Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

G30S PKI

Detik-detik Kematian Letjen MT Haryono, Sempat Rebut Senjata Cakrabirawa hingga Diseret Kedepan Truk

Rianto Nurhadi, Putra MT Haryono pernah bercerita mengenai peristiwa G30S/PKI. Ia bercerita saat kediamannya dimasuki secara paksa oleh Cakrabirawa

Penulis: Gryfid Talumedun | Editor: Gryfid Talumedun
Istimewa
Letjen MT Haryono. Korban G30S PKI. Detik-detik Kematian Letjen MT Haryono, Sempat Rebut Senjata Cakrabirawa hingga Diseret Kedepan Truk 

Sementara di dalan negeri, AD bersaing keras dengan PKI demi merebut pengaruh Sukarno.

Dalam situasi politik tersebut, MT Haryono sering ikut rapat dengan presiden hingga larut malam.

Bahkan sering diskusi tentang perpolitikan nasional dengan rekan-rekannya.

Ia juga sering berkonsultasi ke Letjen A. Yani.

Sebelum peristiwa G-30S/PKI, MT Haryono sering banyak melamun saat mendengarkan musik, tidak seperti biasanya.

Namun tanpa disadari, pada dini hari 1 Oktober 1965 rumah MT Haryono didatangi pasukan Cakrabirawa yang dipimpin Serma Boengkoes.

Detik-detik Jenderal MT Haryono Terbunuh 1 Oktober 1965 saat <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/g30s-pki' title='G30S PKI'>G30S PKI</a>,  Ditembak <a href='https://manado.tribunnews.com/tag/cakrabirawa' title='Cakrabirawa'>Cakrabirawa</a> di Rumah - Tribunmanado.co.id

Fasih 3 Bahasa

Letjen MT Haryono ini fasih berbicara 3 bahasa asing.

Seperti, bahasa Belanda, Inggris dan Jerman.

Dengan kemampuannya itu membuat Haryono menjadi perwira penyambung lidah dalam berbagai perundingan.

Semasa hidupnya, perwira ini pernah menjabat Sekretaris Delegasi Militer Indonesia pada Konferensi Meja Bundar, Atase Militer RI untuk Negeri Belanda dan Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad).

Sejak bersekolah di- HBS, Harjono sudah menguasai bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman.

Kemahiran berbahasa asing tersebut Haryono diberi kepercayaan memangku jabatan sebagai Kepala Kantor Penghubung, sejak 1 September 1945.

Jabatan sebagai Kepala Kantor Penghubung tidak lama berlangsung lama.

Sebab di Desember 1945 Haryono dipindahkan ke Sekretariat Keamanan.

Taat Beragama

Anak pasangan suami istri (Pasutri), Mas Harsono dan Alimah ini mendapatkan pendidikan pertama di Europese Lagere School (ELS), Jakarta.

Usai tamat di ELS, Haryono melanjutkan pendidikan ke Hoogere Burger School (HBS) se-tingkat Sekolah Menengah Atas.

Pria yang terlahir dari keluarga yang taat beragama ini sempat mengenyam pendidikan umum di Ika Daigaku (Sekolah Tinggi Kedokteran) pada jaman Jepang.

Namun, Haryono hanya belajar selama tiga tahun.

Tahun 1943, Pemerintah Pendudukan Jepang membuka kesempatan bagi pemuda-pemuda Indonesia untuk dilatih menjadi tentara Peta (Pembela Tanah Air).

Sehingga Haryono berminat beralih ke bidang militer.

Sejak saat itu Haryono mulai berkecimpung di militer.

Di masa itu pemerintah mengumumkan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR).

BKR kemudian berganti menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Kemudian Tentara Nasional Indonesia (TNI). *

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved