Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

HUT RI

Cerita Golongan Muda Ancam Soekarno di Rengasdengklok, Bung Karno Membalas dan Minta Dibunuh Saja

Kisah Golongan Muda desak Soekarno agar Proklamasi segara dilakukan. Sejarah peristiwa Rengasdengklok 1945 sebelum Kemerdekaan RI.

Editor: Frandi Piring
Kolase foto Wikipedia/Tribunnews
Cerita sejarah Peristiwa Rengasdengklok sebelum Proklamasi RI 17 Agustus 1945. Golongan Muda mencuri dan mendesak Soekarno dan Mohammad Hatta agar Proklamasi segara dilakukan. Direspons Bung Karno dengan permintaan dirinya dibunuh saja. 

Selain itu, di pertigaan Kedunggede yang menjadi jalur menuju Rengasdengklok terdapat pos penjagaan tentara Peta sehingga jikalau ada pergerakan tentara Jepang menuju Rengasdengklok dapat segera diketahui.

Rumah milik Djiauw Kie Siong, seorang petani keturunan Tionghoa dipilihlah untuk tempat persembunyian karena rumahnya kala itu tertutup rimbunan pohon dan tak mencolok.

Kedatangan Soekarno dan Hatta disambut baik rakyat Rengasdengklok. Bendera Jepang Hinomaru diturunkan oleh rakyat Rengasdengklok, diganti dengan bender merah putih.

“Sejak saat itu banyak penduduk yang juga menempelkan bendera merah putih yang terbuat dari kertas di rumah-rumah mereka. Rengasdengklok sudah bebas dari penjajahan Jepang,” ucap sesepuh Pembela Tanah Air (Peta), Pamoe Rahardjo.

Usai bendera itu dinaikan, pemuda dan rakyat berani melucuti tentara Jepang. Keberanian para pemuda dan rakyat ini menjadikan Rengasdengklok sebagai daerah pertama negara Republik Indonesia.

Perdebatan golongan muda dan golongan tua

Hingga 16 Agustus 1945 sore, Soekarno dan Hatta masih berada di Rengasdengklok.

Kedua orang ini berdiskusi dengan golongan muda terkait desakan untuk merealisasikan proklamasi Kemerdekaan Indonesia selama seharian penuh.

Sempat ada keraguan dan perdebatan antara golongan muda dan golongan tua. Namun, kedatangan Subardjo ke Rengasdengklok mengabarkan bahwa Jakarta aman dan Jepang memang benar sudah minta damai kepada Sekutu membuat kedua orang itu lega.

Soekarno-Hatta bersama golongan muda pun sepakat memprolamasikan kemerdekaan.

“Putusan berupa persetujuan ini kita namakan Persetujuan Rengas Dengklok. Soekarno-Hatta berjanji akan turut dan sedia menanda tangani proklamasi kemerdekaan rakyat itu, tetapi syaratnya harus ditanda tangani di Jakarta,” dikutip dari buku Adam Malik yang berjudul Riwayat Proklamasi 17 Agustus 1945 (1982:57).

Bung Hatta (berdiri) ketika menjelaskan lagi pendapatnya tentang saat-saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan di rumah bekas penculiknya, Singgih (baju batik hitam) Jumat siang kemarin. Tampak dari kiri kekanan: GPH Djatikusumo, D. Matullesy SH, Singgih, Mayjen (Purn) Sungkono, Bung Hatta, dan bekas tamtama PETA Hamdhani, yang membantu Singgih dalam penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok.
Bung Hatta (berdiri) ketika menjelaskan lagi pendapatnya tentang saat-saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan di rumah bekas penculiknya, Singgih (baju batik hitam) Jumat siang kemarin. Tampak dari kiri kekanan: GPH Djatikusumo, D. Matullesy SH, Singgih, Mayjen (Purn) Sungkono, Bung Hatta, dan bekas tamtama PETA Hamdhani, yang membantu Singgih dalam penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok. (Kompas/JB Suratno)

Akhirnya pada malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.

Setelah kembali ke Jakarta, mereka melakukan perumusan teks proklamasi kemerdekaan di rumah Laksamana Maeda.

Sejarah mencatat, peristiwa Rengasdengklok menyatukan pendapat golongan muda dan golongan tua untuk memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia.

Awalnya, proklamasi kemerdekaan rencananya akan dibacakan Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 di Lapangan IKADA (kini lapangan Monas) atau di rumah Soekarno di Jalan Penganggsaan Timur 56.

Namun karena Lapangan Ikada masih diduduki tentara Jepang, maka proklamasi kemerdekaan dilaksanakan di rumah Soekarno.

Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik ini akhirnya dibacakan Soekarno kala itu. 

(Kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gelora dari Rengasdengklok, Amarah Bung Karno dan Desakan untuk Merdeka

Tautan:

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/08/17/09192881/gelora-dari-rengasdengklok-amarah-bung-karno-dan-desakan-untuk-merdeka?page=all#page2

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved