Profil Tokoh
Kisah Hendrik Kawilarang Luntungan Pengusaha Nasional yang Kini Terjun di Politik
Berikut kisah manis Hendrik Kawilarang Luntungan saat terjun di dunia bisnis dan politiknya
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Hendrik Kawilarang Luntungan adalah pengusaha sukses nasional.
Ia disebut bertangan midas.
Bisnis yang ia tekuni pasti berhasil. Puncak keberhasilan seorang pengusaha telah ia gapai pada usia muda.
Namun hal berbeda terjadi padanya di dunia politik.
Hendrik Kawilarang Luntungan belum mencapai puncaknya. Ia masih terus mendaki.
Keberhasilan di dunia bisnis ternyata tidak otomatis jaminan untuk sukses berpolitik.
Berikut kisah HKL di dunia bisnis dan politik yang dituturkan HKL kepada tribunmanado.co.id dengan dipandu redaktur senior tribunmanado.co.id Aswin Lumintang.
TRIBUN : Bisa anda ceritakan perjalanan hidup anda
HKL : Saya lahir di Medan umur sekarang 46 tahun. Saya besar di Jakarta. Bapak saya dari Lembean. Ibu dari Paslaten.
Jadi saya berdarah Tonsea. Ibu saya pegawai depertemen luar negeri. Terakhir di KBRI Bangkok. Kelas 1 SMA saya pindah ke Manado.
Karena saya ingin merasakan suasana Manado. Saya sekolah di Rex Mundi. Setahun saya di Manado, balik ke Jakarta. Setelah itu saya ke Swiss.
Setelah itu saya kuliah di kota Jenewa. Empat tahun saya SI di sana. Di bidang bisnis manajemen. Setelah lulus saya kerja di Jenewa selama 1 tahun. Kemudian saya pindah ke perusahaan keuangan di London selama dua tahun.
Setelah itu saya ke paris, prancis. Pengalaman saya lumayan lama di eropa. Saat krisis ekonomi saya ke Jakarta. Sulit cari kerja. Saya kuliah lagi di Australia. Di Universitas terbaik di Australia yakni Australia National University di Canberra.
Saya balik ke Jenewa lagi untuk cari kerja. Di sana sangat ketat karena visa wisata hanya 3 bulan. Saya akali dengan kuliah lagi disana. Cari kerja disana sulitnya minta ampun. Tapi saya lulus sekolahnya. Saya balik ke Jakarta. Ada teman saya yang nawarin kerja di Lippo Group. Saya jadi karyawan selama 3 bulan. Saya tidak cocok sama bos saya. Saya berhenti.
Pindah lagi ke pabrik plastik. Yang bikin lebelnya Aqua. Saya berhenti lagi karena tak cocok dengan pimpinan. Saya berpikir saya tak cocok jadi karyawan. Kemudian saya buka usaha sendiri. Saya bikin rencana kerja untuk usaha gas dan minyak bumi. Tapi saya tak punya modal. Kemudian ada teman saya yang kenalkan dengan seseorang.
Kemudian saya perlihatkan bisnis plan saya. Dan dia suka. Kemudian kami bikin PT. Dia yang memodali saya. Dia kasih gaji dan saham kosong. Dalam tempo 3 bulan sampai 1 tahun perputaran uang kami sampai 30 miliar.
Kemudian saya dalami pengeboran pipa. Di indonesia kala itu belum ada. Saingan saya perusahaan Jepang. Saya kalah di modal. Akhirnya berhasil juga. Revenue perusahaan naik jadi 700 miliar.
Akhirnya perusahan saya jadi market share leader. Kita kuasai 60 persen market share. Saya merasa di puncak. Saya bingung. Apa lagi yang harus dicapai. Saya berpikir kok kita impor terus. Saya putuskan saya harus punya pabrik sendiri.
Secara bisnis itu menguntungkan. Itu nilainya 10 triliun. Nasionalisme juga sangat baik. Saya bangun pabrik itu. 2010 kita dapat pinjaman bank dan bangun pabrik itu. Itu pabrik pipa pengeboran pertama di Asean, Korea dan Australia.
TRIBUN : Bagaimana anda terjun di politik
HKL : Saya merasakan banyak kebijakan tidak pro Indonesia. Dari pemikiran itu saya terjun ke politik.
Semua harus diubah. Saya masuk ke Nasdem. Setelah itu ke Hanura dan Perindo. Dunia politik sangat sulit. Lebih cocok di bisnis. Uang saya banyak keluar di politik. Tapi hasilnya tidak semudah membalikkan telapak tangan.
TRIBUN : Bagaimana masa depan anda di politik
HKL : Saya masih berpikir apakah lanjut atau tidak. Keluarga juga tidak mendukung. Saya heran kok tidak terpilih. Jika dibilang tidak beruntung, saya juga agak bingung. Padahal niat saya hanya ingin mengabdi
TRIBUN : Bagaimana dalam pekerjaan yang padat juga aktif di politik masih bisa berbagi waktu dengan keluarga
HKL : Kuncinya adalah jujur demgan keluarga. Cerita saja apa adanya. Ada pesan yang ingin saya sampaikan disini. Bagaimana saya dari modal dengkul bisa membangun pabrik pertama di Asia tenggara. Caranya mimpi kita harus besar. Waktu saya katakan ingin bangun pabrik, mereka katakan saya gila.
Kedua determinasi. Yakni ketekunan. Kita fokus di satu bidang.
Hidup ini punya siklus. Tak mungkin kita gagal terus.
Kalau di dunia politik saya belum berhasil. Jadi belum bisa kasih nasehat.
TRIBUN : Ada closing statement dari pak HKL ?
HKL : Pesannya kalau mau sukses berusaha. Mimpi besar dan jangan luoa berdoa. (Art)
Baca juga: Info Jadwal Terbaru Pengumuman SKD CPNS 2021 hingga Pelaksanaan SKB
Baca juga: Gempa Tadi Pukul 02.01 WIB Selasa 2 November 2021, Guncang Jawa Timur, Ini Info BMKG Magnitudonya
Baca juga: Hujan Petir Berpotensi Terjadi Selasa 2 November 2021 di Daerah Ini, Berikut Info Lengkap BMKG