Megawati
Megawati: Sumatera Barat yang Dulu Saya Kenal Sepertinya Sekarang Sudah Berbeda
Hal ini diungkap Megawati dalam webinar khusus untuk memperingati hari lahirnya salah satu proklamator RI Muhammad Hatta, pada Kamis 12 Agustus 2021.
"Hari ini hari ulang tahunnya beliau. 12 Agustus 1902, beda usianya satu tahun dengan bapak saya. Umur beliau saat ini 119 tahun jika Beliau masih ada," kata Megawati, putri Proklamator Ir.Soekarno.
Megawati menyapa Meutia Farida Hatta, yang merupakan teman masa kecilnya. Dia mengaku belakangan ini, keluarganya memang jarang bersua dengan keluarga Bung Hatta, berbeda dengan saat mereka saat masih kecil.
"Ketika kami kecil, tentu bapak ibu saya bersahabat dengan Pak Hatta dan Tante Rahmi, panggilannya Ibu Hatta," kata Megawati.
Presiden RI Kelima itu lalu bercerita, dirinya merasa selalu agak cemas bila diajak bertemu Bung Hatta. Soalnya, Megawati merasa Bung Hatta adalah sosok yang sangat berdisiplin dan formal.
"Pak Hatta yang kami pahami, itu orangnya tak seperti ayah saya. Ayah saya (Soekarno, red) itu sangat dinamis, orangnya bisa spontan, humoris. Kalau ketemu Pak Hatta, langsung saya juga harus sangat bersikap baik. Artinya bahasa Indonesia beliau sangat runtut, beliau orang sangat disiplin. Saya khawatir kalau telat (saat bertemu Hatta, red)," jelas Megawati.
"Kalau sudah datang dulu ke rumah Pak Wakil Presiden, saya rasakan 'tekanan batin'. Karena saya ini aslinya agak nakal, ujar Megawati sambil tertawa. Sebab kalau saya bermain, saya sukanya panjat pohon. Tapi disana saya kan tak bisa memanjat pohon”, tambahnya.
Megawati mengaku masih mengingat, bagaimana dirinya pernah memprovokasi Meutia Farida, putri Bung Hatta, untuk bermain panjat pohon dengannya.
"Ayo naik pohon, karena saat itu bapak ibunya (Hatta dan Rahmi, red) sedang tak di rumah. Kami naik pohon, rasanya sangat merdeka," ujar Megawati sambil tertawa.
"Tapi begitulah Pak Hatta, orangnya tenang, mengalir, berbahasa Indonesia yang sangat runtut," tambah Megawati.
Megawati juga mengingat bagaimana dahulu, Soekarno-Hatta, dan para pendiri bangsa lainnya, sangat suka berdiskusi soal berbagai isu kebangsaan di Istana Merdeka. Diskusi sangat dinamis, kadang dengan suara meninggi, berbahasa Jawa atau Belanda.
Mengingat hubungan keluarganya dengan keluarga Bung Hatta, Megawati merasa sedih.
Sebab baginya, pemimpin berikutnya hanya menyematkan status pahlawan kepada mereka, namun tak banyak menceritakan kisah-kisah mereka.
"Banyak pahlawan kita, kemana mereka saat ini? Kenapa tak diceritakan kisah mereka dengan baik? Itulah alasannya kami membuat BKNP, kami buat supaya bisa mengangkat hal ini. Lihat itu PDI Perjuangan harus bisa berperan di bidang seni, budaya, sejarah, untuk kita ceritakan kembali yang namanya mimpi indah para pendiri bangsa jaman dulu. Seperti apa aslinya," kata Megawati.
"Kita ini sekarang sudah enak. Kenapa perjuangan itu tak dijaga untuk bisa bermakna? Bahwa pahlawan itu kan punya anak keturunan. Saya bangga bapak ibu saya jadi pahlawan nasional. Keluarga pahlawan lain juga begitu?" pungkas Megawati.
Maka pembukaan Pekan Bung Hatta pun bergelora semangat juang dengan meneladani perjuangan Bung Hatta, dimana menurut Megawati, Dwi Tunggal Bung Karno-Bung Hatta adalah abadi.