Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Sulut

Kisah Politisi Sulut yang Lahir dari Rahim Pertambangan, dari Tukang Gali Lubang ke Kantor Dewan

Dana bagi hasil sektor pertambangan bagi Sulut mencapai 206,8 Miliar. Belum lagi, dampak ekonomisnya bagi ribuan warga yang beroleh cuan.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Foto Ist/BPBD Bolmong
Lokasi tambang di Bolmong. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Sektor pertambangan menjadi salah satu penyumbang pendapatan terbesar bagi Sulawesi Utara (Sulut). 

Dana bagi hasil sektor pertambangan bagi Sulut mencapai 206,8 Miliar. 

Belum lagi, dampak ekonomisnya bagi ribuan warga yang beroleh cuan dari aktivitas menambang.

Dampak pertambangan di Sulut sangat luas, tak hanya ekonomi, sosial, bahkan politik. 

Di bidang politik, pertambangan melahirkan sejumlah politisi.

Mereka yang dulunya hanya penggali lubang biasa, berkat keuletan dan kecerdasan melihat peluang, berhasil duduk di kursi legislatif. Bahkan eksekutif. 

Seperti di Kabupaten Bolmong dan Minut. 

Jika politisi Bitung banyak lahir dari aktivitas perikanan, politisi Bolmong banyak lahir dari lubang tambang. 

Wakil Bupati Bolmong Yanny Tuuk dulunya adalah penambang. 

Begitu juga saudaranya anggota DPRD Sulut asal Bolmong Jems Tuuk

Politisi kawakan Bolmong seperti Febrianto Tangahu, Mat Makoagow, Aske Iroth dan banyak lagi juga lahir dari rahim pertambangan.

Mereka berangkat dari bawah. Dari penggali lubang, naik ke level menengah, hingga ke legislatif. Contohnya Yanny Tuuk.

Di Minut, politisi yang lahir dari pertambangan adalah anggota DPRD Sulut Hendry Walukow dan anggota DPRD Minut Sinthia Erkles.

Ciri khas politisi dari rahim pertambangan adalah pekerja keras, tekun, cerdas dan punya kemampuan finansial super.

Ciri lainnya adalah mereka "kacang yang tak lupa kulitnya".

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved