Penanganan Covid
Suka Duka Perawat Sulut Bekerja di Masa Pandemi Covid-19
Tentu sebagai garda terdepan dalam menghadapi pandemi, para tenaga kesehatan (Nakes) terus berjuang merawat pasien Covid-19.
Penulis: Isvara Savitri | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Pandemi virus corona (Covid-19) di Sulawesi Utara hingga kini masih terus berlangsung.
Tentu sebagai garda terdepan dalam menghadapi pandemi, para tenaga kesehatan (Nakes) terus berjuang merawat pasien Covid-19.
Salah satunya adalah perawat di RSUD Sam Ratulangi Tondano, Prisillia Wuysang (41).
Perempuan yang sudah 20 tahun menjadi perawat ini waktu kecil terinspirasi oleh lingkungan sekitar untuk menjadi perawat.
"Waktu masih SMP rumah saya persis di sebelah rumah sakit. Kebetulan orangtua saya buka rumah makan, dan waktu itu kebanyakan yang makan di rumah makan kami itu Nakes. Jadi karena terbiasa melihat mereka, saya jadi bercita-cita menjadi Nakes," terang Prisilia ketika dihubungi tribunmanado.co.id, Kamis (22/7/2021).
Selama 20 tahun bekerja sebagai perawat, Prisilia pernah bertugas di RS Gunung Maria Tomohon sebelum ditempatkan di RSUD Sam Ratulangi.
Prisilia merupakan salah satu perawat yang turut menangani pasien Covid-19.
Ia mengatakan sejak pandemi Covid-19 melanda, para Nakes di RSUD Sam Ratulangi dirotasi untuk tugas berbeda.
Saat ini Prisilia menjabat sebagai Kepala Ruangan bedah dan Interna RSUD Sam Ratulangi.
Namun pada November 2020-Desember 2020 Prisilia sempat menjabat sebagai Kepala Ruangan Isolasi Covid-19.
"Selama satu tahun ini yang jelas tekanan kerja menjadi berbeda jika dibandingkan sebelum ada pandemi Covid-19. Banyak Nakes yang kemudian juga dialihkan untuk menangani Covid-19 apalagi jika pasien sedang banyak-banyaknya," kata Prisilia.
Saat menjadi Kepala Ruang Isolasi Covid-19 Prisilia mengaku sampai tidak bisa pulang karena harus berjaga 1x24 jam.
Dengan keadaan kamar yang penuh terpakai oleh pasien bergejala, Prisilia dan timnya saling memberi semangat, juga ke para pasien.
Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga tentu menjadi tantangan tersendiri bagi perawat seperti Prisilia.
"Ada juga pasien yang ketika sudah dinyatakan positif tidak ingin dirawat di rumah sakit atau merasa di-Covid-kan. Di situ kami edukasi ke pasien bahwa jika ada gejala sedang atau berat harus dirawat, kalau OTG atau gejala ringan tentu kami perbolehkan isolasi mandiri. Selain itu tentunya kami berikan semangat juga ke mereka agar tidak terlalu khawatir," ujar Prisilia.
Dalam kondisi kamar penuh, petugas terbatas tapi masih harus memberikan pelayanan secara total kepada para pasien, para Nakes tetap harus menjaga kesehatan dan tetap enjoy.
"Saya selalu memberikan semangat kepada tim, kalau kita bekerja secara tulus, kerja untuk Tuhan sampai rumah pasti kita merasa puas karena kita bekerja sesuai tanggung jawab," pungkas Prisilia.
Selama bertugas di rumah sakit Prisilia menjaga kesehatannya dengan menjaga pola makan, tidur yang cukup, dan rajin membersihkan diri.
Ia juga berdoa kepada Tuhan agar selalu diberi kesehatan dan kekuatan untuk bekerja dan mengurus keluarga di satu sisi.
"Dulu waktu masih kerja di ruang isolasi sebelum pulang ke rumah harus mandi dulu, di rumah sakit sudah disediakan tempatnya. Sampai di rumah juga mandi lagi, dan tentunya jaga kondisi,' ucap ibu lima anak ini.
Prisilia juga mengungkapkan bahwa insentif para Nakes dari November 2020 belum dibayar hingga saat ini.
Meski begitu, Prisilia tetap bersyukur.
"Ya bersyukur kan sampai sekarang masih terima gaji dan ada usaha praktik mandiri perawat. Jadi yang lain-lain biar Tuhan saja yang tambahkan," tutup Prisilia. (*)
• Chord Gitar dan Lirik Mantan Terindah - Kahitna, Mengapa Engkau Waktu Itu
• 548 Ribu Anak-anak di Indonesia Telah Terima Suntikan Vaksin Covid-19
• Wali Kota Tomohon Caroll Senduk Dapat Apresiasi Dari BPSDM Kemendagri