Gempa Bumi Terkini
Gempa Bumi Tadi Malam, Wilayah di Jawa Timur Diguncang, Ini Info Magnitudo dan Lokasinya
Wilayah Jawa Timur kembali diguncang gempa tadi malam Jumat 3 September 2021.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Wilayah Jawa Timur kembali diguncang gempa tadi malam Jumat 3 September 2021.
Diketahui gempa tersebut mengguncang wilayah Pacitan pada pukul 19:55 WIB.
Berikut informasi dari twitter Stageof Sleman terkait gempa yang terjadi di wilayah Jawa Timur.
Baca juga: Kecelakaan Tadi Malam, 5 Orang Meninggal Dunia, Truk Terperosok dan Membentur Pagar
Baca juga: Cuaca Sabtu 4 September 2021, Info BMKG 18 Daerah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang
Baca juga: Cuaca Sabtu 4 September 2021, Info BMKG 18 Daerah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang

Berdasarkan informasi dari twitter Stageof Sleman gempa bumi ini terjadi di Lumajang, Jawa Timur pukul 19:55 WIB, Jumat (3/9/2021).
Informasinya gempa bumi terkini berkekuatan magnitudo 3.7 SR.
BMKG menambahkan lokasi gempa bumi berada dititik Koordinat: 9.11 LS,113.24 BT.
Pusat gempa berada di laut 109 km Selatan Lumajang-JATIM.
Diketahui gempa bumi ini berada di kedalaman 32 kilometer.
"Info Gempa Mag:3.7 SR, 03-Sep-21 19:55:37 WIB, Lok:9.11 LS,113.24 BT ( 109 km Selatan Lumajang-JATIM), Kedlmn: 32 Km ::BMKG-TRT" tulis twitter Stageof Sleman @bmkgjogja.
Seperti yang diketahui sebelumnya dari BMKG sudah memberikan prediksi terkait gempa yang berpotensi di wilayah Pacitan Jawa Timur.
Berikut Prediksi BMKG wilayah Jawa Timur Pacitan potensi dilanda Tsunami.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta jajaran Kementerian Sosial (Kemensos) menyiapkan langkah strategis terkait potensi gempa dan tsunami di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, yang diprakirakan bisa mencapai 25-28 meter.
Langkah strategis diperlukan untuk meminimalisasi dampak terburuk dari terjadinya potensi gempa dan tsunami tersebut.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, potensi tsunami tinggi di Kabupaten Pacitan lantaran dalam peta wilayah itu dekat dengan teluk yang mengumpulkan tenaga gelombang tinggi dan relatif dekat dengan letak episentrum gempa, sehingga dapat dikatakan menjadi zona merah.
“Misalnya peta daerah Pacitan, Jawa Timur, warna merah menunjukkan gelombang tinggi 10-14 meter, semakin merah semakin tinggi pula gelombang, warna kuning gelombang 2-3 meter, serta warna hijau gelombang setengah meter,” papar Dwikorita saat Menteri Sosial Tri Rismaharini memberikan arahan atas kesiapsiagaan bencana secara daring di Jakarta, Rabu (21/7/2021).
Dwikorita menyebutkan ada 10 kajian ilmiah terkait prediksi bencana yang dijabarkan dalam sebuah peta untuk memudahkan memahami dengan tiga warna yakni merah, kuning dan hijau.
Pada kasus Kabupaten Pacitan, akses zona merah menuju zona hijau kemungkinan tercepat melalui sungai yang mengalir. Namun jika terjadi tsunami, sungai tersebut menurut Dwikorita berpotensi menambah dampak kerusakan wilayah.
Sehingga, diperlukan jalur yang dapat mengintegrasikan penduduk di zona merah agar dapat mengevakuasi diri ke jalur hijau.
Dwikorita meminta agar seluruh jajaran di daerah dapat membangun infrastruktur tahan gempa sebagai jalur evakuasi warga.
Dwikorita mengingatkan agar jangan sampai infrastruktur evakuasi tidak kuat menghadapi bencana seperti yang terjadi di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Dia mengatakan infrastruktur evakuasi warga di Palu sebenarnya sudah dipersiapkan sejak 2009-2015 dan semua elemen masyarakat bersiap menghadapi situasi bencana alam, mulai dari Wali kota, Bapeda, Dinas Tata Ruang, pihak sekolah dan pihak-pihak terkait lainnya. Namun lantaran tidak kuat menahan guncangan gempa, sehingga infrastruktur seperti jembatan, roboh.
Akibatnya, banyak di antara anak-anak dan dewasa yang telah mempelajari cara evakuasi diri menjadi korban, karena tak tahu harus berbuat apa di kala infrastruktur evakuasi rusak parah.
Oleh karenanya, menurut Dwikorita, empat langkah strategis kesiapsiagaan bencana yang dipaparkan Menteri Sosial Tri Rismaharini perlu diterapkan sesegera mungkin. Empat langkah tersebut adalah mempelajari kearifan lokal penduduk untuk mempermudah evakuasi, menggandeng pihak terkait komunikasi publik di saat putus komunikasi, tidak meremehkan prakiraan BMKG, dan agar jajaran Kementerian Sosial dan Dinas Sosial memahami kebutuhan warga setempat yang riskan terhadap dampak bencana untuk mengurangi korban anak-anak, lansia, hingga penyandang disabilitas.
“Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh Bu Mensos terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana yang begitu strategis, serta juga perlu mempersiapkan bangunan yang dirancang tahan guncangan gempa hingga magnitudo 8,7,” kata dia.
(Tribunmanado.co.id)