Digital Activity
BMI Sulut Ajak Kaum Milenial Bergabung dan Olah Kreativitas
Berikut wawancara khusus Tribun Manado bersama Brigade Manguni Indonesia (BMI) Sulawesi Utara.
Penulis: Isvara Savitri | Editor: Rizali Posumah
Kami juga berencana membentuk satu badan usaha yang sifatnya outsourcing untuk tenaga kerja.
Sulut harus bangkit, artinya mungkin kami bisa merekrut anggota-anggota kami yang milenial.
Paling tidak mereka bisa mendapatkan pelatihan sesuai keterampilan masing-masing.
Paling tidak mereka bisa menjadi insan-insan mandiri. Harapan saya juga bisa menciptakan lapangan kerja untuk banyak orang, bisa menghidupi banyak orang.
Nanti kita lihat aplikasinya di lapangan seperti apa.
Saya juga berharap pemerintah setempat mau membantu BMI dalam hal ini kami minta petunjuk agar bisa maju anggotanya.
Didukung saja diberi pembekalan keterampilan, setidaknya mereka bisa bekerja sendiri dan tidak merepotkan banyak orang dan pemerintah.
TM: Bagaimana merekrut kaum milenial? Apakah ada program-program di bidang organisasi?
VK: Kalau bicara soal itu, kita bicara soal struktur. Jadi di struktur DPW BMI Sulut itu yang kami pasang adalah aktivis-aktivis muda, para pengusaha muda untuk menopang program-program DPW BMI Sulut.
Ada mantan-mantan aktivis di UNSRAT seperti mantan ketua senat, ketua BEM UNSRAT masuk bersama kami untuk membangun BMI Sulut.
Jadi dari mereka bahkan kami merekrut dua mantan ketua KNPI Manado. Dari mereka kami menarik yang muda-muda untuk masuk ke BMI karena BMI jangan hanya yang tua-tua.
Kasih kesempatan yang muda-muda untuk berbuat di BMI Sulut.
Kami di BMI Sulut juga membuka bagi masyarakat Sulut yang memiliki masalah hukum, kami mempunyai satu LBH bernama BMI yang terbuka untuk umum dan siap membantu dalam semua proses hukum selama di jalur yang benar.
TM: Kejahatan saat ini semakin banyak. Dengan hadirnya organisasi adat seperti ini apakah ada pengalaman dari Panglima untuk menjaga keamanan bersama atau melihat kerawanan-kerawanan? Bagaimana berkoordinasi dengan aparat keamanan?
JTM: Beberapa anggota kami sebelum berada di organisasi sering bertikai, jadi makanya kami hentikan dengan cara masuk ke organisasi kami. Untuk anggota kami ambil bukan hanya dari nasrani tetapi campur semua.
Kami tidak pandang bulu, tidak pandang agama, jadi semua kami rangkul.
TM: Kenapa Tonaas ingin terlibat dalam organisasi adat seperti BMI Sulut ini?
JM: Saya lahir dan besar di Jawa, setelah lulus SMP saya kembali ke Tondano.
Setelah di Tondano saya berpikir saya ini orang Minahasa. Seiring bertambahnya usia paling tidak jika Tuhan berkenan saya bisa meninggalkan kenangan manis.
Paling tidak bisa berbuat untuk banyak orang adalah suatu kepuasan batin bagi saya pribadi. Paling tidak di sisa-sisa hidup kita semua ini bisa berguna bagi orang banyak.
TM: Bagaimana Tonaas melihat struktur yang baru terbentuk ini?
JM: Sengaja memang saya rekrut kebanyakan milenial karena generasi setelah kami harus mereka yang teruskan.
Saya pun menyadari bahwa saya sudah tua. Saya sering mengatakan ke pengurus bahwa saya sudah tua, hendaklah kalian bersiap-siap. Suatu saat kalian harus bisa gantikan saya.
Saya senang sekali dan salut di DPW ini semua dari kalangan milenial dan akademisi, muda-muda dan penuh semangat.
Kami juga berharap bagi milenial mari bergabung ke BMI Sulut. Apa saja inspirasinya, apa saja inovasinya, apa saja kreativitasnya mari kita bahas bersama dan wujudkan bersama.
Paling tidak bisa membuat suatu hal yang bisa membanggakan Sulut sendiri, bukan hanya untuk BMI. Sama paling tidak yang muda-muda bisa menciptakan sesuatu yang berguna bagi banyak orang. (*)
• Buka KONAS FKUB, Wapres Maruf Amin: Saya Bangga Toleransi Masyarakat Sulut
• 3 Berita Populer Selebriti Malam ini, Sosok Nirina Zubir, Harta Riri Khasmita & Rezky Aditya Bungkam
• Nirina Zubir Mengaku Sakit Hati dengan eks ART: Ibu Saya Belum Menikmati Hasil Jerih Payahnya