Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Trilogi Pembangunan Jemaat

BACAAN ALKITAB : 1 Tesalonika 5:12-22 - “Etika Pengucapan Syukur”

Etika adalah Ilmu Pengetahuan tentang asas-asas akhlak. Sedangkan pengucapan syukur adalah sebuah tindakan atau perbuatan

Editor: Aswin_Lumintang
internet
Ilustrasi Renungan 

Di dalam Dia sukacita akan menjadi penuh dan akan dianggap keliru jika tidak bersukacita setiap waktu meskipun kadang kala dilukai oleh berbagai iri dan dengki. “Tetaplah berdoa” terdiri dari dua kata yaitu, (Yunani: adialeiptos) artinya selalu, tetaplah, tidak putus-putusnya dan (Yunani: proseuchomai) yang artinya berdoa, berdoalah (bersembahyang). Kedua kata ini meng-artikan tindakan untuk bersukacita senantiasa, dengan tetap berdoa. Dan akan tetap memiliki sukacita jika lebih banyak berdoa. Karena itu harus terus-menerus berdoa tanpa jemu, tanpa lelah, dan terus berdoa kepada Allah. Dengan berdoa, dapat mencurahkan seluruh isi hati dan berbagai tantangan pergumulan yang dihadapi. (Ayat 16-17)

“Mengucap syukurlah”
(Yunani: Eucharisteo) artinya mengucap syukur, berterima kasih atau bersyukur, memper-sembahkan doa syukur. Rasul Paulus berkata, inilah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu supaya kita mengucap syukur, sebab Allah sudah berdamai dengan kita di dalam Kristus Yesus. Di dalam Dia, oleh Dia, dan demi Dia, Allah mengizinkan jemaat untuk bersukacita senantiasa, dan meminta jemaat untuk selalu mengucap syukur dalam keadaan apapun. (Ayat 18). Mengucap syukur adalah bagian penting dalam kehidupan orang percaya yang tidak boleh diabaikan dan disepelehkan. Sebab mengucap syukur dalam hal dikehendaki Allah dalam Yesus Kristus.

Paulus menutup suratnya dengan memberikan nasehat supaya jemaat tidak memadamkan Roh, tidak menganggap rendah nubuat-nubuat, menguji segala sesuatu dan memegang yang baik serta menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan. Jadi etika bersyukur menunjukkan kwalitas relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama serta sikap hidup yang dikehendaki Tuhan.

Makna dan Implikasi Firman
 Hidup orang percaya dalam bergereja maupun dalam kehidupan sehari-hari harus memiliki tanggung jawab kepada para pemimpin yakni menghormati dan mendukung dalam kasih terutama para pemimpin yang sudah bekerja keras, memimpin dan menegur jemaat. Hidup dalam damai merupakan kewajiban dari jemaat terhadap para pemimpin dengan tidak menimbulkan perpecahan satu dengan yang lain. Para pemimpin harus mengajar dan memotivasi jemaat supaya tahu mengucap syukur dan beretika mengadakan ucapan syukurnya.

Para pemimpin agar tegas terhadap mereka yang hidup tidak tertib, menegur mereka yang berbuat salah, menghibur mereka yang sudah bertobat agar tidak tawar hati dan terpuruk dalam rasa bersalah mereka, membela dan menguatkan jemaat yang putus asa dan lemah iman.

 Sabar terhadap semua orang : tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi dengan kebaikan. Praktek iman untuk melakukan kebaikan nampak juga dalam etika pengucapan syukur yang telah menjadi tradisi iman. Etika pengucapan syukur dari orang percaya hendaknya mem-punyai sikap yang wajar dan dengan senang hati memberi persembahan dalam bentuk uang atau hasil pertanian lainnya.

 Sebagai persekutuan orang percaya agar selalu tetap bersukacita, tekun berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal termasuk ada etika pengucapan syukur kepada Tuhan sebagai sumber berkat.

 Bila kita merenungkan kasih dan kebaikan Tuhan maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengucap syukur kepada-Nya, apapun keadaan yang kita hadapi. Hidup yang mengucap syukur adalah hidup yang penuh kemenangan dan kebahagiaan. Karena semuanya itu datang dari hati yang melekat pada Tuhan. Etika pengucapan syukur jangan dinodai dengan perilaku pesta pora atau mabuk-mabukkan, tetapi hendaklah hidup kita berkenan kepada Tuhan.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved