Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Afghanistan

Kata Polisi dan BNPT Soal Simpatisan Taliban di Indonesia, Pengamat Sebut Teroris JI Bersukacita

Komjen Boy Rafli Amar, menyampaikan masyarakat perlu memahami suasana pendukung kemenangan Taliban tidak perlu terjadi di Indonesia.

Editor: Aldi Ponge
AFP/WAKIL KOHSAR
Seorang pejuang Taliban menggunakan senapan mesin di atas kendaraan saat mereka berpatroli di sepanjang jalan di Kabul, afghanistan, Senin (16/8/2021), 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ( BNPT), Komjen Boy Rafli Amar menyebut ada kelompok di Indonesia yang menggalang simpatisan lewat isu Taliban di media sosial.

Sedangkan Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan belum mendapatkan informasi kemungkinan adanya simpatisan Taliban yang ada di Indonesia.

"Kita belum dapatkan informasi itu," kata Argo kepada wartawan, Minggu (22/8/2021). "Kita sedang lakukan penyelidikan ada kaitannya atau tidak." 

Argo menuturkan pihaknya masih belum menentukan apakah ada keterkaitan antara kelompok Taliban di Afghanistan dan kelompok-kelompok teroris yang ada di Indonesia.

"Kita belum bisa menentukan. Kita tetap waspada, kita tetap melakukan penyidikan," tukasnya.

Kepala BNPT Sebut Ada Pihak yang Berusaha Galang Simpatisan Lewat Isu Taliban

Kepala BNPT, Komjen Boy Rafli Amar, menyampaikan masyarakat perlu memahami suasana pendukung kemenangan Taliban tidak perlu terjadi di Indonesia.

Ia juga menekankan, masalah pergerakan yang terjadi di Afghanistan adalah sesuatu yang tidak boleh terjadi di Indonesia.

Pihaknya kini terus mencermati terkait penggalangan simpatisan melalui isu Taliban di media sosial.

"Mungkin bisa saja awalnya bersimpati, karena Taliban itu lebih pada urusan dalam negeri Afghanistan," ujarnya, seperti dikutip dari YouTube Kompas TV, Sabtu (21/8/2021).

"Tapi kita menyadari, mempelajari dari sosial media, ada tiap-tiap tertentu yang mencoba untuk menggalang simpatisan, ini sedang kita cermati terus," jelasnya.

Boy Rafli lalu mengingatkan, ideologi Taliban berbeda dengan Indonesia.

"Tapi, kita berharap pada seluruh masyarakat apapun contoh-contoh yang terjadi berkaitan pergerakan Taliban di negaranya, itu ada sesuatu yang tidak boleh terjadi di negara kita," katanya.

"Karena bagaimanapun, kita adalah negara yang memiliki ideologi sendiri, konstitusi sendiri."

"Yang sudah pasti mewajibkan kita untuk bela negara sendiri, bukan bela negara lain," tegas Kepala BNPT itu.

Pengamat Sebut Kelompok Teroris JI Indonesia Bersuka Cita Atas Kemenangan Taliban di Afghanistan

Kelompok teroris Jamaah Islamiah (JI) Indonesia diduga bersuka cita atas kemenangan kelompok militan Taliban yang berhasil menguasai Ibu Kota Afghanistan di Kabul sejak 15 Agustus 2021 lalu.

Demikian disampaikan Pengamat teroris Noor Huda Ismail.

Hal ini untuk menanggapi kemenangan Taliban terhadap organisasi teroris yang masih eksis di Indonesia.

Ia menyampaikan setidaknya ada dua kelompok teroris yang masih eksis di Indonesia yaitu Jamaah Islamiah (JI) dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Dua kelompok ini menyikapi kemenangan Taliban secara berbeda-beda.

"Yang jelas JI dan JAD berbeda cara menyikapi kemenangan Taliban ini. Individu pro JI sangatlah suka cita dengan kemenangan ini karena mereka mempunyai banyak kemiripan yaitu kelompok bersenjata dan punya tujuan jangka panjang mengubah negara," kata Huda saat dikonfirmasi, Minggu (22/8/2021).

Secara ideologis, kata Huda, kelompok JI dan Taliban memang berbeda.

Akan tetapi, mereka diketahui memiliki visi yang sama terkait tujuannya dalam bernegara.

"Sebenarnya tidak mirip juga karena Taliban ini bukan salafi jihadi seperti JI. Taliban itu sebenarnya secara madzab itu hanafi dan ideologi itu maturidi. Cuman keberhasilan Taliban merebut kekuatan itu sama dengan impian JI," ungkapnya.

Sementara itu, kata Huda, kelompok teroris JAD berbanding terbalik menyikapi kemenangan Taliban.

Dia bilang, organisasi terlarang ini justru kritis terhadap kemenangan Taliban menguasai Kabul.

"JAD terkesan kritis dengan kemenangan ini. Karena bagi mereka Taliban masih mau bekerja sama dengan orang-orang kafir seperti Cina dan Rusia dan mereka dianggap lokal dari sisi perjuangan. Beda dengan ISIS yang lebih mendunia-global ummah," jelasnya.

Di sisi lain, ia juga mengingatkan bahwa Taliban bukan kelompok militan yang solid.

Alasannya, ada beberapa faksi di dalam Taliban yang kini berkuasa.

"Taliban juga belum bisa menguasai seluruh wilayah Afghanistan. Artinya beberapa jaringan liar teroris masih bisa berkeliaran dan di sinilah yang harus negara waspadai. Dilepaskannya ribuan tahanan yang terkait jaringan teror yang perlu dilihat juga. Ingat bahwa Al Baghdadi, pendiri ISIS, itu dulu juga mantan tahanan yang dibebaskan," ujar dia.

Atas dasar itu, Huda mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati terkait dengan gerakan JI di Indonesia.

Pasalnya, beberapa faksi Taliban diketahui memang memiliki hubungan dengan JI.

"Ya terjadinya hubungan antara komponen JI dengan Taliban yang faksi pro Al Qaeda. Yang jelas yang berkuasa hari ini tidak pro Al Qaeda. Tapi beberapa faksi kecil mereka ada yang pro Al Qaeda," katanya.

Seperti diketahui, Taliban menguasai Kabul, ibukota Afghanistan sejak 15 Agustus 2021 lalu. Presiden Afganistan, Ashraf Ghani lebih dulu kabur sesaat setelah Taliban menguasai kota.

Pasukan Anti-Taliban dikabarkan mendapat tambahan kekuatan setelah tentara Afghanistan ikut bergabung dengan mereka.

Pasukan Anti-Taliban dipimpin oleh Ahmad Massoud yang merupakan putra dari Ahmad Shah Massoud, pemimpin Mujahidin yang selalu menentang Taliban.

Ahmad Shah Massoud sendiri tewas dibunuh Al-Qaeda beberapa saat sebelum penyerangan 9/11.

Para pejuang yang diketahui bernama Front Perlawanan Nasional Afghanistan itu berpusat di Panjshir, sebelah utara Kabul.

Area tersebut menjadi satu dari sedikit tempat yang belum dikuasai oleh Taliban.

Kemudian sejak Taliban kembali menguasai Afghanistan dan timbulnya beberapa konflik di sana, setidaknya 26 Warga Negara Indonesia (WNI) telah dievakuasi ke Tanah Air dari Afghanistan pada Sabtu (21/8/2021).

TAUTAN AWAL: 

Pengamat Sebut Kelompok Teroris JI Indonesia Bersuka Cita Atas Kemenangan Taliban di Afghanistan

Polri Belum Dapat Informasi Soal Kemungkinan Adanya Simpatisan Taliban di Indonesia

Kepala BNPT Sebut Ada Pihak yang Berusaha Galang Simpatisan Lewat Isu Taliban

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved