Sosok Tokoh
Kisah Sukardi Malik, Seorang Guru Honorer yang Mengabdi 25 Tahun, Kini Lolos PPPK 2021
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Anwar Makarim tersentuh dengan cerita Sukardi Malik, guru honorer
TRIBUNMANADO.CO.ID - Berikut ini kisah Sukardi Malik, Guru Honorer yang mengabdi selama 25 tahun.
Kisahnya terungkap setelah Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Anwar Makarim bertemu dengan sosok pahlawan tanpa jasa tersebut.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Anwar Makarim tersentuh dengan cerita Sukardi Malik, guru honorer yang sudah mengabdi selama 25 tahun.
Nadiem memaparkan, meski Sukardi memiliki kesempatan untuk bekerja di bidang lain dengan gaji empat hingga lima kali lebih besar dari guru honorer, ia memutuskan untuk kembali mengajar dan terus menjadi guru.
"Waktu saya tanya kenapa padahal itu bisa membantu keluarga, beliau bilang, 'Hati saya hanya untuk murid'. Beliau menjadi guru hanya dengan satu alasan, bukan untuk mencari uang, bukan untuk stabilitas kerja, tapi karena beliau mendapatkan kepuasan yang luar biasa untuk melihat murid-muridnya sukses," papar Nadiem dalam Pengumuman Hasil Seleksi Kompetensi Guru ASN PPPK, Jumat (8/10/2021).
"Hari ini dengan senang hati, saya bisa menyebut kepada Pak Sukardi, Anda telah lolos seleksi. Selamat, bapak sudah menjadi PPPK," imbuh Nadiem.
Kala Nadiem bermalam di rumah Sukardi
Dua malam sebelumnya, Rabu (6/10/2021), Nadiem berkunjung dan bermalam ke rumah Sukardi. Kedatangan Nadiem tidak diduga oleh guru honorer berusia 50 tahun itu.
Nadiem meminta izin untuk dapat menginap di kediaman guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Praya Timur itu.
"Mohon izin jika dibolehkan, saya ingin menginap di rumah bapak," kata Nadiem kepada tuan rumah yang berkediaman di Desa Mujur, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Sukardi Malik mengizinkan Nadiem untuk bermalam di rumahnya. Ia juga mengenalkan Nadiem kepada anak dan istrinya.
Saat berbincang santai, Sukardi menceritakan suka duka menjadi guru honorer. Misalnya, terkait perlunya memiliki berbagai pekerjaan sampingan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup, sambil terus mengajar.
Ia mengaku sudah menjajal beragam pekerjaan, seperti pembuat anyaman bambu, tukang, dan ojek. Tak jarang ia diprotes rekan di pekerjaan sampingannya karena sering mengutamakan mengajar anak-anak terlebih dahulu.
Namun, bagi Sukardi, menjadi seorang guru merupakan panggilan jiwa yang ditekuninya.