Penanganan Covid
Sulut Krisis Stok Darah, Donor Turun Drastis di Masa Pandemi Covid 19
Provinsi Sulut krisis darah. Stok kebutuhan darah harian rata-rata hanya bisa dipenuhi kurang dari 50 persen saja.
Penulis: Ryo_Noor | Editor: Chintya Rantung
TRIBUNMANADO.CO.ID, Manado - Provinsi Sulut krisis darah. Stok kebutuhan darah harian rata-rata hanya bisa dipenuhi kurang dari 50 persen saja.
"Itu angka sebelum covid, apalagi saat Covid ini turun jauh, bahkan sebelum covid kita sudah kekurangan darah," kata dr Agustevi Telew, Kepala Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia kepada tribunmanado.co.id, Jumat (16/7/2021)
Soal kebutuhan darah, dr Telew mengatakan menurut Organisasi Kesehatan Dunia, persediaan darah itu 2 persen dari jumlah penduduk
Pendidik Sulut sekitar 2,8 juta orang, maka diperikirakan kebutuhan setahun itu 56.000 atau 4700 kantong darah per bulan
Namun, Berdasarkan pengalaman 2019. Unit darah di Sulut permintaan 24.000 kantong per tahun.
"Tapi bisa kita penuhi 12.000 kantong jadi ambil rata-rata hanya 50 persen," ujarnya.
Ia membeber kebutuhan stok yang ada di unit donor PMI, per 14 Juli 201/21 misalnya,
golongan darah O ada 14 Kantong, golongan darah A ada 16 kantong, golongan darah B 16, dan golongan darah AB 4 kantong.
Jika di hitung stok itu hanya sekitar 50 kantong, tapi permintaan itu bisa 100 kantong per hari
"Jadi nangan pikir sudah donor darah kemudian stok cukup. Misalnya dapat 30 kantong, itu hanya 1/3 dari kebutuhan harian. besoknya mesti cari lagi," ungkap dia.
Kondisi ketika tidak ada darah biasanya keluarga yang dibebankan untuk mencari.
PMI sudah berupaya namun kerap kali tidak bisa memperolehnya.
Donor darah ini sifatnya sukarela. PMI berupaya memberi edukasi dan sosialisasi bahkan menjemput bola ke lapangan
"Kita ada bus donor darah, waktu lalu kita parkir dekat lapangan KONI dengan harapan banyak warga yang bisa donor. Tapi seharian hanya satu kantong didapat," ungkap dia.
Di Sulut memang diakuinya sulit mencari donor darah, beda dengan tempat lain gampang sekali cari donor. Persediaan darah selalu cukup untuk kebutuhan.
"Di sini mungkin masih banyak takut jarum, tapi di tempat lain bisa, kita di sini tidak bisa," ungkapnya.
dr Telew pun membeber database PMI, orang pernah mendonorkan darah itu ada 50.000 orang.
Tiap 2 bukan, pendonor sudah bisa melakukan donor kembali
Semisal kebutuhan itu 3.000 kantong sebulan
Harusnya tidak harus 50.000 pendonor Aktif untuk memenuhi kebutuhan darah
"Sekitar 10.000 saja pendonor aktif. Tiap bulan gantian mendonorkan darah maka kebutuhan sudah tercukupi," ungkapnya.
Jadi pertanyaan kenapa tidak bisa melestarikan atau donor teratur?
dr Telew membeber dari pengalaman donor, ada pendonor uang sudah sering donor, tapi saat perlu darah tidak ada stok. Akhirnya yang pendonor ini jadi donor pengganti, nanti donor kalau ada yang minta. Beda dengan donor sukarela tiap dua bulan donor.
"Kalau donor akrif, tiap 2 bulan donor, saya tidak peduli darah saya di kasih ke siapa. Yang penting darah tersedia," ujarnya
Ia menjelaskan, darah itu disumbangkan atau tidak tiap dua bulan dibongkar. Menjadi pewarna kotoran. Daripada dibongkar lebih baik dikasih ke orang membutuhkan, meski begitu mungkin belum bisa mengungkit keinginan baik agar orang mendonorkan darah.
Mungkin sebagian orang mendonorkan darah meminta penghargaan lebih, PMI tidak bisa penuhi karena akan jadi beban PMI. Sementara PMI ini swasta satu satunya organisasi non pemerintah kerja di bidang kemanusiaan. (ryo)
Baca juga: Prihatin Kasus Asusila Saudara Kandung di Bolmong, Bupati Minta Orang Tua Awasi Anak-anak
Baca juga: DP3A Bolmong Dampingi Kasus Asusila Saudara Kandung di Lolak
Baca juga: Disdik Bolmong dan BPOM Manado Awasi Jajanan di Sekolahan