Kim Jong Un
Di Tengah Kabar Masalah Kesehatan Kim Jong Un, Korea Utara Mencari Penggantinya
Korea Utara mencari pengganti Kim Jong Un di tengah kekhawatiran tentang kesehatannya karena berat badannya menurun drastis.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pemerintah Korea Utara kini dikabarkan tengah mencari pengganti sosok sang pemimpinya yakni Kim Jong Un.
Hal tersebut diduga berdasarkan masalah kesehatan yang diderita oleh Kim Jong Un.
berdasarkan informasi, Kim Jong Un mengalami penurunan berat badan secara drastis.
Korea Utara mencari pengganti Kim Jong Un di tengah kekhawatiran tentang kesehatannya karena berat badannya menurun drastis.
Baca juga: Update Situasi Terkini di Afghanistan, Info Terbaru Terkait Serangan di Kabul
Baca juga: Begini Ungkapan Salah Satu Epidemiologi Sulut Atas Kepergian dr Reginald Lefrandt
Baca juga: David NOAH Sakit, Mediasi dengan Lina Yunita Tetap Jalan: Belum Ketemu Angka yang Kami Sepakati

Pria tirani 37 tahun itu lebih kurus dari sebelumnya, ia kehilangan lebih dari 18 kg pada Juli.
Hal itu memicu banyak spekulasi tentang penyakit serius yang diidapnya.
Warga Korea Utara yang dilanda kelaparan karena berbagai bencana semakin khawatir.
Hingga muncul desas-desus yang semakin kencang bahwa telah ada "orangnya Kim" yang ditugaskan untuk mencari penggantinya, seperti yang dilansir dari The Sun pada Kamis (26/8/2021).
Orang itu adalah Jo Yong Won, pejabat senior Partai Buruh, yang baru-baru ini mendapatkan peran wakil pemimpin baru.
Disebutkan bahwa ialah yang ditugaskan untuk mencari pengganti Kim Jong Un.
Seorang ahli terkemuka di Korea Utara menganggap sosok misterius Jo sebagai "kingmaker", yang akan menyiapkan "Kim" selanjutnya.
"Kita dapat mengatakan bahwa mungkin Kim Jong Un menempatkan Jo Yong Won sebagai kingmaker,
orang yang berperan membantu membimbing dan mengarahkan penerus turun temurun," kata Michael Madden, sebagai Pengawas Kepemimpinan Korea Utara, afiliasi dari pengawas 38 Utara.
Dia menambahkan, "Mereka pasti membuat keputusan itu dengan memperhatikan transisi (pemerintahan)."
Menurutnya, pemerintahan Kim membuat keputusan seperti ini dengan memperhatikan transisi potensial "dengan pandangan bahwa pemimpinnya mungkin tidak mampu lagi diperbaiki atau mungkin mati".