok Pesantren di Lasem, Jawa Tengah.
Miftachul Akhyar juga aktif mengikuti majelis ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang semasa Sayyid Muhammad mengajar di Indonesia.
Berita Terkait Nahdlatul Ulama
Telah tayang di: