G30S PKI
Eks Cakrabirawa Penjemput AH Nasution Ungkap Kejadian Ade Irma Nasution Tertembak: Saya Bersumpah
Salah satu mantan prajurit Cakrabirawa yang ikut dalam gerakan 30 September 1965 oleh PKI atau G30S/PKI, memberikan pengakuan.
Penulis: Gryfid Talumedun | Editor: Gryfid Talumedun
Mereka diberitahu perihal jenderal-jenderal yang diisukan akan meng-kudeta presiden.
Mendengar instruksi itu, yang ada dibenak Sulemi sebagai prajurit, negara berada dalam situasi yang genting.
Ada usaha untuk menggulingkan pemimpin besar revolusi.
Sementara ia juga anggota pengawal presiden yang lain mengemban tugas untuk melindungi keselamatan presiden dan keluarganya.
Sang prajurit tak pikir panjang. Tak mungkin ia membangkang perintah atasan.
Apalagi berpikir jauh untuk menyelidiki kebenaran isu itu, termasuk urusan politik yang melingkupinya.
Bagi Cakrabirawa, keselamatan presiden berada di pundak mereka. Karena itu, perintah atasan harus dilaksanakan.
"Pola pikir kami saat itu, ini bahaya ada yang mau gulingkan pimpimam besar revolusi. Sehingga apa yang diperintahkan komandan siap laksanakan. Kalaupun kemudian saya dihukum karena melaksanakan tugas, itu sudah konsekuensi saya,"katanya
29 September 1965, Letkol Untung bersama Kolonel Latief sempat menemui Panglima Kostrad Soeharto di Rumah Sakit Angkatan Darat Jakarta.
Ia saat itu sedang menunggui putranya, Tommy Soeharto yang harus dirawat karena tersiram sup panas.
1 Oktober 1965 dini hari, seluruh pasukan yang terlibat dibagi ke dalam beberapa kelompok. Mereka disebar untuk menjemput para jenderal yang telah ditentukan.
Satu kompi pasukan, termasuk di dalamnya Sulemi bertugas menjemput Jenderal AH Nasution.
Perintah komandan saat itu, kata Sulemi, adalah menjemput jenderal dimaksud agar menghadap presiden Soekarno.
Ada persoalan penting yang harus dibicarakan antara mereka.