Digital Activity
BMI Sulut Ajak Kaum Milenial Bergabung dan Olah Kreativitas
Berikut wawancara khusus Tribun Manado bersama Brigade Manguni Indonesia (BMI) Sulawesi Utara.
Penulis: Isvara Savitri | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Masyarakat Sulawesi Utara (Sulut) pasti tidak asing dengan Brigade Manguni Indonesia (BMI).
BMI merupakan organisasi adat yang merangkul kepentingan seluruh masyarakat Sulut.
Kali ini Tribun Manado berusaha mengulik tentang BMI Sulut.
Menghadirkan Tonaas BMI Sulut Jefrry Jerry Mea (JM), Wakil Tonaas harian Bidang Organisasi DPW BMI Sulut Victor NP Kumajas (VK), dan Panglima DPW BMI Sulut Joons Tory Mukuan (JTM), Tribun Manado berbicara soal visi dan misi BMI Sulut.
Berikut wawancara khusus Tribun Manado bersama BMI Sulut:
TM: Di Sulut ada berapa banyak BMI?
JM: BMI di Sulut terdiri dari 15 kabupaten/kota, tadinya seperti itu.
Namun sekarang yang berjalan 12 kabupaten/kota di mana tiap kabupaten/kota memiliki walak dan wanua.
Walak mewakili kecamatan dan wanua mewakili kelurahan.Kalau mau dihitung anggotanya ada sekitar 70 ribu-80 ribuan di Sulut.
TM: BMI apakah sudah ada di daerah lain juga?
JM: Secara historis masyarakat Sulut sudah banyak menikah dan berkeluarga dengan berbagai suku dan kemudian kita harus memiliki wawasan nasional.
Jadi mau tidak mau kita harus bentuk untuk semua masyarakat Sulut yang ada baik itu suku, agama, dan lain-lain, harus menyatu semua.
Istilahnya sudah nasionalis lah, di situ ada berbagai macam suku dan agama karena kita sudah ketambahan nama belakang "Indonesia" jadi nasionalisme harus dikedepankan.
Kita tidak bisa memungkiri masyarakat yang plural, majemuk yang ada di Sulut.
Ada Sangihe, Talaud, Bolaang Mongondow, Minahasa, kita harus bisa mencakup semua sesuai dengan perkembangan.
Kita harus kemas sebagai satu kesatuan, tidak boleh dipisahkan lagi. Harus nasionalis.
TM: Apa saja yang menjadi program kerja BMI Sulut ke depan?
VK: Untuk program organisasi kami fokus seperti kata Sam Ratulangi Si Tou Timou Tumou Tou, kita harus saling menghidupkan.
Apalagi ini organisasi yang bersifat pengabdian diri. Jadi bagaimana dari organisasi juga bisa memberikan sesuatu ke anggota. Jadi bagaimana kami bisa menghidupkan anggota.
Kami juga akan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk mengadakan seminar dan pelatihan anggota sehingga bisa menumbuhkan suatu kegiatan bagi para anggota yang nantinya akan menjadi produk ekonomi kreatif untuk mereka dan bisa menghasilkan sesuatu untuk anggota.
Karena untuk apa anggota kami banyak tapi tidak bisa menghidupkan anggota. Jadi seminar dan pelatihan itu akan kami fokuskan untuk anggota.
Tapi nanti dari DPW akan berusaha menarik dinas-dinas terkait untuk bekerjasama dengan kita. Agar terciptanya peluang-peluang kerja untuk anggota-anggota BMI Sulut
TM: Bagaimana pandangan Panglima terkait peran BMI Sulut pada masalah Kamtibmas? Meskipun di Sulut ini ada polisi tapi tetap harus ada bantuan dari masyarakat.
JTM: Kami siap berkontribusi dalam bentuk apapun untuk menjaga keamanan dan ketertiban di wiayah Sulut.
Dan kami siap bersinergi dengan pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota yang ada di Sulut.
Dan juga aparat setempat di manapun dan kapanpun dibutuhkan
TM: Untuk pelatihan pengamanan ke depan apakah akan dioptimalkan?
JTM: Sudah ada pelatihan yang sudah berjalan dan sudah selesai pada minggu lalu. Dan untuk ke depannya akan kami tingkatkan lagi
TM: Apa yang menjadi visi dan misi dari BMI Sulut?
JM: Pada dasarnya kami organisasi pengabdian, pemberian diri. Kami tidak digaji tetapi kepedulian kami kepada masyarakat Sulut tinggi.
Apalagi kami ini sudah tua, apa yang bisa kami kasih?
Paling tidak berguna untuk banyak orang. Jadi visi dan misi kami paling tidak bisa merekrut anggota sebanyak-banyaknya terutama milenial dan akademisi.
Paling tidak kami mengarahkan, mendidik, dan membina. Lalu mengembangkan kreativitas dan inovasi yang ada dalam diri merek supaya kita berkarya sama-sama
TM: Organisasi adat ini mungkin bagi milenial adalah organisasi kuno. Padahal anak-anak kita yang milenial ini mungkin lebih suka ke budaya barat. Bagaimana BMI Sulut menarik dan tidak kaku bagi milenial?
JM: Jadi sasaran kami mengenalkan adat yaitu sesuatu yang melekat pada daerah masing-masing, entah itu aturan atau budaya.
Seiring waktu budaya harus bisa kita transformasikan ke era kekinian supaya cocok bagi kaum milenial.
Paling tidak kita tidak pernah lupa jati diri, adat kita seperti apa. Jadi tergantung dari milenialnya juga, adat yang asli ada.
Mungkin adat itu bisa mereka modifikasi dan kembangkan sendiri menjadi yang lebih modern.
Adat setempat tetapi nuasanya modern. Itulah tantangan kami.
Kami mengajak yang milenial paling tidak menciptakan inovasi.
Kreativitas mereka akan saya dorong hingga menembus batas, kalau tidak ya mentok begitu-begitu saja.
Monoton, orang jenuh dan tidak laku di pasaran akhirnya. Kami mengemas adat ini agar bisa paling tidak dikenal di daerah lain, syukur-syukur bisa ke mancanegara.
Adat kan bukan hanya tarian, adat di sini kami dorong supaya bisa mengikuti perkembangan zaman saat ini.
Baru kemudian saya tergerak di sini sangat senang karena jajaran pengurus saya kebanyakan milenial. Saya sangat senang dan mengapresiasi.
Saya menantang mereka, sampai di mana kemampuan mereka, silakan kembangkan di sini. Saya akan selalu mendukung.
Kami juga berencana membentuk satu badan usaha yang sifatnya outsourcing untuk tenaga kerja.
Sulut harus bangkit, artinya mungkin kami bisa merekrut anggota-anggota kami yang milenial.
Paling tidak mereka bisa mendapatkan pelatihan sesuai keterampilan masing-masing.
Paling tidak mereka bisa menjadi insan-insan mandiri. Harapan saya juga bisa menciptakan lapangan kerja untuk banyak orang, bisa menghidupi banyak orang.
Nanti kita lihat aplikasinya di lapangan seperti apa.
Saya juga berharap pemerintah setempat mau membantu BMI dalam hal ini kami minta petunjuk agar bisa maju anggotanya.
Didukung saja diberi pembekalan keterampilan, setidaknya mereka bisa bekerja sendiri dan tidak merepotkan banyak orang dan pemerintah.
TM: Bagaimana merekrut kaum milenial? Apakah ada program-program di bidang organisasi?
VK: Kalau bicara soal itu, kita bicara soal struktur. Jadi di struktur DPW BMI Sulut itu yang kami pasang adalah aktivis-aktivis muda, para pengusaha muda untuk menopang program-program DPW BMI Sulut.
Ada mantan-mantan aktivis di UNSRAT seperti mantan ketua senat, ketua BEM UNSRAT masuk bersama kami untuk membangun BMI Sulut.
Jadi dari mereka bahkan kami merekrut dua mantan ketua KNPI Manado. Dari mereka kami menarik yang muda-muda untuk masuk ke BMI karena BMI jangan hanya yang tua-tua.
Kasih kesempatan yang muda-muda untuk berbuat di BMI Sulut.
Kami di BMI Sulut juga membuka bagi masyarakat Sulut yang memiliki masalah hukum, kami mempunyai satu LBH bernama BMI yang terbuka untuk umum dan siap membantu dalam semua proses hukum selama di jalur yang benar.
TM: Kejahatan saat ini semakin banyak. Dengan hadirnya organisasi adat seperti ini apakah ada pengalaman dari Panglima untuk menjaga keamanan bersama atau melihat kerawanan-kerawanan? Bagaimana berkoordinasi dengan aparat keamanan?
JTM: Beberapa anggota kami sebelum berada di organisasi sering bertikai, jadi makanya kami hentikan dengan cara masuk ke organisasi kami. Untuk anggota kami ambil bukan hanya dari nasrani tetapi campur semua.
Kami tidak pandang bulu, tidak pandang agama, jadi semua kami rangkul.
TM: Kenapa Tonaas ingin terlibat dalam organisasi adat seperti BMI Sulut ini?
JM: Saya lahir dan besar di Jawa, setelah lulus SMP saya kembali ke Tondano.
Setelah di Tondano saya berpikir saya ini orang Minahasa. Seiring bertambahnya usia paling tidak jika Tuhan berkenan saya bisa meninggalkan kenangan manis.
Paling tidak bisa berbuat untuk banyak orang adalah suatu kepuasan batin bagi saya pribadi. Paling tidak di sisa-sisa hidup kita semua ini bisa berguna bagi orang banyak.
TM: Bagaimana Tonaas melihat struktur yang baru terbentuk ini?
JM: Sengaja memang saya rekrut kebanyakan milenial karena generasi setelah kami harus mereka yang teruskan.
Saya pun menyadari bahwa saya sudah tua. Saya sering mengatakan ke pengurus bahwa saya sudah tua, hendaklah kalian bersiap-siap. Suatu saat kalian harus bisa gantikan saya.
Saya senang sekali dan salut di DPW ini semua dari kalangan milenial dan akademisi, muda-muda dan penuh semangat.
Kami juga berharap bagi milenial mari bergabung ke BMI Sulut. Apa saja inspirasinya, apa saja inovasinya, apa saja kreativitasnya mari kita bahas bersama dan wujudkan bersama.
Paling tidak bisa membuat suatu hal yang bisa membanggakan Sulut sendiri, bukan hanya untuk BMI. Sama paling tidak yang muda-muda bisa menciptakan sesuatu yang berguna bagi banyak orang. (*)
• Buka KONAS FKUB, Wapres Maruf Amin: Saya Bangga Toleransi Masyarakat Sulut
• 3 Berita Populer Selebriti Malam ini, Sosok Nirina Zubir, Harta Riri Khasmita & Rezky Aditya Bungkam
• Nirina Zubir Mengaku Sakit Hati dengan eks ART: Ibu Saya Belum Menikmati Hasil Jerih Payahnya